Tubuh memiliki zat yang otomatis dapat menormalkan sistem imun. "Kalau imunnya kurang, ditingkatkan. Kalau terlalu tinggi diturunkan," ujar Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), dari Sub Bagian Alergi-Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM/FKUI. Namun ada kalanya tubuh tak berhasil menormalkan sistem imunnya sendiri. Perlu bantuan dari luar yakni imunomodulator, yang bisa memodulasi (mengubah/memengaruhi) sistem imun kembali normal.
Imunomodulator berperan sebagai penguat sistem imun tubuh (imunostimulator) atau penekan reaksi yang berlebihan (imunosupresan). Imunomodulator bisa diberikan saat anak sakit atau kecapekan. "Misalnya diberikan bersama antibiotik. Meski sudah diberi antibiotik, kalau sistem imunnya tidak bagus maka penyembuhan bisa lama," jelas dr. Zaki.
Produk imunomodulator bisa berbahan sintetik, bisa pula terbuat dari tanaman, misalnya daun meniran. Daun ini punya efek meningkatkan sistem imun tubuh, dan sudah dibuat dalam bentuk produk jadi. Imunomodulator adalah obat, bukan suplemen yang bisa dikonsumsi sehari-hari. "Boleh mengonsumsi imunomodulator, asal ada indikasi. Kalau sistem imun tubuh sedang normal, tidak usah," tegas dr. Zaki.
Bila diberikan pada anak sehat, tidak hanya mubazir. Dikhawatirkan justru membebani tubuh dengan zat yang tidak diperlukan, sehingga bisa memperberat kerja hati (lever). ”Kita tidak tahu apa efek jangka panjangnya, meski sejauh ini belum ada efek negatifnya," tandasnya.
Bisakah sistem imun tubuh ditingkatkan secara alami, tanpa bantuan imunomodulator? Bisa. Sistem imun tubuh itu sama seperti organ tubuh lain, perlu energi. Agar sistem imun tubuh baik, gizi harus seimbang. Jadi, makan cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral akan membantu tubuh menguatkan sistem imun. Zat gizi dengan komposisi seimbang dan jumlah yang cukup sangat dibutuhkan. Jangan kurang dan tidak lebih. (jie)