Influenza Tak Kalah Berbahaya dari Corona
influenza_berbahaya_anak

Influenza Tak Kalah Berbahaya dari Corona, Lindungi Anak dengan Vaksin

Influenza sering dianggap remeh, padahal influenza tak kalah berbahaya dari corona. Untuk kasus flu biasa atau selesma (common cold) memang sering kali ringan. Namun, tidak demikian bila influenza disebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus influenzae type b (Hib). “Banyak orang menganggap ini virus influenza karena namanya, padahal berbeda. Hib bisa menyebabkan meningitis dan pneumonia. Terutama menyerang anak di bawah usia satu tahun,” papar dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD, vaksinolog lulusan University of Siena, Italia.

Hib adalah bakteri gram negatif, sangat berbeda dengan virus penyebab selesma. Pada selesma, karena disebabkan oleh virus (umumnya rhinovirus), penyakit akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Gejala seperti demam, hidung meler, tidak enak badan dan tenggorokan terasa sakit, bisa diatasi dengan obat. Meski sangat mengganggu, flu tidak sampai mematikan. Berbeda dengan infeksi Hib.

 

Influenza tak kalah berbahaya dari corona

Hib merupakan penyebab utama meningitis dan pneumonia pada anak-anak di negara berkembang. Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat CDC, sebelum ditemukan vaksin, Hib merupakan penyebab utama kematian anak usia <5 tahun. Rerata satu dari 200 anak di kelompok usia ini, mengalami infeksi Hib yang invasif (berbahaya). Hampir semua infeksi terjadi pada anak balita, dan sekitar 3/4-nya berusia <18 bulan. Sebanyak 3-6% infeksi Hib pada anak bersifat fatal. Yang mengkhawatirkan, 20% pasien yang bertahan dari Hib dapat mengalami gejala sisa pada persyarafan; misalnya kehilangan pendengaran secara permanen.

Penularan Hib terjadi melalui kontak langsung lewat percikan dahak pasien atau pembawa (carrier) Hib. Bayi yang baru lahir dapat terinfeksi, karena terpapar cairan amnion (air ketuban) atau kontak dengan cairan saluran genital ibu, yang mengandung bakteri tersebut.

Di akhir 1980, insiden penyakit akibat Hib yang invasif berkurang drastis; ini bertepatan dengan disetujuinya vaksin Hib konyugasi. Insiden Hib berkurang >99% dibandingkan masa sebelum vaksinasi.

Di Indonesia, Hib merupakan vaksin terakhir dari enam vaksin yang ditanggung oleh pemerintah. “Kita menggunakan vaksin pentavalen, yakni kombinasi dari DTP, hepatitis B dan Hib,” terang dr. Dirga. Jadwal vaksinasi Hib sama dengan DTP, yakni di usia 2, 4, 6 bulan untuk vaksinasi dasar. Selanjutnya bisa dilakukan booster satu kali, di usia 15-18 bulan.

Ada vaksin lepasan Hib yang bisa dilakukan sendiri di pusat layanan kesehatan swasta. Secara efikasi, sama saja antara vaksin kombinasi dengan yang satuan. Namun, pada kondisi tertentu misalnya anak-anak yang terlambat vaksinasi dan harus dikejar, vaksin kombinasi lebih bermanfaat. “Ketimbang memberikan vaksin dalam tiga suntikan berbeda, lebih praktis dengan vaksin kombinasi yang hanya sekali suntik,” ujar dr. Dirga. (nid)