Waktu tidur anak yang cukup tidak boleh ditawar-tawar. Tetapi banyak orangtua mengeluhkan bayi/anak mereka sulit tidur. Padahal, aktivitas orangtuanya bisa mengganggu tidur anak.
Tidur cukup berperan dalam perkembangan mental dan fisik anak. Selain berefek langsung pada kebahagiaan, penelitian di jurnal Sleep Medicine menunjukkan bila tidur mempengaruhi kewaspadaan dan perhatian, fungsi kognitif, mood, ketahanan, perbendaharaan kosa kata, serta pembelajaran dan memori.
Pada balita, tidur siang diperlukan untuk konsolidasi memori, perhatian eksekutif dan perkembangan ketrampilan motorik. Tidur juga memiliki efek penting pada pertumbuhan, terutama di awal kehidupan bayi.
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, mantan President Asia Pacific Pediatric Association, menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya hormon.
Kerja hormon yang optimal dapat diperoleh dengan tidur yang berkuantitas dan berkualitas cukup. “Bahkan untuk tidur pun kita butuh hormon melatonin,” terang Prof. Aman di unggahan Instagram pribadinya.
Sayangnya, the American Academy of Pediatrics (AAC) memperkirakan masalah tidur dialami oleh 25-50% anak-anak, dan 40% remaja.
Aktivitas orangtua mengganggu tidur anak
“Durasi tidur anak bisa terganggu oleh aktivitas orangtuanya,” Prof. Aman menjelaskan.
Hormon melatonin secara alami kadarnya meningkat pada jam 9-10 malam. Aktivitas atau kebiasaan memainkan gadget (gawai) di atas pukul 9.00 bisa mempengaruhi kualitas tidur. Blue light dari gawai mengganggu hormon melatonin.
“Baik anak atau dewasa, saat jam 9-10 mulai terasa mengantuk, karena melatonin tinggi. Karena ada tugas yang harus disiapkan akhirnya kita harus kerja sampai jam 11 lewat – bekerja atau bermain gawai pada waktu tersebut menurunkan kadar melatonin, akibatnya tidur terganggu,” lanjut Prof. Aman.
Pada orangtuanya yang masih harus menyelesaikan deadline pekerjaan di malam hari, misalnya, lampu kamar yang menyala membuat bayi/anak tidak bisa tidur nyenyak.
“Data ilmiah mengatakan pada anak, ketika gangguan tidur ini berulang, risiko diabetesnya meningkat,” Prof. Aman menegaskan.
AAC juga menyatakan kurang tidur di awal kehidupan dihubungkan dengan peningkatan risiko rhinitis alergi (batuk pilek karena alergi), penurunan imunitas dan kegelisahan serta depresi.
Berapa waktu tidur anak yang dibutuhkan?
“Nah karena aktivitas orangtuanya balitapun ikut terganggu tidurnya. Akhirnya kita keluarkanlah rekomendasi,” lanjut Prof. Aman.
Waktu tidur anak menurut rekomendasi Asia Pacific Pediatric Association, bahwa dari bayi sampai umur tiga bulan harus tidur 14-17 jam, termasuk tidur siang.
Usia 4 - 11 bulan harus 12-16 jam. “Jadi cukup banyak kan. Setengah waktu 24 jam itu harus habis untuk tidur,” terang mantan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.
Kebutuhan tidur anak 1 - 2 tahun adalah 11 - 14 jam. Usia 3-4 tahun masih 10-13 jam. Masuk usia 5-13 tahun, anak tidak dianjurkan lagi tidur siang, rekomendasi tidurnya sekitar 9 - 11 jam. Sementara pada usia 14-18 tahun harus 8 - 10 jam.
Mencukupi waktu tidur anak perlu menjadi prioritas orangtua. “Jadi, bahkan sampai selesai masa anak tidak bisa ditawar-tawar lagi, bila tidur ini minimal 8 jam,” pungkas Prof. Aman. (jie)