Merawat Anak dengan Epilepsi | OTC Digest

Merawat Anak dengan Epilepsi

Kasih sayang orangtua penting dalam merawat anak penyandang epilepsi. Perlakukan layaknya anak normal, karena epilepsi bukan penyakit. Sehingga anak tidak minder dan tetap terdorong berprestasi.

Epilepsi dapat menyerang siapa saja. Pada anak balita biasa dikenal dengan istilah kejang demam atau step. “Agak sulit mendeteksinya pada bayi. Orangtua perlu memperhatikan perubahan anak, karena tidak kejang kaku / kelojotan, tapi hanya mata melotot atau berkedip. Pada anak yang lebih dewasa biasanya didahului dengan teriakan. Ini karena anak sudah merasa akan terserang sehingga lebih dulu berteriak memanggil ibunya,” papar dr. Satya Hanura, SpS., dari RS. Jakarta.

Untuk mencegah kejang berulang perlu terapi obat anti-epilepsi secara teratur. Biasanya setelah menjalani terapi obat selama 2-3 tahun kejang dapat dihentikan. “Harus teratur minum obat tiap hari. Yang jadi masalah adalah baru jalan 2 bulan sudah bosen, jadi kejangnya kambuh lagi. Maka lama pengobatan mundur lagi, yakni sampai 2 tahun dari kejang terakhir,” tambahnya. 

Keteraturan obat ini mutlak sebagai syarat kesembuhan. Dosis obat dapat diturunkan setelah kejang berkurang. Mencegah kejang berulang menjadi penting karena tiap kali kejang terjadi sekitar 1000 sel otak mati, dampaknya akan menurunkan IQ anak.

Bagaimana jika lupa minum obat? Segeralah minum obat begitu teringat kembali. Jangan ganti obat tanpa berkonsultasi dokter, karena perbedaan pemrosesan obat berpengaruh pada kerja obat dalam tubuh.

Bawakan obat yang dimasukkan lewat dubur (suppositoria) dalam tas sekolah. Informasikannya pada sekolah agar jika serangan terjadi di sekolah, guru perlu segera membantu memasukkan obat lewat dubur.

 

Hindari mengganjal mulut

Saat serangan terjadi, mulut anak kerap diganjal sendok agar lidah anak tidak tergigit, padahal tindakan ini salah. “Saat kejang otomatis lidah tertarik ke dalam. Saat memasukkan sendok ke mulut anak, sering malah jari ibu yang tergigit. Kadang sendok juga malah mengganjal lidah yang seharusnya masuk sehingga justru tergigit,” terang dr. Satya.

Sebaiknya letakkan anak di tempat aman, jika berada di daerah terbuka, berbatu pindah ke tempat teduh berumput. Jika di dalam rumah jauhkan dari meja, kursi atau benda-benda keras yang mungkin dapat melukai.

Kemudian miringkan tubuhnya agar ludah yang terkumpul di tenggorokan dapat tersalur ke luar. Jangan terlentangkan anak karena ludah tidak bisa keluar dan berisiko masuk ke paru-paru.

“Kalau kejang terjadi di sekolah, jangan dikerubuti. Karena setelah kejang, penyandang membutuhkan banyak oksigen. Biasanya kejang berlangsung maksimal hanya 2 menit,” tegas dr. Satya.

Dengan perawatan tepat anak dapat hidup dengan normal. Banyak tokoh besar di dunia ini ternyata penyandang epilepsi. Sebut saja Julius Caesar dan Alexander Agung, atau ilmuwan Isaac Newton dan Alfred Nobel. (jie)

 

Baca juga: Kenali Gejala Epilepsi pada Anak-Anak