Selama kehamilan, janin dalam rahim ibu dilindungi oleh kantung dan air ketuban. Fungsi dari kantung ketuban ini di antaranya adalah melindungi janin dari benturan, memberi ruang agar tulang bayi berkembang dengan normal, membantu perkembangan paru-paru dan menghindarikan dari terjadinya tekanan pada tali pusat janin.
Air ketuban juga berfungsi agar bayi dapat bergerak bebas ke segala arah dengan nyaman di dalam rahim. Air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion.
Pada awal kehamilan, cairan ketuban terdiri dari air dan elektronik. Tetapi, air ketuban dapat bercampur dengan cairan lain yang masuk ke dalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak anensefalus.
Air ketuban secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah dengan cara ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus dan kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk ke dalam peredaran darah ibu. Karenanya, setelah 12 -14 minggu usia kehamilan, air ketuban akan berisi protein, lemak, fosfolipid, urin janin, dan cairan otak.
Periksa volume ketuban
Cairan ketuban diproduksi sejak awal kehamilan. Volumenya terus bertambah, seiring dengan pertumbuhan janin. Saat usia kehamilan ibu sekitar 33 minggu, volume air ketuban mencapai sekitar 1 – 1,5 liter dan akan berkurang hingga 200 cc, ketika kehamilan sudah cukup bulan (40 minggu).
Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG (K)., menyarankan agar ibu hamil rutin melakukan pemeriksaan pengukuran cairan ketuban. Hal itu terkait dengan kecukupan nutrisi dan oksigen bagi janin dalam kandungan.
Volume normal adalah 1 liter. Cairan ketuban akan dikatakan kurang, bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc, dan berlebih jika lebih dari 1000 cc. Kelebihan atau kekurangan cairan ketuban, dapat menimbulkan komplikasi pada ibu atau janin.
Oligohydramnios (air ketuban sedikit)
Kekurangan cairan ketuban, biasanya memunculkan keluhan antara lain rembesan cairan ketuban yang mirip seperti keputihan. Cairan ini biasanya keluar terus menerus mengalir, berbau agak anyir, warnanya jernih dan tidak kental. Gerakan janin juga terasa jadi lebih keras dan menimbulkan nyeri berlebih pada ibu.
Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi fatal. Jika oligohydramnios terjadi pada trimester pertama kehamilan, berisiko menimbulkan cacat bawaan pada janin, keguguran, kelahiran prematur atau janin meninggal.
Jika terjadi pada trimester kedua kehamilan, berisiko mengganggu tumbuh kembang janin. Dan jika terjadi menjelang persalinan, dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama kelahiran. Seperti, tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam ke segala arah. Ujung-ujungnya, persalinan ibu menjadi lama atau malah ibu gagal bersalin.
Polihidramnios (air ketuban terlalu banyak)
Jika air ketuban terlalu banyak, volume ketuban bisa mencapai 3 – 5 liter. Hal itu umumnya terjadi setelah umur kehamilan ibu mencapai 22 minggu atau sekitar 5 bulan. Ibu hamil biasanya merasa kandungannya cepat sekali membesar.
Pada kasus ekstrem, pembesaran perut biasanya berlebihan sehingga dinding perut menjadi tipis,sehingga pembuluh darah di bawah kulit dapat terlihat dengan jelas. Lapisan kulit pecah sehingga tampak guratan-guratan nyata pada permukaan kulit di perut.
Banyaknya cairan ketuban, menyebabkan kedudukan janin menjadi tidak stabil. Berisiko menyebabkan janin sungsang, melintang atau kepala ke bawah. Saat dilakukan pemeriksaan suara denyutan jantung itu terdengar jauh, karena letaknya cukup jauh dari permukaan.
Cairan ketuban yang berlebih akan menekan diafragma, sehingga ibu menjadi sesak napas. Selain itu, dapat menyebabkan peregangan atau tekanan pada dinding rahim. Ini dapat memicu terjadinya kontraksi sebelum waktunya.
Pada akhirnya, keluhan-keluhan tersebut akan memicu terjadinya hipertensi pada kehamilan (preeklampsia), yang membuatnya harus diakhiri dengan persalinan prematur.
Faktor Penyebab
Banyak faktor yang dapat menyebabkan abnormalitas air ketuban. Kekurangan air ketuban sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin membesar, gangguan pertumbuhan pada janin, atau kelainan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi urinnya sedikit.
Bisa karena kehamilan sudah lewat waktu, sehingga fungsi plasenta menurun. Kemungkinan lain, si ibu memiliki penyakit seperti darah tinggi, diabetes, gangguan pembekuan darah dan penyakit otoimun seperti lupus
Sementara pada kasus polihidramnios, penyebab yang sering diketahui adalah produksi urin janin berlebihan, kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, seperti hidrosefalus, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
Atau, ada sumbatan atau penyempitan saluran cerna pada janin, sehingga janin tak bisa menelan air ketuban, yang menyebabkan volume air ketuban meningkat. Bisa karena kehamilan kembar, sehingga ada dua atau lebih janin yang menghasilkan air seni.
Biasanya setelah ditemukan kasus abnormalitas air ketuban, ibu hamil akan diberi beberapa resep oleh dokter seperti obat peredam kontraksi, penyedotan air ketuban atau sebaliknya, injeksi penambahan air ketuban. (puj)