Teknologi ultrasonografi (USG) dengan gelombang SONAR, awalnya digunakan saat perang dunia II sebagai navigasi kapal laut. Perang usai, tahun 1950-an para ilmuwan memanfaatkan teknologi itu untuk pemindaian tubuh manusia, dengan hasil gambar seperti rekaman seismograf (pencatat gempa bumi), berupa garis-garis. Pada 1970-an, dihasilkan pencitraan yang menampilkan penampang anatomi manusia.
Teknologi ultrasonografi, dengan menggunakan komputer, kini dapat menghasilkan gambar visual yang dinamis dan rinci mengenai tubuh manusia. Saat memindai, dokter menempatkan alat yang disebut probe atau transducer pada kulit di atas bagian tubuh pasien. Probe berbentuk seperti pena tumpul yang lebar. Pelumas jeli dioleskan pada kulit, agar probe dapat meluncur dengan baik.
Probe dihubungkan dengan kabel ke mesin USG, yang terhubung ke monitor. Sinyal gelombang suara dikirim terus-menerus oleh probe selama pemindaian. Gema yang terpantul dari jaringan dan organ tubuh yang terdeteksi, dikirimkan ke mesin USG untuk diolah dan ditampilkan sebagai gambar di monitor.
Teknologi ultrasonografi dibawa pertama kali di Indonesia oleh dr. Willyarto S. Wibisono, Sp.OG awal 1980-an. Katanya, “Teknologi USG awalnya 2 dimensi, berupa citra hitam putih yang tidak mudah dipahami awam. Perlu setengah jam untuk bisa menampilkan gambar. Akurasi sekitar 50%. Sekarang, USG transvaginal bisa mendekati 100%,” paparnya.
USG generasi I mampu mendeteksi bayi kembar dalam satu gambar, posisi bayi (sungsang), kesesuaian tumbuh kembang janin dengan usia kehamilan (misal: besar kepala, panjang tangan atau kaki). “Belum bisa melihat kelainan organ dalam,” ujar dr. Willy yang dulu aktif di TNI AU dengan pangkat Mayor.
USG 3D dan 4D
Kini ada USG 3D dan USG 4D. Gambar yang dimunculkan mendekati bentuk sebenarnya, utuh dan lebih jelas. Hal ini memberi manfaat lebih, misalnya mampu menampilkan gambar lebih cepat. “Ada hukum dalam USG: as low as reasonable. Pakailah USG secepat mungkin dan seperlunya. Kalau sudah bisa melihat janin dalam 1 menit, tidak perlu 2 menit. Kalau bisa dalam hitungan detik lebih baik,” kata dr. Willy.
Penggunaan USG aman. Kaum ibu bisa melakukan USG paling tidak 3 kali selama hamil. “Lebih dari itu, dilihat berdasar kebutuhan,” tambahnya.
Kesepakatan internasional, USG pertama dilakukan trimester awal atau sebelum usia kehamilan 3 bulan, untuk menentukan positif atau tidak, di mana lokasi janin, dan berapa umur kehamilan. Dengan alat ini, kesalahan menghitung usia kehamilan dapat diminimalisir. Berikutnya, USG dilakukan pada kehamilan usia 12-14 minggu, dilanjutkan pada minggu ke-18 - 20 untuk melihat ada tidaknya kelainan cacat bawaan mayor.
Alat USG maksimal digunakan 30 menit dan bayi harus dalam keadaan diam. Bila bergerak, bisa jadi gambar hilang dari layar komputer, sehingga harus diulang. Lebih dari itu, dikhawatirkan terjadi pemanasan yang dapat merusak sel janin.
Pencitraan lewat USG, menggunakan gelombang suara tinggi 2-18 MHz, yang berada di atas kemampuan telinga manusia. Gelombang suara ini dapat menghasilkan energi yang besarnya tidak boleh lebih 100 miliwattjoule/cm². Pemakaian terlalu lama dapat menyebabkan efek samping, seperti adanya gelembung pada cairan sitoplasma (cairan dalam sel) akibat pemanasan, hingga sel mati.
Kelebihan USG 3D/4D antara lain dapat mendeteksi kelainan janin struktural (detail anomaly scan), kelainan jantung (fetal cardiology) pada umur kehamilan 18-23 minggu. Kehamilan memasuki minggu ke 30-34, dapat dideteksi kelainan pertumbuhan janin, letak plasenta, tali pusat, jumlah air ketuban, profil biofisik janin, kelainan organ janin yang baru tampak pada usia kehamilan lanjut (misalnya pada otak, ginjal, dan lainnya), serta kelainan letak tulang bayi.
Teknolosi USG 4D mampu merekam gerakan-gerakan janin, seperti saat janin menendang, memukul atau mengisap jempol tangan. Gerakan-gerakan yang direkam tersebut bisa disimpan dalam database komputer, disimpan dalam flashdisk atau CD, bisa dilihat ulang dengan TV atau komputer.
Bijak memilih USG
Teknologi mutakhir berbanding lurus dengan biaya. Biaya USG 4D lebih mahal dibanding USG 3D. Pemeriksaan canggih yang dilengkapi Doppler (3D/4D), bertujuan melihat potensi sirkulasi darah pada pembuluh darah plasenta. Dengan begitu, dokter bisa memutuskan sikap atau tindakan yang harus dilakukan bila janin terancam kehidupannya. Bisa juga memrediksi keganasan tumor.
Alat USG juga dapat untuk memeriksa penyakit dalam seperti ginjal, jantung, katup jantung, abdomen, dan banyak lagi. (jie)
Ilustrasi: MedicalPrudens from Pixabay