Kehamilan adalah periode kritis dalam kehidupan. Di sana terjadi perubahan fisik dan hormon yang salah satunya mempengaruhi emosi. Ibu hamil rentan mengalami stres.
Menurut Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K), staf pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI – RSCM, ibu hamil mengalami stres cenderung memiliki pola makan yang tidak benar. Membuatnya sang ibu makan lebih banyak, atau terlalu sedikit, atau salah makan.
Hal ini menyebabkan risiko kehamilan bermasalah meningkat, misalnya bayi menjadi kekurangan nutrisi, ada risiko hipertensi atau diabetes selama kehamilan.
Beberapa data menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidak mampu mengatasi stres dengan baik berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau secara prematur. Penelitian juga menunjukkan adanya kaitan antara stres saat hamil dengan peningkatan risiko gangguan tumbuh kembang bayi, seperti ADHD dan autisme.
“Respons tubuh terhadap stres adalah pelepasan kortisol dan hormon lainnya untuk mengatasi krisis. Dengan stres yang terjadi terus-menerus ibu hamil akan memiliki level kortisol lebih tinggi dari normal, menyebabkan bayi hipersensitif terhadap stres,” terang dr. Ali, dalam acara SGM Bunda Dampingi Bunda Jalani Kehamilan dengan Sehat, Sebagai ‘Langkah Awal Dukung Generasi Maju’.
Kondisi tersebut akan mempengaruhi temperamen bayi, membuatnya menjadi gampang rewel. Saat anak menjadi lebih besar, cenderung mengalami kesulitan konsentrasi, mengakibatkan kesulitan belajar, “Dan, membuat anak lebih mudah depresi di masa depan,” papar dr. Ali.
Cara mengatasi stres saat hamil
Sangat penting bagi ibu untuk bisa mengelola stres selama kehamilan. Tujuannya agar ibu bisa menjadi lebih rileks dan mampu menikmati kehamilan. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres adalah :
Cukup istirahat. Penting bagi ibu hamil untuk memiliki waktu istirahat yang cukup, sempatkan tidur siang sesaat di jam istirahat.
Olahraga ringan. Aktivitas fisik ringan sangat dianjurkan bagi ibu hamil, selain akan meningkatkan peredaran darah, olahraga terbukti sebagai metode relaksasi yang efektif. Jenis olahraga yang disarankan antara lain yoga, pilates, senam ibu hamil atau jalan santai.
“Olahraga ringan akan memacu pertumbuhan pembuluh darah baru dan meningkatkan efisiensi metabolisme sel. Ketika ibu berlatih, janin juga mengalami latihan ringan yang membuatnya lebih mudah menangani stres. Olahraga juga adalah stimulasi perkembangan otak ,” terang dr. Ali.
Namun ada hal yang perlu diperhatikan selama berolahraga, yakni hindari panas berlebih, yakinkan kecukupan cairan, dan berhenti saat merasa sakit.
Meditasi. Banyak metode meditasi yang dianjurkan untuk mengendorkan pikiran, saraf dan otot yang tegang selama masa kehamilan. Meditasi napas baik dilakukan karena mambantu meringankan ketegangan, menurunkan denyut jantung dan membuat ibu hamil lebih mudah tertidur. Sementara meditasi berjalan dilakukan dengan berkonsentrasi pada tarikan napas sambil melakukan aktivitas jalan kaki. Metode ini bisa melancarkan peredaran darah ibu hamil. (jie)
Baca juga : Waspadai Kurang Gizi Mikro di Masa Kehamilan, Dan Apa Dampaknya