Indonesia memiliki insiden kanker serviks (leher Rahim) tertinggi di Asia Tenggara, dan 50% pasien meninggal dunia. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkogenik. Penularan HPV utamanya melalui hubungan seksual (85%). “Dan 15% melalui kontak tidak langsung. Misalnya pemakaian handuk bersama, kuku yang terkontaminasi HPV, atau transisi vertikal dari ibu ke anak,” ungkap dr. Kristoforus Djaya, Sp.PD dari In Harmoni Clinic.
Virus HPV masuk ketika ada luka pada lapisan kulit (epitel) di serviks, berupa sobekan kecil saat hubungan seksual. “Inilah celah masuk bagi virus, di mana ia dapat mengivasi seluruh jaringan serviks, lalu masuk ke sel dan menggandakan diri. Lama-lama sel berubah sifat menjadi kanker,” paparnya, dalam diskusi “Ayo Vaksin HPV” untuk memperingati Pekan Imunisasi Dunia yang diselenggarakan Forum Ngobras di Jakarta, Kamis (19/04/2018).
Uniknya, virus hanya masuk ke epitel. “Dia tidak masuk ke pembuluh darah sehingga tidak dikenali sistem imun tubuh. Inilah gunanya vaksin, untuk mengenali virus dan membentuk antibodi,” lanjut dr. Kristo. Itu sebabnya, perlindungan optimal dilakukan dengan vaksinasi untuk melindungi sel yang belum terinfeksi virus, dan memberi kekebalan pada sel. Juga skrining untuk menjaring sel yang sudah terinfeksi HPV.
Vaksin HPV yang merupakan pencegahan paling efektif, sebenarnya sudah ada sejak lebih dari 10 tahun lalu. “Tapi masyarakat masih menganggap bahwa ini vaksin baru. Masih ada skeptisisme terhadap vaksin ini, kurang percaya, dan lebih banyak lagi yang kurang peduli,” ujar dr. Kristo.
Efikasi vaksin HPV paling baik bila diberikan pada anak-anak sebelum mereka berhubungan seksual. Menurut CDC (Central Diseases Control) atau Pusat PEngendalian Penyakit di Amerika Serikat, efikasi vaksin HPV mencapai 90-99%. “Mencapai 99% jika diberikan pada anak-anak, dan bagi yang sudah berhubungan seksual efikasinya 90%,” jelas dr. Kristo.
Pada usia 9-13 tahun, vaksin cukup diberikan dua kali, dengan rentang jarak 6-12 bulan dari dosis pertama (bulan 0 dan bulan 6-12). Sedangkan pada usia dewasa, vaksin diberikan dalam tiga dosis (bulan 0, 2, dan 6). “Bagi yang sudah melakukan hubungan seksual tidak bisa hanya vaksin HPV atau skrining tetapi harus dua-duanya,” imbuhnya.
Vaksin dibuat dari VLP (virus-like particle) atau partikel yang menyerupai virus, tapi bukan virus sungguhan. Maka tidak mengandung materi DNA vaksin, sehingga tidak akan menyebabkan kanker maupun penyakit lain yang bisa ditimbulkan oleh HPV misalnya kutil kelamin (kondiloma).
Vaksin ini telah dinyatakan sangat aman oleh WHO Global Advisory Committee on Vaccine Safety. Sejak diluncurkan sampai 2015, sudah 205 juta dosis vaksin HPV digunakan di seluruh dunia, dan tidak ada efek samping serius yang ditemukan.
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo vaksinasi HPV, sekarang! (nid)