Tiga Gejala Kanker Serviks, Kenali sebelum Terlambat

Tiga Gejala Kanker Serviks, Kenali sebelum Terlambat

Kanker serviks masih jadi ancaman besar bagi perempuan Indonesia. Ini merupakan kanker terbanyak kedua pada perempuan setelah kanker payudara. Menurut data Globocan 2020, kini terdapat 36.633 kasus baru kanker serviks di Indonesia. Seperti kanker pada umumnya, gejala kanker serviks pun hampir tidak ada saat kanker masih di stadium awal.

Kanker serviks atau kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkologi atau high risk. “Sekitar 80-90% disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Sisanya disebabkan oleh tipe onkologi lainnya,” terang dr. Widyorini Lestari Hutami Hanafi, Sp.OG(K)Onk dari RS Kanker Dharmais, dalam diskusi daring bertajuk Lindungi Diri dan Orang Terkasih dari Kanker Serviks, Sabtu (30/1/2021).

Gejala kanker serviks

Gejala kanker serviks sebenarnya cukup khas. “Tapi kalau sudah ada gejala, berarti stadiumnya sudah cukup berat, minimal 1B. kalau masih lesi pra kanker tidak ada gejala,” ujar dr. Widyorini. Berikut ini beberapa gejala kanker serviks yang bisa dikenali.

Keputihan

Kanker serviks bisa menimbulkan gejala berupa keputihan yang sangat banyak, dan tak kunjung berhenti. Warnanya bisa pucat, merah muda, berair, coklat, atau berdarah. Cairan keputihan bisa berbau busuk, bisa pula tidak. Gejala ini dirasakan oleh Rista Aditiawati, penyintas kanker serviks yang juga anggota CISC (Cancer Information and Support Group. “Tahun 2016 saya mengalami gejala keputihan yang banyak, tapi tidak berbau,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Perdarahan saat berhubungan intim

Ini adalah salah satu gejala kanker serviks yang sangat khas. Sel-sel kanker pada leher rahim membuat pembuluh darah di area tersebut menjadi rapuh. Maka ketika terjadi gesekan saat senggama, pembuluh darah pun terkoyak, dan terjadilah perdarahan.

Perdarahan yang tidak normal

Kondisi ini banyak macamnya. Pada kasus yang dialami Rista, “Menstruasi bisa sampai dua minggu, padahal biasanya cuma seminggu. Darahnya juga banyak sekali, sampai pembalut penuh.” Ya, menstruasi bisa lebih lama, dan darah haid lebih banyak.

“Bisa juga terjadi perdarahan di luar siklus haid,” ucap dr. Widyorini. Atau muncul haid lagi padahal sudah menopause.

Gejala lain

Pada stadium yang lebih lanjut, bisa terjadi nyeri pinggul, yang menjalar sampai ke kaki. “Atau muncul gejala sulit kencing. Kencing tidak keluar, atau keluar sedikit-sedikit,” lanjut dr. Widyorini. Ini terjadi lantaran ukuran kanker yang suadh cukup besar menekan saluran kemih, sehingga aliran kemih tersendat saat kencing.

Utamakan deteksi dini dan vaksinasi

Di dunia, kanker serviks telah turun jadi peringkat 4, karena keberhasilan vaksinasi dan skrining. Namun di Indonesia, kedua program ini belum berjalan dengan baik. “Sekitar 70% ditemukan pada stadium lanjut, angka kematiannya masih tinggi, sedangkan skrining masih kurang dari 10%,” ungkap Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG-KFER,

Karena penyebabnya jelas dari infeksi virus, kanker serviks bisa dicegah dengan vaksinasi. Vaksin yang tersedia di Indonesia melindungi dari tipe 16 dan 18, serta dari tipe jinak 6 dan 11 yang bisa menimbulkan kutil kelamin.

Vaksin HPV memiliki efikasi yang sangat baik (mendekati 100%) dalam mencegah infeksi HPV yang persisten. Meski demikian, semua perempuan yang sudah vaksinasi HPV tetap perlu melakukan skrining rutin. “Karena masih ada 20-30% risiko dari tipe lain, yang belum ada di vaksin,” imbuh dr. Widyorini.

Ia menganjurkan untuk tetap melakukan tes Pap atau IVA (inspeksi visual asam asetat) setahun sekali. Idealnya, tes Pap mulai rutin dilakukan sejak 3 tahun setelah hubungan seks pertama. Pemeriksaan lain yakni dengan tes HPV DNA. Tes ini bisa memeriksa keberadaan DNA virus HPV tipe onkologi di dalam tubuh, meski belum terjadi kanker maupun lesi pra kanker. “Kalau hasil tes HPV DNA negatif, boleh lakukan skrining dengan Pap atau IVA tiap tiga tahun sekali. Tapi kalau tidak tes HPV DNA, lakukanlah skrining tiap tahun,” tutur dr. Widyorini.

Ia mengingatkan, lesi pra kanker maupun kanker serviks di stadium awal tidak bergejala. “Tapi, bisa kelihatan melalui skrining. Ubahlah mindset; jangan baru datang ke dokter saat sudah ada gejala. Saat sehat pun harus datang untuk skrining,” tandasnya. Bila ditemukan saat masih lesi pra kanker, bisa segera diterapi agar tidak berkembang menjadi kanker. Kanker yang ditemukan di stadium awal pun memiliki keberhasilan terapi yang sangat baik. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: People photo created by wayhomestudio - www.freepik.com