Dalam tiga tahun terakhir sejak dunia terdampak pandemi COVID-19 pelaksanaan imunisasi menjadi amburadul. Imunisasi kejar perlu dimanfaatkan untuk memberikan anak-anak perlindungan optimal pada penyakit infeksi.
Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, SpA(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjelaskan imunisasi terbukti efektif meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah beragam penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Sebaliknya, “Jika banyak bayi dan balita tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap kelak berpotensi terjadi wabah berbagai penyakit (PD3I) yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan anak di masa depan,” ujar Prof. Hartono, dalam kegiatan Pekan Imunisasi Dunia 2023, Senin (23/5/2023).
Imunisasi yang tidak lengkap berpotensi memunculkan wabah penyakit polio, hepatitis B, tuberkulosis (TB), difteri, pertusis, tetanus, measles rubella (MR), pneumonia dan meningitis (yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b [Hib]).
Lebih lanjut Prof. Hartono mengatakan, “Bila imunisasi anak terlewat atau belum mendapatkan vaksin tertentu sama sekali karena beberapa hal, seperti sakit berat atau terlupa, disarankan untuk melakukan imunisasi kejar (catch-up immunization) agar anak dapat memperoleh imunisasi lengkap.”
Imunisasi kejar dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian beberapa jenis vaksin lainnya atau imunisasi rutin. Artinya, anak bisa mendapat suntikan vaksin lebih dari 1 kali dalam satu waktu, misalnya dengan pemberian Vaksin Hexavalen yaitu kombinasi vaksin DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), Hib, Hepatitis B dan Polio.
“Maka dari itu, masyarakat harus betul-betul memahami bahwa hanya dengan Imunisasi Rutin Lengkap (IRL) anak-anak Indonesia terlindungi secara optimal dari PD3I,” imbuhnya.
Sebagai informasi, pada pertengahan 2022 lalu, Kementerian Kesehatan telah menambahkan jumlah imunisasi rutin wajib di Indonesia, dari 11 antigen menjadi 14 antigen, yaitu vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk mencegah penyakit pneumonia, Vaksin Rotavirus untuk mencegah diare yang disebabkan oleh rotavirus, dan vaksin Human Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah kanker serviks.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, MKM, menambahkan imunisasi kejar diperlukan untuk melengkapi imunisasi anak yang tertunda selama pandemi.
“Imunisasi merupakan pencegahan penyakit yang aman dan efektif,” dr. Prima menambahkan. WHO mencatat vaksin terbukti mencegah 4-5 juta nyawa setiap tahunnya.
Vaksin juga dianggap unik karena bermanfaat secara langsung bagi individu mendapatkannya dan tidak langsung bagi kelompok masyarakat yang belum atau tidak mungkin divaksinasi karena alasan usia atau masalah kesehatan lain.
Bagi orantua yang belum memberikan imunisasi lengkap untuk buah hati mereka, bisa memanfaatkan Pekan Imunisasi Dunia yang diadakan tiap minggu ke-4 bulan April (24-30 April) untuk melakukan imunisasi kejar.
Imunisasi kejar dengan vaksin kombinasi
Imunisasi kejar direkomendasikan menggunakan vaksin kombinasi dan suntikan ganda. Kedua jenis imunisasi ini aman, memiliki KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi) ringan dan efektif mempercepat jadwal imunisasi.
Vaksin kombinasi terdiri dari lebih dari satu antigen dalam satu kemasan, misalnya DPT-HepB-HiB, MR atau OPV.
Pada suntikan ganda berisi dua atau lebih antigen dengan kemasan vaksin yang berbeda, disuntikkan dalam waktu bersamaan. Diberikan pada tempat yang berbeda, atau di tempat yang sama, dengan jarak sekitar 2,5 cm. (jie)