kenapa asi disebut makanan terbaik untuk bayi

Ini Sebabnya Kenapa ASI Disebut Makanan Terbaik Untuk Bayi

Saluran cerna adalah ibarat jalur Gaza-nya tubuh kita.  Sepanjang usus selalu terjadi ‘perang’ antara bakteri baik dan bakteri buruk. Ini menentukan kesehatan seseorang. Jika bakteri baik menang maka imunitas tubuh kuat. Sebaliknya jika patogen yang mendominasi, infeksi terjadi. Sementara pada bayi, secara fisiologis saluran cerna belum matang, sehingga rentan terjadi infeksi.  ASI dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di usus si kecil, itu salah satu sebab kenapa ia disebut makanan tebaik untuk bayi.

Selama dalam kandungan bayi menerima nutrisi dan membuang sisa metabolisme melalui plasenta. Saat lahir, perubahan terjadi dengan tiba-tiba, tapi tidak diikuti dengan kematangan saluran cerna. Hasilnya di hari-hari awal kelahiran berat badan si kecil akan susut sampai 10%. Di masa ini, bayi belajar menggunakan saluran cernanya.

“Selain itu pada bayi baru lahir, lambungnya kecil, sehingga porsi makannya sedikit. Padahal, dia membutuhkan banyak kalori. Itu sebabnya berat badannya pasti turun. Tapi tenang, itu normal,” tutur Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K), anggota Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Saluran cerna bayi lebih sensitif dibanding anak yang lebih tua. Maturasi pankreas bayi pun belum sempurna, ini berakibat produksi enzim-enzim pencernaan tidak maksimal. Di sisi lain saluran eksofagus (kerongkongan) yang mengontrol banyaknya makanan masuk ke dalam mulut belum bekerja efektif. Menyebabkan ia kerap muntah atau gumoh. Belum matangnya ginjal dapat membuat tubuh belum mampu mengatur keseimbangan elektrolit.

ASI (air susu ibu) terdesain sebagai makanan ideal untuk bayi. Ia tinggi lemak yang dibutuhkan si bayi untuk mematangkan organ-organnya. Protein dalam ASI pun lebih gampang diserap usus. Selain itu, ungkap dr. Hegar, ASI mengandung enzim-enzim saluran cerna yang akan mengoptimalkan fungsi saluran cerna.

Lebih detail ASI mengandung amylase, 1-Antitrypsin dan bile salt-stimated lipase. Ini adalah komponen untuk meningkatkan fungsi saluran cerna.  Sementara untuk kemampuan menyerap usus ada B-casein, lactoferin, haptocorrin, folate-binding protein, alpha lactalbumin, insulin-like growth factor-binding proteins. Dan untuk maturitas usus, dalam ASI terkandung growth factors, lactoferin, casein-derived peptides.

Kohler H, melakukan studi untuk membandingkan aktivitas antibakterial dalam feses bayi berusia < 1 tahun yang mendapatkan ASI (26 bayi) dan yang mendapatkan susu formula standar (18 bayi). Hasilnya dalam satu bulan pertama terukur IgA (antibodi) pada feses bayi dengan ASI ± 0,07 mg/mL. Semetara pada bayi yang diberi susu formula ± 0,01 mg/mL. Riset ini dimuat dalam Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition tahun 2002.

“ASI mengandung lemak tinggi alias tinggi kalori, tapi usus bayi belum memproduksi enzim untuk mencerna lemak. Nah di ASI sudah sekaligus ada enzim-enzim itu. Kandungan sufor (susu formula) standar dibuat sebisa mungkin mendekati ASI. Mengandung lemak, protein, vitamin yang mirip, tapi tidak ada hormon atau enzim-enzim. Kadang ditambahkan probiotik (bakteri baik),” ujar dr. Hegar.

Karena ASI tinggi kalori maka ia ideal untuk memenuhi kebutuhan energi yang tinggi dalam lambung kecil si bayi. Berbeda dengan susu formula, walau diberi dalam jumlah yang sama dengan ASI, kalori yang masuk tidak sebanyak ASI.  

Proses maturasi saluran cerna terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan. Ia akan mengembangkan kemampuan memproduksi enzim dan hormon pencernaan, juga antibodi guna melindungi diri sendiri (usus) dari infeksi. (jie)