imunisasi lengkap menjadi dasar lawan covid-19

Imunisasi Lengkap Jadi Modal Awal Lawan COVID-19

Imunisasi sejak bertahun-tahun telah terbukti mampu menyelamatkan jutaan nyawa akibat penyakit yang bisa dicegah lewat imunisasi. Imunisasi lengkap akan menjadi modal awal bagi anak untuk melawan pandemi COVID-19.

Sebelumnya data menyatakan sekitar 59 anak di bawah 18 tahun (1,6% dari total kematian) meninggal akibat COVID-19 di Indonesia per 15 Juli 2020. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut persentase ini yang tertinggi di Asia Tenggara.

Diharapkan berharap tidak ada lonjakan angka kematian karena penyakit infeksi lainnya yang bisa dicegah dengan pemberian imunisasi dasar lengkap. Diakui di awal pandemi COVID-19 terjadi penurunan imunisasi secara global, termasuk di Indonesia.

Sekitar Maret – Mei 2020 terjadi gangguan program imunisasi. Menurut dr. Achmad Yurianto, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, ini berkaitan dengan adanya kesimpang siuran berita, kelangkaan alat pelindung diri (APD), hingga belum bisa memetakan daerah dengan risiko tinggi, sedang atau rendah.

“Tetapi kita harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Dan kita sudah sepakat bila imunisasi itu penting, hanya bagaimana mengatur operasionalnya dihadapkan dengan protokol COVID-19 sehingga bisa tetap aman,” ujar dr. Yuri secara virtual dalam kanal YoutTube BNPB, Senin (31/8/2020).

Sebagai informasi, UNIFEC telah melakukan survei di awal Juni 2020 pada sekitar 12 ribu orangtua yang memiliki anak berusia <2 tahun di Indonesia. Diketahui, dari sekitar 7 ribu responden yang mengisi lengkap survei tersebut, 60%-nya tetap menginginkan imunisasi di masa pandemi.  

“Masa depan bangsa ada di tangan anak-anak. Ini adalah hak dasar supaya mereka sehat, imunisasi lengkap adalah bagian dari hak itu,” tegas dr. Yuri.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga memiliki BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang normalnya dilakukan 2 kali dalam setahun. Selama pandemi – di mana sekolah beralih tidak lagi tatap muka – bukan berarti BIAS tidak berjalan.

“Anak-anak tetap bisa mendapatkan imunisasi, tidak harus disekolah, tetapi bisa di fasilitas kesehatan yang lebih privat,”imbuh dr. Yuri.

Imunisasi dasar dan tambahan

Dalam kesempatan yang sama dr. Kenny Peetosutan Spesialis Imunisasi UNICEF Indonesia menjelaskan bila terjadi cakupan imunisasi yang  rendah dalam waktu lama, dikhawatirkan bisa muncul kembali penyakit menular dan menjadi wabah.

“Menangani wabah di waktu pandemi ini akan sangat sulit,” imbuh dr. Kenny.

Dr. Kenny menambahkan imunisasi dasar lengkap dilaksanakan pada anak baru lahir sampai berusia 9 bulan. Ini terdiri dari :

  1. Bayi baru lahir diberi imunisasi Hepatitis B (HiB).
  2. Usia 1 bulan mendapatkan BCG (Bacillus Calmette-Guérin untuk mencegah tuberkulosis) dan polio tetes (OPV / Oral Polio Vaccine).
  3. Usia 2 bulan pentavalen  (DPT-HB-HiB) 1 + polio (bOPV) 1.
  4. Usia 3 bulan pentavalen 2 + bOPV 2.
  5. Usia 4 bulan pentavalen 3 + bOPV 3 + IPV (Inactivated Polio Vaccine).
  6. Usia 9 bulan MR (campak dan rubella).
  7. Dilanjutkan imunisasi ulangan di usia 18 bulan dengan pentavalen 4 + bOPV4 + MR 2.

Sementara untuk anak usia sekolah dasar – melalui program BIAS - membutuhkan imunisasi berupa:

  1. Kelas 1 SD (usia 6-7 tahun) mendapat ulangan MR, dan difteri tetanus (Td).
  2. Kelas 2 SD (7-8 tahun) vaksin Td.
  3. Kelas 5 SD (11 tahun) vaksin Td dan HPV I.
  4. Kelas 6 SD (12 tahun) vaksin HPV II. (jie)

Baca juga : Saat Pandemi COVID-19 Anak Tetap Harus Imunisasi, Bagaimana Caranya?