Sunat atau sirkumsisi merupakan tindakan membuang kulit prepusium penis, atau yang lebih dikenal dengan kulup. Selain sebagai bagian dari tradisi dan ajaran agama, terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat sunat dari sisi medis.
Beberapa di antaranya seperti menghindari risiko penyakit gonore, herpes, kanker serviks dan kanker penis, infeksi saluran kemih, serta penularan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan human papilloma virus (HPV).
“Bagian dalam kulup tertimbun banyak smegma yang diproduksi oleh sel-sel mukosa area kulup. Smegma yang menumpuk berisiko menyebabkan infeksi berulang,” terang dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS.
Smegma merupakan bercak putih yang terbuat dari capuran sel-sel kulit mati, minyak, keringat dan kotoran yang menumpuk menjadi ‘daki’ di sekitar lipatan kulit (kulup) penis. Dengan alasan itu lah (secara medis) kenapa pria harus disunat.
Lantas kapan waktu yang tepat melakukan sunat? Di Asia Tenggara, sunat umumnya dilakukan diusia 5-13 tahun. Masyarakat suku Sunda melakukan sunat usia 3-5 tahun atau sebelum masuk sekolah dasar. Sementara suku Jawa biasanya saat usia masuk SMP, dan biasanya dirayakan karena bagian dari tradisi setempat.
Dalam kebudayaan lain, sunat dianggap sebagai inisiasi seorang anak memasuki masa dewasa. “Di negara-negara barat, sunat dilakukan saat masih bayi atau ketika dewasa,” terang dokter yang juga adalah pendiri Rumah Sunat dr. Mahdian.
Selain itu, secara tradisional dahulu sunat dilakukan pagi hari. Biasanya si anak diharuskan berendam di sungai sampai kedinginan sebelum sunat. Tujuannya agar saat kedinginan pembuluh darah mengecil, sehingga saat terjadi luka tidak berdarah dan tidak terlalu terasa sakit.
“Karena ini berlangsung terus-menerus, ada anggapan di masyarakat bahwa sunat wajib dilakukan pagi hari, ini adalah mitos. Dengan adanya bius, sunat bisa dilakukan kapan saja,” urai dr. Mahdian.
Lebih jauh, Ia menjelaskan, semakin besar usia anak disunat semakin lama masa penyembuhannya, karena ukuran pembuluh darah yang ikut membesar. Pada sunat dewasa lama penyembuhannya sekitar 30 hari, usia remaja sekitar 1 minggu, sedangkan pada anak yang lebih kecil lebih cepat.
“Menurut saya waktu terbaik untuk melakukan sunat adalah sebelum usia 40 hari. Tetapi di Indonesia sangat jarang, karena alasan orangtua yang tidak tega, atau dokter ragu-ragu karena dianggap terlalu kecil,” kata dr. Mahdian.
Waktu pertumbuhan sel manusia yang paling cepat adalah saat usia bayi. Bayi normal (tanpa penyakit bawaan) berat badannya akan naik 3 kali lipat dalam waktu 3 bulan. Demikian pula regenerasi selnya. Jika terjadi luka di usia tersebut, maka penyembuhannya pun jauh lebih cepat.
“Tetapi jika sunat dilakukan usia sekitar 1 tahun, anak sudah mulai aktif, memang timbul kesulitan. Misalnya saat pipis ia akan menarik klamp (alat sunat) sehingga berdarah, atau menggaruk jahitan sehingga berdarah. Atau anak banyak bergerak saat tidur, ini juga berisiko terjadi gesekan di area penis, menyebabkan luka.
“Maka sebaiknya disunat sebelum anak bisa tengkurap, usia 6 bulan. Selain itu pertumbuhan (regenerasi) sel usia 6 bulan masih sangat cepat. Dampak trauma psikologis ke anak tidak ada, karena bayi belum ingat apa-apa,” pungkas dr. Mahdian. (jie)
Baca juga : Jangan Lagi Takut Disunat, Sekarang Ada Sunat Tanpa Jarum Suntik