MPASI cegah stunting

Cegah Stunting, Dokter: Sudah Gak Zaman MPASI Cuma Satu Jenis Makanan

Periode pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sangat penting, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi si kecil, tetapi juga efektif mencegah stunting. 

Survei Kesehatan Indonesia 2023 melaporkan bila 21,6% atau satu dari lima anak Indonesia mengalami stunting. Stunting lebih dari sekedar perawakan pendek, tetapi juga berpengaruh pada kecerdasan anak, dan risiko penyakit metabolisme di masa datang. 

Data juga menunjukkan bahwa kejadian stunting paling banyak terjadi pada usia di bawah 2 tahun, yang adalah 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Anak tidak mendadak menjadi stunting, ini adalah masalah gizi kronis (jangka panjang). 

Dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), dari RSIA Bina Medika Bintaro, menjelaskan, stunting diawali dengan perlambatan pertumbuhan, “menyebabkan tumbuh semuanya lambat, termasuk organ tubuh lainnya. Yang paling ditakutkan otak. Jadi bukan pendeknya, tetapi bagaimana kecerdasannya, IQ-nya.”

“Secara anatomi, di umur 2 tahun pertumbuhan otaknya sudah 70% dari otak orang dewasa. Jaras-jaras saraf anak 2 tahun dengan dewasa tidak beda bermakna. Kalau dari fungsinya, melihat, mendengar, berbahasa dan kognitif, mencapai puncaknya di usia 2 tahun. Artinya kalau kita mau buat anak mau jadi apa gedenya, kita kejar mati-matian di 2 tahun pertama,” terangnya dalam peluncuran kampanye Aksi 3 Langkah Maju sebagai peringatan Hari Gizi Nasional 2025, di Jakarta (23/1/2025). 

Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting antara lain praktik pemberian MPASI yang salah, hingga rendahnya kesadaran pemantauan tumbuh kembang anak rutin. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, bayi harus mendapat MPASI sejak usia 6 bulan, karena asupan energi dan nutrisi dari ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi. Tetapi, ASI bukan dihentikan.

“Pengetahuan ibu dan periode awal MPASI bermasalah. Ini kenapa berat badan anak susah naik. Padahal berat badan anak tidak boleh flat (mendatar) harus naik. Stunting tidak terjadi tiba-tiba, ada perjalannya. Diawali dengan weight faltering, berat anak naik tetapi tidak cukup. Jika tidak ditatalaksana akan jatuh ke berat badan kurang, lanjut lagi ke gizi kurang/buruk. Setelah itu barulah stunting,” urai dr. Novi. 

“Pada waktu mau masuk ke 6 bulan atau di bawah 6 bulan tetapi berat badan sudah naik tidak baik, dan tanda kesiapan makan sudah keluar, maka sudah boleh dimulai pemberian MPASI. MPASI sudah tidak lagi yang single menu, pisang atau wortel dulu. Sudah tidak zaman.”

Baca: Kenali Tanda-tanda si Kecil Siap Makan

“Sekarang makanan lengkap, ada karbohidratnya, ada protein, terutama hewani (daging, telur, susu). Jangan takut ngasih daging di anak umur 6 bulan. Lalu ada lemaknya, bisa dari minyak atau santan. Ada sayur-mayurnya, dan buah untuk snacking-nya. Bumbu boleh saja diberikan, garam, gula boleh diberi tapi dengan jumlah sedikit di bawah anak 1 tahun,” dr. Novi menambahkan. 

Baca : Memilih Sumber Protein Hewani Untuk MPASI, Ikan Lokal juga Tinggi Protein

Piring Makan anak 2 tahun berbeda

Stunting bisa dicegah dengan asupan protein yang berkualitas dan dalam jumlah cukup. Protein berkualitas yakni protein hewani, karena mengandung asam lemak esensial yang lengkap. Dianjurkan memberi protein 1,1 gr/kg berat badan anak, sejak usia 6 bulan. 

MPASI bisa dibuat dari makanan rumah, lalu diblender. Misalnya opor ayam dengan sedikit nasi, lalu blender sampai halus. Makin anak besar, buat teksturnya makin kasar, hingga menjadi makanan rumah biasa saat ia berusia 1 tahun. Dengan cara ini, anak terbiasa dengan bumbu dan rasa makanan keluarga. 

Ibu perlu memahami konsep Piring Makan anak hingga usia 2 tahun berbeda dengan dewasa. Hingga usia 2 tahun, piring makan mengacu pada ASI/produk susu, dengan tambahan protein. Sayur dan buah tidak perlu terlalu banyak. (jie)

Baca juga: Panduan Pemberian MPASI Terbaru Menurut WHO