Waspadai Hipospadia, Kelainan Akibat Lubang Kencing Yang Ngumpet di Bawah Penis | OTC Digest

Waspadai Hipospadia, Kelainan Akibat Lubang Kencing Yang Ngumpet di Bawah Penis

Salah satu masalah di penis yang harus segera mendapatkan pertolongan adalah hipospadia. Tak sekedar mengganggu ke luarnya air seni, juga menyebabkan sulit mendapat keturunan.

Hipospadia merupakan keabnormalan pada saluran kemih (uretra) dan penis. Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak di ujung penis untuk mengeluarkan urin. Tetapi pada pengidap hipospadia, lubang uretra justru berada di bagian bawah penis.

Ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir. Diperkirakan satu dari 200 pria di dunia menderita hipospadia.

“Lubang uretra bisa di bawah kepala penis, di sambungan kepala dan batang penis, bahkan ada yang lubangnya berada di batang penis bagian bawah atau di sekitar skortum,” papar dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, dari Rumah Sunatan dr. Mahdian, Jakarta.

Orangtua perlu mewaspadai gejala hipospadia. Selain lubang uretra yang tidak pada tempatnya, kulup terlihat menaungi ujung penis. Ini terjadi karena kulup tidak berkembang di bagian bawah penis. Penis melengkung ke bawah akibat terjadinya pengencangan jaringan di bawah penis.

Hipospadia akan menimbulkan beragam masalah, pertama adalah masalah kebersihan. Karena pancaran air seni tidak ke depan melainkan menjadi ke bawah. Akibatnya bisa mengenai celana, sepatu, atau tidak bisa masuk ke lubang urinoir saat kencing di WC umum.

Masalah kedua adalah biasanya saat ereksi, penis tegang, tapi melengkung ke bawah. “Karena ada jaringan fibrotik yang menahan penis untuk ereksi normal. Dampaknya adalah saat anak menjadi dewasa, menikah, melakukan hubungan seksual, susah untuk penetrasi. Hubungan seksual terganggu dan menjadi keluhan baik buat suami atau istri,” terang dr. Mahdian.

Ketiga, adalah biasanya penderita hipospadia dewasa susah memiliki keturunan. Sebabnya, pancaran sperma tidak bisa masuk ke sel telur akibat arah pancaran ke bawah.  

Penyebab

Sebagaimana kelainan bawaan / caccat sejak lahir lainnya, penyebab pasti hipospadia belum diketahui. Pembentukan penis selama bayi berada dalam rahim tergantung kepada hormon, seperti testosteron. Para pakar memperkirakan hipospadia mungkin disebabkan oleh keefektifan hormon yang terhambat.

Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memicu hipospadia. Salah satunya adalah pengaruh keturunan. Walau bukan penyakit keturunan, tapi kondisi ini terkadang dapat terjadi pada bayi yang memiliki anggota keluarga dengan kondisi yang sama.

Faktor-faktor pemicu lain diperkirakan juga bisa berdampak kepada perkembangan janin pada masa kehamilan. Misalnya pengaruh kehamilan yang terjadi di atas usia 40 tahun dan pajanan rokok atau senyawa kimiawi selama kehamilan, terutama pestisida.

Penanganan 

Satu-satunya penyelesaian dengan melakukan operasi rekonstruksi, dibuat saluran buatan. Dr. Mahdian menjelaskan, operasi idealnya dilakukan saat anak-anak, tepatnya sebelum sekolah. “Karena masalah psikis. Biasanya anak-anak SD itu kalau ke kamar mandi bareng-bareng, habis berenang mandi bareng. Jika si anak memiliki masalah hipospadia membuatnya jadi bahan ejekan,” tambahnya.  

Sunat sekaligus operasi dilakukan untuk mengambil kulit (kulup), kemudian dibentuk, dan ditanam ke penis. Secara awam, kulit tersebut akan dibuat menjadi ‘pipa’ tambahan yang akan dipasangkan menjadi saluran baru sampai ke ujung kepala penis. (jie)