mencegah eksim susu akibat alergi susu sapi

Bagaimana Mencegah Eksim Susu Akibat Alergi Susu Sapi?

Eksim susu pada bayi dipicu oleh alergi susu sapi. Membuat si kecil mengalami ruam merah, bengkak, gatal di bibir sampai lidah. Eksim susu dapat dicegah dengan melakukan upaya tertentu.

Alergi merupakan reaksi menyimpang sistem imun akibat masuknya zat dari luar tubuh (makanan, debu atau obat-obatan).  Pada dasarnya setiap orang bisa menderita alergi, namun mereka yang memiliki riwayat alergi dalam keluarga berisiko lebih besar.

Normal bila bayi memiliki sistem pencernaan yang belum matang /sensitif. Pada anak atopik (punya bakat alergi) risiko terjadinya masalah di saluran cerna lebih tinggi. Anak dengan salah satu orangtua memiliki alergi berisiko punya alergi sebesar 20-30%.

Jika saudara kandung didapati alergi, risiko meningkat jadi 25-30%. Bila kedua orangtua memiliki riwayat alergi, peluang anak alergi antara 40-60%. Risiko lebih besar lagi pada anak dengan kedua orangtua memiliki alergi yang sama, antara 60-80%. Namun, pada anak dengan orangtua tanpa riwayat alergi risiko masih ada, sebesar 5-15%.

Prof. Yvan Vandenplas, pakar gastroenterologi dan untrisi anak dari Vrije Universiteit Brussel Belgia, memaparkan alergi mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan penyakit lain di usia selanjutnya. \

Sebuah studi cross-sectional di Amerika Serikat oleh Robbins KA (2014) menegaskan, bahwa anak-anak dengan alergi makanan memiliki rerata tinggi badan, berat badan dan indeks massa tubuh lebih rendah dibanding anak tanpa alergi. Riset ini dilakukan pada 6.189 anak berusia 2-17 tahun.

Secara khusus, 10-15% kasus alergi pada anak disebabkan oleh alergi susu sapi. Alergi susu sapi berpotensi menetap sebanyak 24%.

Prof. Yvan menjelaskan alergi susu sapi berpotensi berkembang menjadi alergi terhadap makanan lain di usia < 3 tahun. Dalam perjalanannya,  alergi susu sapi dapat berubah menjadi asma, alergi rinitis (terjadi di hidung dan saluran napas) dan eksim (dermatitis atopik).

“Sayangnya gejala alergi tidak selalu spesifik,” ujar Prof. Yvan. “90% gejala muncul di usia < 3 bulan. Alergi protein susu sapi jarang berkembang setelah usia 12 bulan.”

Orangtua dapat curiga si kecil mengalami alergi susu sapi jika gejala berkembang dalam 2 bulan setelah pengenalan susu sapi. Atau lebih awal, dalam 2 jam setelah proses menelan. Gejala mengenai lebih dari satu sistem organ, misalnya di kulit sekaligus diare. Terutamanya pada anak yang memiliki riwayat alergi pada keluarga.

Eksim susu

Kejadian dermatitis atopis (DA) atau eksim susu kerena alergi susu sapi antara 30-45%. Ini merupakan radang kulit berulang berupa bintil-bintil kemerahan dan gatal.

Bila berlangsung lama, kulit menjadi kering, bersisik atau menebal dan menjadi kehitaman. Daerah yang biasanya terkena adalah di kedua pipi, lekuk siku dan lekuk lutut.

“Semakin muda usia anak penderita eksim, semakin parah eksimnya,” papar Prof. Yvan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) melalui situs resminya memaparkan, kulit bayi penderita DA menjadi cenderung kering, mudah gatal dan sensitif pada pakaian kasar, wol atau kain berenda. 

Prinsip pengobatan eksim susu adalah menghindari faktor pencetus, mengatasi gatal dan kekeringan dan menyembuhkan reaksi peradangan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan seperti :

  • Memilih sabun mandi dengan pH netral dan mengandung pelembab, hindari pembersih antibakterial.
  • Mandi air hangat 1-2 kali sehari, tidak lebih dari 10 menit setiap kalinya.
  • Oleskan krim steroid (untuk mengatasi peradangan) sesuai resep dokter. Bila peradangan sudah sembuh oleskan krim pelembab segera setelah mandi.
  • Pakaian baru sebaiknya dicuci dulu sebelum dipakaikan, untuk menghindari paparan formaldehid atau bahan kimia lain ke kulit bayi. Pilih pakaian berbahan katun dan tidak boleh terlalu ketat.
  • Hindari makanan yang dicurigai menyebabkan kekambuhan dan lakukan diet sesuai petunjuk dokter.

Pencegahan

Walau memiliki bakat, alergi tidak akan muncul tanpa pencetus. Makanan yang biasanya menyebabkan alergi adalah telur, susu sapi, kacang, sea food dan gandum. Faktor lingkungan berupa debu, tungau, serbuk sari atau asap rokok. Riset menunjukkan, bayi dari ibu yang merokok selama hamil berisiko 2x lebih besar memiliki asma sebelum umur 4 tahun. 

Menurut Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), MKes, dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, pada masa kehamilan calon ibu tidak dianjurkan memantang makanan tertentu, kecuali yang memicu alergi bagi si ibu. Demikian juga pada masa menyusui, agar nutrisi bayi tetap optimal.

Persalinan disarankan secara normal, bukan lewat operasi caesar. Saat bayi melewati vagina, bakteri ‘baik’ yang menempel di sana ikut berpindah ke bayi. Ini akan menguatkan sistem imun bayi.

Pada masa menyusui, ASI eksklusif adalah wajib. Kolostrum ASI (air susu pertama yang keluar; berwarna kekuningan) akan melindungi usus bayi, karena mengandung zat antibodi yang disebut sekretori immunoglobulin A (SIg A). Zat ini berfungsi menguatkan sistem imun bayi.

Ibu yang tidak beruntung karena ASI tidak lancar, terpaksa menggunakan susu formula. Sebagai pencegahan alergi berikan susu formula (sufor) hidrolisat parsial. Ini adalah susu sapi yang rangkaian rantai proteinnya sudah terpecah sebagian sehingga lebih mudah diserap bayi.

Pengenalan mananan padat sesuai waktunya, yakni 4-6 bulan, jangan terlalu cepat atau terlambat. Tidak ada pantangan makanan sebelum muncul tanda-tanda alergi. Setelah tanda alergi muncul segera konsultasikan ke dokter anak, untuk mengatur metode diet.  (jie)

Baca juga : Retak Usus Sebabkan Intoleransi Laktosa Sementara Pada Bayi