Selama ini kita paham pentingnya memilih popok bayi yang tepat, terutama untuk mencegah munculnya ruam popok. Ternyata yang tidak banyak diketahui adalah popok mempengaruhi proses bayi belajar berjalan.
Kematangan pergerakan bayi dimulai pada tahun pertama kehidupannya, yaitu pada usia 12 bulan, dan kematangan tahap berjalan (merangkak, ditetah, hingga berjalan mandiri) si kecil terjadi dalam fase 3 tahun pertamanya.
Pada periode ini, anak-anak membutuhkan dukungan antara lain seperti pola asuh positif, peralatan serta perlengkapan yang mendukung kemahiran geraknya. Salah satunya popok.
Para ahli menjadikan gait (gaya berjalan) sebagai representatif parameter perkembangan motorik normal. Karena gait melibatkan pola gerak dan koordinasi yang berbeda. Popok ternyata berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak.
Studi telah melaporkan bahwa memakai popok sekali pakai menghambat gerakan dan mobilitas bayi, sehingga mengurangi jumlah aktivitas fisik dan membatasi perkembangan motorik.
Hirotaka Gima, dkk, menunjukkan bahwa bentuk popok mempengaruhi gerakan spontan tungkai bawah pada bayi muda. Selain itu riset lain juga menyimpulkan bila memakai popok dapat menurunkan kecakapan berjalan pada balita berusia antara 13 dan 19 bulan.
Kondisi tersebut menunjukkan pola gaya berjalan yang tidak stabil, dibandingkan dengan saat berjalan telanjang (tanpa popok). “Oleh karena itu, bentuk dan ukuran popok sekali pakai dianggap memiliki pengaruh signifikan terhadap pergerakan tungkai bawah pada bayi,” tulis Tomoya Ueda, dalam laporan penelitiannya.
Dalam penelitiannya, Tomoya Ueda melihat pengaruh ketebalan popok sekali pakai yang berbeda pada gaya berjalan. Melibatkan 26 bayi rerata usia 19 bulan. Balita dikelompokkan menjadi 4: memakai popok tipe A_basah, tipe A_kering, tipe B_basah dan tidak memakai popok.
Peneliti mengukur kinematika sendi (sudut panggul dan sudut sendi pinggul) dan parameter spatiotemporal (panjang langkah dan lebar langkah) gaya berjalan balita.
Popok tipe B_basah lebih tebal dibanding tipe A_basah, dan tipe A_kering lebih tipis daripada tipe A_basah.
“Hasil kami menunjukkan bahwa cara berjalan balita saat memakai popok berbeda dengan saat telanjang. Ini disebabkan oleh pengaruh ketebalan popok pada ekstremitas bawah (kaki),” tulis peneliti.
Popok tebal lebih berpengaruh daripada popok tipis pada dinamika sendi dan lebar langkah. “Oleh karena itu, temuan kami menunjukkan bahwa memakai popok dengan beban berat yang tinggi dapat menghambat pola berjalan alami balita,” imbuh Tomoya.
Pentingnya memilih popok bayi yang tepat juga ditekankan oleh dr. S.T. Andreas Cristan Leyrolf, MKed (Ped), SpA, dalam peluncuran produk MAKUKU SAP Diapers Comfort Fit, Rabu (15/2/2023).
“Perlu diketahui juga bahwa mengenakan popok dalam kondisi basah, membengkak ataupun menggumpal akan menghasilkan sebuah abduction atau pergerakan menyamping,” katanya.
“Hal inilah yang menyebabkan kaki si kecil mengangkang sehingga postur tubuhnya terlihat kurang baik.”
Beberapa produk popok bayi dilengkapi dengan teknologi penyerapan terbaru, seperti SAP (super absorbent polymer), yang mampu menyerap feses atau air seni hingga 400 ml.
Selain itu, teknologi SAP ini memungkinkan popok tidak menggunakan bahan pulp, mencegah terjadinya gumpalan pada popok, sehinga membantu gerak motorik bayi.
Adanya fakta bila popok mempengaruhi proses bayi berjalan, penting bagi orangtua untuk cermat memilih popok untuk si kecil. (jie)