dampak kelaparan tersembunyi pada anak selama pandemi

Waspadai ‘Kelaparan Tersembunyi’ Selama Pandemi, Apa Dampaknya Untuk Anak?

Kurang konsumsi buah bisa menyebabkan ‘kelaparan tersembunyi’. Kondisi ini bisa berdampak, terutama untuk anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, mulai dari lebih mudah sakit / terinfeksi, stunting, hingga menderita penyakit kronis saat tumbuh besar.

Lembaga PBB untuk anak-anak (UNICEF) di Indonesia mengkhawatirkan dampak pandemi COVID-19 pada status gizi anak-anak. Pada awal krisis, PBB memperkirakan 2 juta anak balita di Indonesia mengalami wasting (gizi kurang), 7 juta anak stunting dan 2 juta lainnya kelebihan berat badan.

Dr. Florentina M. Rahardjo, MGizi, SpGK, menjelaskan kelaparan tersembunyi (hidden hunger) rentan terjadi pada anak-anak selama pandemi – terutama dari keluarga miskin, karena asupan makanan harian tidak memerhatikan nilai gizi.

“Kesulitan ekonomi menyebabkan pola konsumsi yang asal kenyang; banyak karbohidratnya, lauk seadanya. Tidak memikirkan makan buah,” katanya dalam peluncuran kampanye #SunprideBuatKebaikan secara daring, Kamis (22/10/2020).

Bahkan jauh sebelum pandemi, Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Food Programme (WFP) tahun 2014 menyatakan lebih dari dua juta orang di seluruh dunia mengalami kelaparan tersembunyi.

Hidden hunger bukanlah kelaparan yang sesungguhnya, melainkan terjadi saat tubuh kekurangan zat gizi mikro (mikronutrien) seperti vitamin dan mineral yang banyak terdapat dalam buah dan sayur.

Dr. Florentina menambahkan mikronutrien merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun berperan penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim berbagai metabolisme tubuh, termasuk kerja sistem imun.

“Kekurangan mikronutrien pada anak-anak bisa mengganggu tumbuh kembang, fungsi kognitif (otak) dan menurunkan imunitas,” tukasnya. “Pada akhirnya anak menjadi rentan terhadap infeksi dan berdampak pada prestasi di sekolah.”

Kelaparan tersembunyi juga menyebabkan anak lebih berisiko mengalami penyakit tidak menular (diabetes, penyakit jantung, atau autoimun) dan gangguan reproduksi saat ia dewasa.

Tahapan yang terjadi

Sebelum masuk tahapan kekurangan (defisiensi) mikronutrien, tubuh akan mengalami deplesi. Ini adalah berkurangnya cadangan vitamin dan mineral, terutama vitamin yang larut air.

“Kondisi deplesi belum menunjukkan gejala, tetapi jika dilakukan tes akan terlihat adanya penurunan vitamin/mineral dalam darah atau jaringan,” ujar dokter yang praktik di RS Mayapada, Jakarta Selatan itu.

Bila kondisi tersebut berlanjut menyebabkan pengeluaran enzim atau hormon yang bergantung pada mikronutrien tersebut berkurang. Menimbulkan gejala fisik seperti kekurangan energi, kelelahan, nafsu makan berkurang atau kesulitan tidur.

Semakin berlanjut, terjadi kerusakan (yang bisa diperbaiki) dari jalur metabolism dan fungsi seluler. Atau, kerusakan (tidak bisa diperbaiki) pada organ; ini yang disebut kekurangan (defisiensi) mikronutrien.

Pentingnya konsumsi buah

Kecukupan asupan buah yang sayur penting untuk menjalankan fungsi barrier fisik (kulit, saluran pencernaan, saluran napas, dll) dan sel imun. Namun, khusus untuk meningkatkan daya tahan tubuh, asupannya harus di atas anjuran konsumsi harian.  

“Jika dalam keadaan normal kita dianjurkan konsumsi 2-3 porsi buah sehari. Saat ini (masa pandemi) sebaiknya 4-5 variasi buah dalam sehari,” terang dr. Florentina.

Donasi buah

Melihat banyaknya anak-anak yang terdampak pandemi COVID-19 sehingga kurang konsumsi buah segar, PT Sewu Segar Nusantara (produsen buah-buahan bermerk Sunpride), mengadakan kampanye #SunprideBuatKebaikan.

Ini merupakan ajakan untuk mengonsumsi buah setiap hari untuk menjaga kesehatan sekaligus mendonasikan buah untuk anak-anak dari keluarga yang terdampak Covid-19

Cindyanto Kristian, Chief Executive Officer PT Sewu Segar Nusantara mengatakan dalam kampanye #SunprideBuatKebaikan setiap pembelian buah Sunpride selama periode 22 Oktober – 7 Desember 2020 berarti menyediakan buah bagi mereka yang membutuhkan.

“Donasi buah akan disalurkan melalui Yayasan Waroeng Imaji, ReachOut Foundation dan Foodbank of Indonesia,” pungkasnya. (jie)