Emily Burch, Griffith University
“Dapatkan kulit yang bercahaya!” “Hilangkan jerawat Anda!” “Bercahayalah dari dalam!”
Itu adalah beberapa pernyataan yang muncul ketika Anda bertanya kepada Google untuk sebuah pertanyaan klasik tentang: apa yang harus saya makan untuk mempercantik kulit?
Beberapa rekomendasi termasuk mengurangi cokelat, makanan cepat saji dan produk susu. Tapi adakah bukti yang mendukung rekomendasi semacam ini?
Cokelat
Peneliti mulai menyelidiki hubungan antara pola makan dan kesehatan kulit, terutama mengenai jerawat, pada pertengahan abad 1900. Buku-buku ahli kulit dari tahun 1930-an menyarankan membatasi asupan karbohidrat, makanan manis dan makanan cepat saji untuk menghindari jerawat. Tapi rekomendasi tersebut berdasarkan pengalaman dan observasi dokter, bukan berdasar penelitian.
Cokelat adalah jenis makanan yang sering dianggap sebagai penyebab jerawat. Dalam sebuah penelitian di tahun 1965, 65 orang diminta untuk memakan satu batang cokelat per hari selama empat minggu. Mereka diberikan satu batang yang memiliki kadar cokelat 10 kali lebih banyak dibanding biasanya, atau sebatang cokelat yang tidak memiliki kandungan cokelat.
Hasil menunjukkan peserta yang memakan batang cokelat tidak menderita wabah jerawat dibanding mereka yang tidak memakan cokelat.
Hasil serupa ditemukan pada penelitian tahun 1971. Dua puluh tujuh pelajar yang melaporkan mereka sensitif terhadap makanan yang memicu jerawat dan memakan cokelat, susu, kacang panggang dan minuman bersoda selama satu minggu. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah kasus wabah jerawat di antara kelompok yang diteliti.
Namun penelitian memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian tahun 1969 disponsori oleh Asosiasi Pembuat Cokelat Amerika. Dan kedua penelitian tidak mengikutkan asupan makanan lain dari peserta selama masa studi, yang mungkin telah mempengaruhi penampakan kulit mereka.
Baca juga: Research Check: does eating chocolate improve your brain function?
Penelitian terbaru tahun 2011 yang melibatkan 10 pria yang berusia antara 18-35 tahun, menemukan perubahan yang signifikan terjadi pada tingkat keparahan jerawat setelah mengonsumsi satu cokelat murni (dengan kandungan 100% kakao). Ada hubungan kuat antara jumlah cokelat yang dikonsumsi dan jumlah jerawat yang muncul empat dan tujuh hari setelah mereka mengonsumsi cokelat.
Jadi secara keseluruhan, temuan penelitian menunjukkan hasil yang bertentangan, dan rekomendasi yang jelas tentang cokelat belum dapat disimpulkan.
Tetapi penelitian lain yang lebih baik menyarankan strategi diet berbeda yang layak dicoba jika Anda ingin memperbaiki penampilan kulit Anda. Ini termasuk makan lebih banyak buah dan sayuran serta makanan dengan muatan glikemik (zat karbohidrat dalam darah) yang lebih rendah.
Muatan glikemik
Indeks glikemik (GI) adalah indikator dengan level antara 0-100 yang diberikan kepada makanan yang mengandung karbohidrat untuk menggambarkan seberapa cepat karbohidrat dicerna menjadi glukosa (gula) dan diserap ke dalam darah kita. Semakin rendah GI, semakin lambat kenaikan kadar glukosa darah ketika makanan dikonsumsi. Sebagian besar makanan sampah (permen, keripik dan kue) memiliki kadar GI tinggi.
Baca juga: GI diets don't work – gut bacteria and dark chocolate are a better bet for losing weight
Beban glikemik (GL) dibangun berdasarkan GI tetapi juga mempertimbangkan jumlah makanan yang dimakan. Ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang efek keseluruhan makanan terhadap kadar glukosa darah.
Begitu glukosa memasuki darah, sebuah hormon yang disebut insulin memindahkannya ke dalam sel kita untuk digunakan sebagai energi. Diet dengan GL tinggi memicu respons yang lebih tinggi pada insulin. Tingkat insulin yang tinggi ini meningkatkan hormon yang disebut faktor pertumbuhan seperti insulin (IGF), yang telah dikaitkan dengan wabah kulit – seperti jerawat.
Pada sebuah uji coba acak yang terkontrol tahun 2008 (dengan standar penelitian ilmiah yang membandingkan penelitian di antara dua kelompok), 31 laki-laki yang memiliki jerawat, berumur antara 15-25 tahun, diminta untuk menerapkan diet GL yang rendah atau tinggi selama 12 minggu. Kelompok GL rendah diperintahkan untuk mengganti makanan dengan kadar GI tinggi (sereal, kentang, roti putih olahan dan nasi) dengan makanan yang kadar GI rendah (daging tanpa lemak, buah-buahan serta roti dan pasta yang terbuat dari gandum).
Kelompok orang-orang dengan makanan kadar GL yang tinggi dianjurkan untuk memasukkan unsur karbohidrat ke dalam pola makan mereka dan mereka juga tidak mengetahui masalah GI. Mereka yang mengikuti pola diet makanan dengan kadar GL rendah melihat bahwa jerawat mereka membaik dan mereka kehilangan berat badan lebih banyak.
Sebuah uji coba acak yang terkontrol tahun 2007 menunjukkan hasil yang sama. Tapi karena peserta di kedua penelitian yang menerapkan diet dengan kadar GL rendah kehilangan berat badan, perbaikan pada penampakan kulit mereka mungkin disebabkan oleh hilangnya berat badan dan bukan karena diet itu sendiri.
Buah-buahan dan sayuran
Buah-buahan sangat baik untuk badan kita dalam berbagai hal, namun penelitian menunjukkan mereka juga bisa membuat kulit kita sehat bercahaya secara alami - dengan memberinya sentuhan warna kuning dan merah.
Warna kulit kita dipengaruhi oleh tiga pigmen - hemoglobin, karotenoid dan melanin. Banyak buah dan sayuran mengandung karotenoid. Warna hijau didapat dari brokoli dan bayam, warna oranye yang cerah dari wortel dan jeruk, dan warna merah dari capsicum dan tomat.
Ketika Anda memakan buah-buahan dan sayuran, pigmen-pigmen ini bisa menumpuk di kulit Anda, membuat kulit Anda memancarkan cahaya keemasan yang sehat. Manfaat yang sama belum didapat dari asupan suplemen, jadi untuk mendapatkan pigmen karotenoid lebih baik makan banyak buah dan sayuran yang berbeda.
Baca juga: Food as medicine: why do we need to eat so many vegetables and what does a serve actually look like?
Bagaimana dengan susu?
Secara alami, susu mengandung steroid anabolik, hormon pertumbuhan dan hormon pertumbuhan lainnya. Melalui jalur metabolisme yang rumit, hormon ini ini menyebabkan tingkat pelepasan insulin yang lebih tinggi, yang dapat menstimulasi munculnya dan berkembangnya jerawat.
Beberapa penelitian telah meneliti beberapa kemungkinan hubungan antara susu dan jerawat. Pada tahun 2005, 50.000 perempuan menceritakan pola diet mereka ketika di SMA dan ditanya apakah mereka pernah didiagnosa menderita jerawat yang parah oleh dokter.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang meminum susu lebih lebih banyak (terutama susu skim) lebih sering menderita jerawat. Sebuah penelitian tahun 2006 yang melibatkan 6.000 remaja perempuan dan sebuah penelitian tahun 2008 yang melibatkan sekitar 4.700 remaja laki-laki menunjukkan hasil serupa.
Tapi uji coba random yang terkontrol yang membuktikan hubungan antara susu dan jerawat belum pernah dilakukan. Ini artinya belum bisa dibuktikan apakah susu merupakan penyebab jerawat. Penelitian berkualitas diperlukan sebelum memberikan kesimpulan.
Jika Anda ingin memperbaiki penampilan kulit Anda, Anda bisa mencoba cara-cara ini:
-
Kurangi makanan dengan kadar GL tinggi dengan mengurangi jumlah makanan cepat saji dan olahan.
-
Tambah makanan dengan kadar GL yang rendah yang tidak akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah Anda (sayuran, ubi jalar, barley, kacang-kacangan dan roti gandum)
-
makan beragam buah dan sayuran untuk mendapatkan kulit bercahaya yang sehat.
Emily Burch, PhD Candidate, Griffith University
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
___________________________________________
ilustrasi: Starslav / Shutterstock.com