tes hpv-dna salah satu tes kanker serviks terbaru

Tes HPV-DNA Merupakan Metode Terbaru Tes Kanker Serviks

Tes Pap tidak menyakitkan, tapi sebagian perempuan merasa takut. Selain itu, duduk di ‘kursi khusus’ dengan dokter kandungan memeriksa bagian intim, bukan hal yang nyaman bagi kebanyakan perempuan. Rasa malu dan enggan kerap menghambat perempuan menjalani tes Pap. Menyadari hal ini, Dr. Maarten Wiegerinck, MD., PhD, ahli kandungan asal Belanda yang juga Direktur Medical Research & Development Delphi Bioscience Asia , menciptakan metode pemeriksaan baru dengan Delphi Screener. “Tanpa spekulum, tanpa scraping, tidak sakit, dan bisa dilakukan sendiri di rumah,” ujarnya.

Delphi Screener berbentuk silinder dengan lubang-lubang di bagian ujungnya, dan ada tombol di ujung yang lain. Di dalam silinder terdapat air steril. Cara menggunakannya sangat mudah; cukup berbaring telentang, masukkan silinder ke Miss V hingga terasa adanya resistensi, lalu tekan tombolnya. Cairan yang di dalam alat akan disemprotkan keluar. Terus tekan tombol selama 3 detik, baru lepaskan. “Ini akan mengisap kembali cairan yang disemprotkan,” terangnya. Keluarkan Delphi Screener secara perlahan. Pindahkan isi cairan ke botol (vial), lalu kirim ke lab. Di Indonesia, sampel bisa dikirim ke lab Pramita dalam <24 jam.

Metode ini telah diaplikasikan di berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Singapura dan Malaysia. “Bila hasilnya negatif, perempuan bisa yakin, ia tidak akan menderita kanker serviks dalam beberapa tahun mendatang,” ujar dr. Maarten. Bila hasil positif, diperlukan pemeriksaan lebih jauh, apakah HPV telah menimbulkan gangguan pada serviks. Pemeriksaan bisa dilakukan sendiri, atau dengan bantuan dokter/bidan. 

Skrining untuk mendeteksi kanker serviks, dimulai sejak 3 tahun setelah kontak seksual pertama, diulang tiap 3-5 tahun bila dalam 3 tahun pertama skrining hasilnya normal. Lanjutkan skrining rutin meski sudah menopause. “Perubahan pada sel-sel serviks bisa memerlukan waktu hingga 10 tahun. Mungkin saja seorang perempuan terinfeksi di usia 45 kemudian terjadi progresivitas dan baru terdeteksi di usia 55,” tutur dr. Andi.

Perempuan yang tidak lagi aktif secara seksual, misalnya suami meninggal, tetap perlu melakukan skrining rutin. Ingat bahwa perjalanan kanker serviks membutuhkan waktu  lama, sehingga risiko tetap ada hingga belasan, bahkan puluhan tahun kemudian, setelah tidak lagi aktif seksual.

Skrining rutin tetap perlu dilakukan hingga usia 70. Bila hasilnya normal dalam tiga kali pemeriksaan selama usia 60-70, selewat usia 70 tidak perlu lagi melakukan skrining. (nid)


Ilustrasi: People photo created by pressfoto - www.freepik.com