Kenali Tanda Maag pada Anak | OTC Digest

Kenali Tanda Maag pada Anak

Sakit maag ternyata tidak melulu diderita orang dewasa, anak-anak pun berisiko mengalami maag. Apa penyebab anak kecil mengalami maag?

Dalam Jurnal of Clinical Pathology (2005) dilakukan penelitian pada 58 anak usia 14 tahun dari Korea, dan 115 anak usia 13 tahun dari Colombia. Bakteri Helicobacter pylori terdapat pada 85% anak Columbia dan 17% anak Korea.  Bakteri H. pylori diketahui bisa memicu maag.

Penularan kuman H. pylori belum jelas, diduga ditularkan dari orang ke orang lain, masuk ke lambung dan berkembang biak di sana. Lingkungan yang padat penduduk dengan sosial ekonomi menengah bawah dianggap sebagai faktor risiko. Orangtua yang terinfeksi, terutama ibu, juga ikut berperan. Sekitar 30-80% anak di negara berkembang diduga mengidap H. pylori.

Infeksi bakteri H. pylori kerap menyebabkan gastritis (maag) pada anak. Bakteri ini bekerja dengan menyerang lapisan pelindung (mukosa) lambung dan usus 12 jari. Ketika luka terbentuk timbul nanah, sementara lambung memrodukis asam lambung. Luka bersinggungan dengan asam, rasa nyeri pun muncul.

Prof. dr. Badriul Hegar, SpA(K), PhD., dari Divisi Gastroenterologi Anak Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM menjelaskan, maag pada anak berbeda dengan pada orang dewasa yang memiliki keluhan khas nyeri di ulu hati.

“Biasanya, sakit perut anal  ‘tumpul’ dan tidak jelas. Pada anak pra sekolah, sakit terutama di sekitar pusar dan makin parah jika anak makan. Bisa disertai muntah berulang,” jelasnya.

Sakit yang diraakan, menyebabkan anak terbangun malam hari. Dalam jangka panjang, karena ada gangguan penyerapan usus, berat badan bisa menurun. Terjadi  gangguan pertumbuhan, anemia defisiensi besi, diare berulang dan kurang gizi.

Bisa  terjadi perdarahan di saluran cerna. Pada anak usia di atas 6 tahun, gejalanya mirip pada orang dewasa. Kalau terjadi perdarakan, “Muntahan anak dapat berbentuk menghitam seperti kopi, karena darah terkena asam lambung,” ujar Prof. Hegar.

Diagnosa

Untuk membedakan sakit perut disebabkan bakteri H.pylori atau bukan, saluran cerna perlu dipemeriksa endoskopi (peneropongan) lambung dan usus 12 jari, atau tes darah. Dapat dilakukan skrining yang paling sederhana, yakni dengan uji urea napas.

Anak diminta meminum sejumlah urea yang sudah diberi tanda. Di dalam tubuh, urea dimetabolisme oleh bakteri dan dikeluarkan menjadi CO2. Jika si anak terinfeksi bakteri H. pylori, akan ditemukan dari CO2 yang punya tanda pada napas si anak.

Pengobatannya menggunakan antibiotik untuk membunuh bakteri di saluran pencernaan, bersamaan dengan obat yang berfungsi mengurangi produksi asam lambung, dan melindungi lapisan lambung.

Hindari obat-obatan yang mengandung aspirin, ibuprofen dan obat antiperadangan nonsteroid (non-steroidal anti-inflammatory agents /NSAIDs), karena dapat mengiritasi lambung. (jie)