Secara umum, berenang acap disebut sebagai salah satu olahraga yang paling baik. “Renang menggerakkan seluruh otot tubuh di tubuh dan meningkatkan metabolisme, tanpa memberikan benturan atau beban,” tutur dr. Michael Triangto, Sp.KO dari Slim + Health Sports Therapy, Jakarta. Khusus untuk perempuan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Mayoritas perempuan memiliki bentuk tubuh buah pir (gynecoid), yakni lebih besar pada bagian panggul. Secara anatomi, ini menguntungkan perempuan karena akan mempermudah proses persalinan. Namun sayangnya, berenang mungkin kurang menguntungkan bagi perempuan yang memiliki bentuk tubuh seperti ini.
“Dengan berenang, tungkai akan banyak berfungsi. Bila kurang mampu menjaga pola makan, maka berpotensi untuk memperbesar otot-otot tubuh bagian bawah, terutama pinggul dan paha,” terang dr. Michael. Ini berlaku untuk semua jenis gaya, terutama gaya katak (dada).
Baca juga: Melindungi Kulit dan Rambut dari Kaporit
Sementara itu, kulit yang dingin akibat berenang biasanya akan meningkatkan nafsu makan. Akhirnya kita makan lebih banyak, sementara otot-otot tungkai berkembang dengan gerakan renang. Alhasil, bagian paha bisa makin besar.
Pangan yang baik seperti susu, perlu juga “diwaspadai”. Terutama susu nabati seperti susu kacang kedelai atau susu almond. “Susu nabati mengandung fitoestrogen, yang cenderung membuat pinggul dan paha semakin besar,” ucap dr. Michael.
Meski disarankan memilih jenis olahraga lain bagi pemilik tubuh gynecoid, jangan dulu patah arang. Bila memang sangat menyukai renang, masih bisa melakukannya, asal dengan “treatment” khusus. Saat di kolam, jangan terus-terusan berenang. “Berenang jangan berlebihan. Kombinasikanlah dengan berjalan di kolam,” saran dr. Michael.
Tak kalah penting, harus mampu menjaga pola makan. Intinya tetap dengan pedoman gizi seimbang, dan jangan berlebihan porsinya. Bila asupan makan sehari-hari sudah memenuhi kebutuhan gizi, sedapat mungkin susu tidak perlu, karena kandungan lemaknya cukup tinggi. “Kalaupun mau minum susu, lebih baik pilih yang hewani,” imbuhnya.
Baca juga: Kelly Tandiono: "Sehat, Gak Perlu Diet"
Bila memiliki payudara besar, renang mungkin terasa nyaman ketimbang berlari. Tambah lagi, berenang dianggap dapat membantu meringankan nyeri punggung dan pinggang, yang kerap menyerang perempuan berpayudara besar. Namun ternyata, tidak selalu nyeri punggung bisa mendapat manfaat dari berenang.
Untuk mengetahuinya, ada tes sederhana. Berdirilah dengan kedua kaki terbuka selebar bahu, lalu bungkukkan tubuh dan kepala seperti gerakan rukuk. Lalu, bandingkan dengan berdiri sambil menekuk tubuh ke belakang, seperti posisi kayang. “Mana yang lebih tidak nyaman? Kalau lebih tidak nyaman ke depan, berenang cocok untuk keluhan nyeri pinggang. Tapi kalau lebih tidak nyaman ke belakang, tidak cocok berenang; harus olahraga yang lain,” papar dr. Michael.
Posisi tubuh dalam renang selalu melengkungkan tulang belakang dan leher ke atas. “Bila tengadah saja sudah sakit, apalagi berenang,” imbuhnya.
Mengingat renang tidak menimbulkan beban, apakah berarti ideal untuk yang obes? “Ya. Tapi kembali lagi, mampu tidak mengatasi rasa dinginnya?” ujar dr. Michael. Faktor kenyamanan juga perlu diperhitungkan. Bila terlalu gemuk, mungkin terasa sesak, tidak nyaman, dan tidak PD (percaya diri) saat mengenakan pakaian renang. Untuk yang obes, dr. Michael menyarankan bersepeda statis. Tidak ada beban pada sendi, dan tidak ada risiko terjatuh saat bersepeda.
Berenang memang lebih disarankan bagi yang memiliki bentuk tubuh android (bahu dan dada bidang, pinggul kecil) dan thyroid (ramping-panjang dengan hanya sedikit lekukan). Di luar yang dua itu, masih bisa berenang, asal paham “rambu-rambunya”. (nid)
___________________________________
Ilustrasi: jill111 / Pixabay.com