Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja, baik orang dewasa atau anak-anak. Penyakit tekanan darah tinggi ini disebut juga pembunuh diam-diam karena sering kali tanpa keluhan. Biasanya penderita baru mengetahui menderita hipertensi setelah terjadi komplikasi.
Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013, prevalensi hipertensi adalah 25,8%. Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%.
Dalam riset terbaru pada anak-anak berusia di bawah 6 tahun yang mengalami obesitas, ditemukan beberapa di antaranya tidak mengalami lonjakan tekanan darah sistolik (saat jantung memompa darah) ataupun diastolik (saat jantung beristirahat).
Ternyata sebagian besar anak tersebut memiliki ibu yang mengonsumsi DHA (docosahexaenoic acid) atau yang dikenal juga sebagai omega-3 selama kehamilan.
Manfaat terbesar terlihat pada anak dari wanita yang mengonsumsi 600 mg DHA per hari. Dalam bentuk alami, omega-3 banyak terdapat dalam ikan seperti salmon, tuna, cod atau tiram.
Dilansir dari dailymail.co.uk, Profesor Susan Carlson, ahli nutrisi dari University of Kansas, Amerika Serikat menjelaskan konsumsi omega-3 dari minyak ikan telah lama diketahui mempu menurunkan tekanan darah, baik pada dewasa atau anak-anak.
“Namun, hubungan antara konsumsi DHA di awal kehamilan dan fungsi fisiologis jangka panjang, termasuk pada tekanan darah, merupakan penelitian baru.
“Sebuah studi observasi di Belanda telah menghubungkan tingginya kandungan DHA (omega-3) di dalam rahim dengan tekanan darah yang lebih rendah,” kata Prof. Susan.
Riset tersebut melibatkan ibu hamil yang dirawat di University of Kansas Medical Center’s Maternal and Child Nutrition and Development Lab, pada Maret 2006 sampai September 2009.
Separuh partisipan mendapat plasebo atau suplemen omega-3 sebanyak 600 mg per hari, selama sekitar 14,5 minggu. Asupan dimulai sejak kehamilan kurang dari 20 minggu sampai kelahiran.
Sebenarnya, tujuan utama peneliti adalah untuk mengukur perkembangan kognitif (otak) anak. Sementara kondisi tekanan darah anak menjadi hasil sekunder.
Riset tersebut melibatkan 171 anak yang tekanan darahnya diukur tiap 6 bulan sejak ia berusia 4 tahun. Ditemukan anak gemuk atau obesitas dari ibu yang mendapat plasebo mengalami hipertensi, tetapi tidak pada anak dari ibu dengan suplementasi omega-3.
Anak obes dan gemuk pada kelompok plasebo mengalami rerata peningkatan tekanan darah sebesar 3,94 mm Hg untuk tekanan darah sistolik, dan 4,97 mm Hg pada tekanan darah diastolik, dibanding anak gemuk/obes pada ibu dengan suplementasi omega-3.
“Paparan DHA / omega-3 saat periode perkembangan janin tampaknya mampu melindungi anak dengan obesitas dari hipertensi,” terang Prof. Susan. “Sudah diketahui bahwa tekanan darah mengikuti perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga mereka dengan tekanan darah yang lebih tinggi saat anak-anak berisiko memiliki tekanan darah yang lebih tinggi lagi di kemudian hari.”
Profesor John Colombo, salah satu tim penelti, mengatakan ada sebuah fenomena yang disebut ‘developmental programming (pemrograman perkembangan)’ yang mempelajari dampak dari lingkungan di masa kehamilan (prenatal) dengan kondisi janin/anak pada jangka panjang.
“Lingkungan prenatal memrogram metabolisme janin untuk menjadi seperti yang diharapkan saat dilahirkan. Efek DHA /omega-3 yang diketahui dalam memrogram fungsi jantung adalah menjaga tekanan darah tetap normal,” terang Prof. John Colombo. Riset ini dipublikasikan dalam JAMA Network Open. (jie)
Baca juga : Bukti Baru Suplementasi Omega 3