Saat ini banyak pasangan suami/istri yang memilih persalinan sectio caesarea – biasa disebut caesar. Alasannya bisa bermacam-macam, selain kondisi medis tertentu, salah satu yang kerap kita dengar adalah agar bisa melahirkan di tanggal “cantik”.
“Beberapa tahun belakang ini ada tren untuk melakukan persalinan caesar, dibanding normal. Ini memrihatinkan,” ungkap Dr. Emi Nurjasmi, MKes, Ketua Kolegium/Dewan Pakar Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Ia menjelaskan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pervalensi persalinan caesar berkisar 15%. “Tapi sekarang angka sectio kita sudah di atas 27%. Tidak mengerti mereka itu (masyarakat yang memilih persalinan caesar) kalau ada jaringan yang dirusak lewat persalinan sectio,” katanya dalam webinar Peran Povidone-Iodine (PVP-I) dalam Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Pascapersalinan, Kamis (24/10/2024).
“Fenomenanya sekarang, masyarakat kita ini sebagai followers tokoh-tokoh, ia bisa seorang influencer, artis, dsb, yang lebih memilih persalinan sectio,” imbuh Emi Nurjasmi, “Sementara kan lebih baik dan lebih aman (jika persalinan normal).”
Pada kesempatan yang sama, dr. Yosi Tamara, SpOG, Kepala Instalasi Pendidikan dan Pelatihan RS. Akademik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menegaskan, operasi caesar bukan berarti aman 100%. Tetap ada risiko perdarahan, infeksi hingga cedera organ.
Secara statistik, risiko infeksi yang diakibatkan oleh persalinan caesar hingga 25%, jauh lebih tinggi dibanding persalinan normal, yakni 16%.
Selain itu, Emi Nurjasmi menambahkan waktu pemulihan luka pasca-persalinan pun berbeda. Pada kelahiran normal proses penyembuhan luka dan pemulihan kondisi ibu akan memakan waktu hingga 3 minggu. Berbeda jauh dengan persalinan caesar, yang bisa mencapai 6 minggu.
“Jadi bagaimanapun juga kalau bisa normal, ya (persalinan) normal. Bedanya kan cuma sakitnya di depan (saat persalinan) dan di belakang (pasca persalinan),” kata dr. Yosi
“Yang satu sakitnya di belakang, bisa seumur hidup. Apakah setelah caesar tidak sakit. Tidak juga. Setelah caesar pun bertahun-tahun, capek sedikit masih clekit-clekit (nyeri) sedikit di bekas caesarnya.”
Ibarat ban motor, imbuh dr. Yosi, jika sudah bocor tidak akan pernah bisa seperti ban baru. “Ban motor bocor kita tambal, seperti caesar itu kita tambal, nanti dibawa lagi naik gunung ada risiko pecah lagi. Tidak bisa dibandingkan dengan ban yang masih baru,” tukasnya.
Lebih sehat dengan persalinan normal
Metode persalinan menentukan kuat lemahnya imunitas bayi. Bayi yang baru lahir perlu bantuan untuk merangsang agar daya tahan tubuhnya berkembang maksimal, caranya lewat persalinan normal dan pemberian ASI.
Saat lahir saluran cerna bayi nyaris steril. Proses persalinan normal (dengan kontraksi berjam-jam) membuka kontak alami antara bayi dengan mikrobiota normal di jalan lahir ibu dan lingkungan.
Bakteri ini berkoloni di usus bayi dan berperan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh; terutama dilakukan kelompok Bifidobacteria dan Lactobacilli atau sering disebut probiotik. Probiotik berperan penting dalam kesehatan saluran cerna, karena memicu daya tahan tubuh.
Pada persalinan caesar tidak terjadi kontak antara bayi dengan mikrobiota ibu. Operasi dilakukan di ruang steril dan ibu biasanya diberi antibiotik untuk mencegah infeksi pasca-operasi. Akibatnya, kolonisasi probiotik di usus bayi terhambat.
Bayi lebih berisiko mengalami penyakit seperti alergi, asma, serta gangguan saluran napas dan saluran cerna.
Baca: Persalinan Caesar Tingkatkan Risiko Alergi, Perbaiki dengan Probiotik dan Prebiotik
PVP-I mencegah infeksi persalinan
Penting untuk mencegah risiko infeksi baik pada persalinan normal atau caesar. Penggunaan antiseptikpovidone-iodine (PVP-I) dalam tindakan persalinan per-vaginal efektif mencegah infeksi perineum (jaringan antara vagina dan anus).
Association of periOperative Registered Nurses (AORN) menyatakan PVP-I sebagai antiseptik yang baik untuk vaginal antisepsis. Pemakaian PVP-I sebelum jahitan menghasilkan penyembuhan luka yang optimal pada wanita yang memerlukan episiotomi (tindakan insisi pada perineum saat persalinan). Secara signifikan mengurangi kejadian ruptur luka 10 hari setelah melahirkan.
“Preparasi kulit perineum dengan menggunakan antiseptik povidone-iodine akan membuat konsentrasi bakteri pada area yang akan dilakukan episiotomi berkurang. Akan mengurangi risiko infeksi area episiotomi,” terang dr. Yosi.
Termasuk pada operasi caesar, dr Yosi menambahkan, penggunaan povidone iodine sebelum seksio sesarian untuk membersihkan vagina akan meningkatkan outcome postpartum. “Secara signifikan akan mengurangi insiden endometritis postpartum. Juga mengurangi risiko postoperative seperti demam atau infeksi luka operasi,” pungkasnya. (jie)