Tuberkulosis pada Perempuan Lebih Kompleks
tuberkulosis_perempuan

Tuberkulosis pada Perempuan Lebih Kompleks, Pengobatannya Sering Terhambat

Tuberkulosis pada perempuan memiliki masalah yang ompleks. Terutama di usia reproduktif, karena dapat memengaruhi kehamilan dan bayinya. Mantan Kepala Balitbankes Kementrian Kesehatan Prof. Dr. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), DTM&H, MARS, DTCE, menyebutkan, tuberkulosis (TB) pada perempuan hamil meningkatkan risiko kematian bayi perinatal hingga 6x, risiko bayi lahir prematur sebesar 2x lipat, dan BBLR (berat bayi lahir rendah).

Jika pun bayi lahir selamat, ia berisiko tertular dari ibu. Menurut 99% penelitian, ibu tidak menularkan TB pada anak dalam kandungan. “Setelah lahir, ibu mengurus anak, sehingga anak terpapar dan bisa tertular,” papar Prof. Yoga. Sebuah penelitian menemukan, 15% penularan dari ibu ke anak terjadi dalam 3 minggu pasca persalinan.

Sementara itu, 1.500 perempuan di dunia meninggal setiap hari akibat TB. Di Indonesia menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) 2014, perempuan penderita TB mencapai 460/100.000 penduduk.

 

Hambatan pengobatan tuberkulosis pada perempuan

Pengobatan tuberkulosis pada perempuan pun menghadapi tantangan sendiri. Ada aspek sosial budaya. “Umumnya, perempuan malu berobat,” terang Prof. Yoga. Selain itu ibu sering mengalah; asupan gizi dan pengobatan diprioritaskan untuk suami dan anak. Stigma yang diterima perempuan dengan TB pun lebih berat ketimbang pada laki-laki. Ia bisa dikucilkan, dicerai, bahkan sulit mendapat pasangan bila belum menikah.

TB harus diobati sampai tuntas, agar kuman tidak berkembang menjadi kebal terhadap beberapa jenis obat. Kuman yang kebal atau disebut TB MDR (multi drug resistant) kini menjadi masalah besar. Pengobatan jauh lebih sulit, lama, mahal dan efek sampingnya lebih berat. Jangan hentikan pengobatan lantaran sudah merasa sehat, karena kuman masih ada dalam tubuh.

Jangan dulu hamil hingga pengobatan selesai. Gunakanlah kontrasepsi selama menjalani pengobatan. Bila telanjur hamil, diskusikan dengan dokter kandungan dan dokter yang mengobati TB. Ada obat yang aman dikonsumsi selama hamil. Periksakan status TB sebelum berencana hamil, dan berobat sesuai anjuran dokter bila ditemukan TB aktif. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: People photo created by freepik - www.freepik.com