Melihat anak kecil nonton YouTube di gawai, sudah jadi pemandangan yang amat biasa, terutama di kota-kota besar. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sebanyak 38,92% anak usia 0-6 tahun di Indonesia telah menggunakan telepon seluler. Di satu sisi, hal ini memang sulit dihidarkan. Namun jangan lupa, paparan layar gawai di usia dini bisa menimbulkan risiko kesehatan, misalnya sindrom mata kering pada anak.
Sindrom mata kering adalah kelainan pada permukaan mata. Ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata, adanya ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.
Apakah mata kering berarti tidak ada air mata? Ternyata tidak demikian. “Kondisi di mana air mata tidak stabil itu bukan berarti tidak ada air mata, tidak bisa nangis, atau mata tidak berair. Justru yang paling sering, mata berair,” papar dr. Niluh Archi S. R., Sp.M, atau akrab disapa dr. Manda.
Air mata memiliki tiga lapisan: lipid (lemak), aqueous (air), dan musin. Ketiganya memilki peranan tersendiri. Gangguan pada keseimbangan lapisan ini bisa menimbulkan gangguan mata kering.
dr. Niluh Archi S. R., Sp.M (dr. Manda) / Foto: dok. JEC
Faktor Risiko Mata Kering pada Anak
Sindrom mata kering biasanya bersifat multifaktor, kemunculannya bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor/kondisi. Faktor risiko mata kering pada anak antara lain kongenital atau bawaan, penyakit autoimun, alergi, dan faktor lingkungan. “Faktor lingkungan yang paling banyak yaitu penggunaan AC, gawai, dan polusi udara,” ujar dr. Manda dalam webinar yang diselenggarakan oleh JEC Eye Hospitals and Clinics (30/7/2024).
Apa hubungannya gawai dengan sindrom mata kering? “Saat menggunakan gawai, secara alamiah terjadi penurunan frekuensi berkedip, peningkatan penguapan air mata, dan penurunan kelenjar sebum,” jelas dr. Manda.
Mata kering mungkin tampak sepele, tapi bila didiamkan, akan terjadi penurunan kualitas hidup karena anak tidak bisa beraktivitas secara optimal. “Mata terasa tidak nyaman, tergantung pada obat, bahkan bisa terjadi kerusakan permanen,” imbuhnya.
Mata kering yang tidak segera ditangani bisa menimbulkan peradangan sehingga mengakibatkan kerusakan permukaan mata. Ini bisa bersifat ringan hingga berat, temporer atau permanen. “Mata yang terlalu kering seperti mesi yang tidak dikasih oli. Bisa terjadi luka atau goresan pada kornea. Mungkin awalnya tidak kelihatan, tapi kalau sudah parah, kerusakannya bisa permanen,” terang dr. Manda.
Mengenali Gejala Mata Kering pada Anak
Gejala mata kering yang kerap dikeluhkan yaitu mata terasa tidak nyaman; seperti ada yang mengganjal, sering mrah, berair, terasa kering, ada sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, serta sering mengucek mata.
Masalahnya, menurut dr. Manda, gejala mata kering pada anak cenderung lebih ringan, padahal derajat keparahannya sama. “Pada anak susah-susah gampang mengenalinya, karena gejalanya tidak kelihatan jelas. Yang diperlukan adalah awareness dari orang-orang dewasa di sekitarnya, terutama orangtua dan guru,” tegas dr. Manda.
Gejala yang paling sering terlihat yaitu anak jadi sering mengucek mata, matanya berair, atau sering mengedipkan mata. “Itu kan sebagai kompensasi bahwa matanya mulai kering, tapi dia tidak bisa mengeluh seperti orang dewasa. Kita yang harus jeli mengenali, mungkin itu mata kering,” tutur dr. Manda.
Pemeriksaan dan Pengobatan
Pemeriksaan mata kering meliputi serangkaian tes. Mulai dari Dry Eye Questionnaire, Schirmer Test (menilai volume air mata), Tear Break Up Time/TBUT (menilai stabilitas air mata), Ocular Surface Staining (menilai derajat peradangan), Meibography (menilai kondisi kelenjar Meibom di kelopak mata), TearLab® Osmometer (menilai kadar osmolaritas air mata), hingga keratograf (alat bantu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai permukaan mata serta stabilitas lapisan air mata).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, tim dokter akan akan memberikan pengobatan yang sesuai. Mulai dari lubrikan atau obat tetes pengganti air mata, hingga punctal plug pada kondisi berat untuk mengatasi volume air mata yang kurang. Dokter mungkin juga memberikan obat anti-inflamasi dan antibiotik (tetes mata atau oral) untuk mengatasi peradangan dan kemungkinan infeksi pada mata. Obat lain yang mungkin diberikan yakni serum tetes mata autologous untuk memperbaiki permukaan mata yang mengalami kerusakan.
Sindrom mata kering pada anak lebih sulit dikenali. Orangtua harus lebih jeli. Bawalah anak ke dokter mata segera, bila tampak gejala mencurgakan pada mata anak. Jangan hanya mengandalkan obat-obatan bebas yang bisa dibeli di aotek, karena mungkin anak butuh pengobatan yang lebih lanjut. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Image by 8photo on Freepik