Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2020 dari Badan Pusat Statistik menyebutkan, anak-anak Indonesia masih mengalami kerawanan akses terhadap makanan sehari-hari. Secara umum, sekitar 14 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami kerawanan pangan, sepanjang 2018 – 2021. Ini bukan hal yang bisa diabaikan, terutama bila terjadi pada anak-anak. Apapun yang terjadi, orang tua tetap harus mengoptimalkan gizi anak.
Peneliti Ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia (IEKI), Mutia A. Sayekti mengungkapkan, sering kali yang paling terdampak saat terjadi kerawanan pangan adalah kelompok anak-anak. Anak-anak belum bisa mencari uang sendiri, dan masih tergantung pada keluarganya. “Ketika terjadi krisis dan kerawanan pangan, biasanya yang diprioritaskan adalah ayah sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga,” ujarnya, dalam diskusi Hari Pangan Dunia “Cerdas Atur Pengeluaran Agar Gizi Anak Optimal”, Senin (31/10/2022).
Kekurangan nutrisi tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan dan kecerdasan anak. “Anak jadi tidak semangat belajar, dan kondisi berpikirnya pun tidak optimal. Bila ini terus berlanjut, mereka akan sulit bersaing ketika dewasa nanti, dan tidak bisa memiliki pendapatan yang baik,” tutur Mutia.
Gawatnya lagi, hal ini akan menjadi siklus yang terus berulang. Dengan gaji pas-pasan, bila ia berkeluarga nanti, keluarganya pun akan mengalami kerawanan pangan. Anaknya tidak mendapat asupan nutrisi yang baik, sehingga tidak bisa bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Tips Mengoptimalkan Gizi Anak
Harus diakui, kondisi ekonomi memang cukup menantang belakangan ini. Pandemi COVID-19, inflasi, dan kenaikan BBM, membuat harga barang-barang naik. Daya beli pun berkurang, dan akses untuk mengakses makanan bergizi terutama protein hewani, jadi lebih sulit. Padahal, protein hewani sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak dan mencegah stunting.
Mutia mengingatkan, “Makanan adalah fokus yang bisa diusahakan agar anak-anak tetap bisa berprestasi di level rumah tangga.” Sebagai pengelola rumah tangga, ibu dan ayah harus mengatur strategi untuk menghadapi situasi yang serba tidak pasti. “Mulai dengan cara yang paling sederhanajadikan anak sebagai target utama pemenuhan gizi keluarga,” imbuhnya.
Ingat selalu dasar pemberian nutrisi, yaitu konsep gizi seimbang. “Dua bentuk penerapannya yaitu dengan konsep Isi Piringku, dan konsumsi beragam jenis makanan,” lanjut Mutia. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengoptimalkan gizi anak.
1. Komitmen
“Kita sedang membangun gaya hidup keluarga. Komitmen adalah hal pertama yang harus dipenuhi,” tegas Mutia. Dalam hal ini, ibu dan ayah harus sama-sama berkomitmen untuk mengoptimalkan gizi anak, dan rela membuat ebrbagai penyesuaian agar hal ini tercapai.
2. Membuat anggaran khusus belanja bahan pangan
“Makanan sehat tak perlu mahal, cukup sekitar 23-35% dari penghasilan rumah tangga,” ucap Mutia. Prioritaskan dulu pengeluaran untuk hal ini. jangan tergiur dengan diskon, padahal barang tersebut tidak ada dalam prioritas keluarga.
Ibu bisa membuat estimasi belanja bahan pangan untuk 3-5 hari. “Belanjalah produk lokal di tempat terdekat. Cari tahu di mana saja titik-titik sekitar rumah yang menjual bahan pangan,” terang Mutia. Bagaimana bila kualitas bahan pangan di sekitar rumah jelek? “Ibu bisa membeli di tempat yang kualitasnya baik tapi agak jauh, dengan belanja sekaligus lebih banyak,” tambahnya.
Jangan lupa untuk memasukkan aneka bumbu dalam anggaran belanja bahan pangan, dan mengelola sumber daya yang ada. Alangkah baik bila bisa menanam sendiri bumbu sederhana seperti cabe, seledri, ataupun rimpang seperti kunyit, di halaman rumah atau pot-pot kecil.
3. Buat perencanaan menu
Membuat perencaan menu bisa membuat anggaran jadi lebih tekontrol. Ibu bisa merencanakan menu per minggu, atau sesuai kenyamanan Ibu. “Yang penting, pastikan dalam seminggu itu menu beragam,” tandas Mutia.
Pastikan menu makan meliputi karbohidrat, protein dari sumber beragam, serta aneka macam sayur dan buah. Perhatikan pula cara penyimpanannya, agar bahan pangan lebih awet dan segar meski disimpan berhari-hari di kulkas. Dan, “Usahakan lebih banyak masak sendiri, agar lebih terkontrol apa yang kita beli dan olah.”
4. Evaluasi makan di luar
“Coba evaluasi lagi, seberapa sering kluarga makan di luar? Apa saja yang dimakan? Apakah sesuai dengan prinsip gizi seimbang?” tutur Mutia. Boleh saja makan di luar sesekali, tapi perhatikan frekuensinya; jangan terlalu sering. Upayakan pula bahwa makanan yang kita beli tetap sesuai dengan Isi Piringku.
5. Meningkatkan literasi soal nutrisi
Yang pasti, orang tua harus melek gizi dan kesehatan. Perbanyak membaca artikel mengenai gizi dan kesehatan dari sumber-sumber terpercaya. Bila ada kesempatan ke dokter, manfaatkan untuk bertanya soal nutrisi untuk anak.
6. Buat meal prep
Membuat meal preparation atau meal prep juga bisa membantu Ibu mengoptimalkan gizi anak. “Caranya sederhana. Ikuti perencanaan menu yang sudah kita buat, lalu masak di hari luang,” jelas Mutia. Buatlah masakan setengah matang untuk beberapa hari ke depan, sehingga tinggal dimatangkan saat akan dikonsumsi.
Tentunya, perlu belajar cara menyimpan makanan setengah jadi. Mana yang bisa didimpan di rak kulkas, maka yang di chiller, dan mana yang perlu dibekukan di freezer. Perhatikan pula jenis makanannya, karena tidak semua makanan bisa dibuat dengan meal prep. “Misalnya bayam, kan tidak boleh dihangatkan,” ujar Mutia.
Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengoptimalkan gizi anak. Tidak terlalu sulit, asalkan dilandasi komitmen yang kuat. (nid)