Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara di Indonesia: untuk Pasien, bersama Pasien
kanker_payudara

Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara di Indonesia: untuk Pasien, bersama Pasien

Kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Data Global Cancer Observatory (Globocan) 2022 menunjukkan, lebih dari 66.000 perempuan Indonesia didiagnosis kanker payudara setiap tahunnya. Sayangnya, sebagian besar kasus baru kanker payudara di Indonesia ditemukan pada stadium lanjut. Ini sangat disayangkan karena makin lanjut stadium, angka keberhasilan makin rendah, dan biaya pengobatannya pun makin tinggi.

Awal Oktober lalu, pemerintah telah meluncurkan Rencana Kanker Nasional 2024 – 2034. Hal ini disambut baik oleh Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI). “Komitmen baik ini harus segera ditindaklanjuti dengan strategi implementasi yang tertuang dalam rencana aksi nasional khusus kanker payudara disertai rencana pendanaan yang memadai agar implementasinya bisa optimal, mengingat beban penyakit yang sangat besar,” tutur Ketua Panitia A2KPI Aryanthi Baramuli Putri, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (31/10).

RAN Kanker Payudara adalah strategi nasional untuk menurunkan beban penyakit kanker payudara dan mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2,5% per tahun, sebagaimana ditetapkan oleh WHO melalui Global Breast Cancer Initiative.

Menurut statistik, lebih dari 48% pasien kanker payudara di Indonesia didiagnosis pada stadium III dan 20% pada stadium IV, dan 70% pasien meninggal atau mengalami masalah finansial hanya dalam 12 bulan sejak didiagnosis. Hal ini disoroti oleh A2KPI.

Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) sekaligus salah satu penggagas A2KPI Linda Gumelar mengungkapkan, RAN Kanker Payudara sangat penting sebagai peta jalan agar Indonesia dapat mencapai sasaran penurunan angka kematian akibat kanker payudara. “Serta memastikan tercapainya indikator yang telah ditetapkan GBCI yaitu 60% kasus terdeteksi secara dini, diagnosis ditegakkan dalam 60 hari, dan 80% pasien menerima pengobatan multimodalitas sehingga bisa berhasil,” tutur Linda.

A2KPI menyatakan kesiapan penuh untuk berperan dan terlibat secara aktif dalam penyusunan RAN Kanker Payudara, memastikan bahwa rencana ini selaras dengan kebutuhan pasien dan dapat diimplementasikan secara efektif.

Dewan Penasehat Lovepink Samantha Barbara mengungkapkan, “Tujuan utama dari upaya penanggulangan kanker payudara adalah untuk memberikan hasil penanganan yang lebih baik bagi pasien. Oleh karena itu, pasien adalah pemangku kepentingan kunci dalam penyusunan dan implementasi RAN Kanker Payudara. Untuk pasien, bersama pasien.”

Rasa Takut: Penyebab Kanker Payudara di Indonesia Terus Tinggi

“Angka kanker payudara di Indonesia tidak bisa diturunkan hanya dengan alat-alat yang canggih, tapi juga harus dengan deteksi dini,” tegas Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD KHOM, Ketua Yayasan Kanker Indonesia.

Ia melanjutkan, meskipun tersedia alat pemeriksaan yang canggih sekalipun, percuma bila orang tidak mau periksa. “Alasannya sangat manusia: takut. Kalau nanti positif bagaimana? Kanker ini harus dikeroyok, tidak bisa dilawan sendirian. Di sinilah peranan asosiasi dan support group kanker,” ujarnya.

Kita bersyukur, layanan kesehatan mulai dibenahi. Fasilitas USG payudara ataupun mamografi kini sudah jauh lebih banyak tersedia di hampir semua provinsi. Tinggal kita yang memutuskan, ingin melakukan skrining untuk bisa mendeteksi kanker secara dini, atau menunda dan menyimpan bom waktu.

“Tidak usah takut. Kalau di stadium awal, keberhasilan pengobatan sangat baik,” ujar Linda. Linda bersama teman-teman sesama penyintas kanker, gencar berkampanye melalui media sosial untuk mengajak perempuan Indonesia melakukan deteksi dini.

Pemerintah memiliki program kesehatan yang sangat menarik, yaitu pemeriksaan kesehatan rutin secara gratis untuk tiap warga negara di hari ulang tahun, setiap tahunnya. Ada berbagai macam pemeriksaan penyakit dalam program skrining kesehatan tersebut. Pemeriksaannya berbeda-beda sesuai dengan kelompok usia dan faktor risiko yang dimiliki. Khusus untuk kanker, tidak hanya kanker payudara melainkan juga pemeriksaan kanker serviks, kanker paru, kanker hati, dan lain-lain. Dengan program ini, semoga angka deteksi dini kanker payudara di Indonesia bisa meningkat. (nid)