Anak yang Tinggal di Apertemen Rentan Terpapar Bahaya Asap Rokok | OTC Digest

Anak yang Tinggal di Apertemen Rentan Terpapar Bahaya Asap Rokok

Jutaan orang dewasa dan anak-anak terekspos bahaya asap rokok, walau mereka sebagai second hand smoke atau perokok pasif.

Tak jarang, bahaya asap rokok bukan datang dari dalam rumah, melainkan dari lingkungan sekitar. Khususnya di rumah susun/apartemen datang dari tetangga yang merokok. Asap rokok menyebar / merambat melalui tembok, sistem ventilasi udara atau koridor apartemen. Menyebabkan siapa saja yang tinggal di lingkungan tersebut terekspos bahaya sama besarnya dengan si perokok.

Dilansir dari healthychildren.org, pada lingkungan seperti tersebut, anak-anak / bayilah yang paling rentan mengalami gangguan saluran napas. Sistem perlindungan tubuh, khususnya di daerah paru-paru anak belum berkembang sempurna.

Penelitian oleh Karen M. Wilson, Jonathan D. Klein, dkk., melibatkan 5002 responden berusia 6-18 tahun yang tinggal di apartemen, rumah dengan dinding yang saling menempel dan yang dindingnya terpisah dengan rumah lain. Peneliti mengukur nilai cotinine, sebuah penanda (marker) dari paparan asap rokok pada second hand smoke.  

Hasilnya didapati 73% anak terekspos asap rokok. Anak yang tinggal di apartemen memiliki level cotinine 45% lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di rumah dengan dinding antarrumah terpisah. Riset ini dimuat dalam The American Academy of Pediatrics News & Journal.

Asap rokok yang dihisap anak-anak berisiko menyebabkan asma dan infeksi saluran napas lainnya, juga radang telinga tengah (otitis media). American Journal of Therapeutics 2004 bahkan menyatakan tingginya cotinine berkorelasi dengan sindroma kematian bayi mendadak (suddent infant death syndrome / SIDS) karena hipoksia (kekurangan O₂). Sebagai catatan, SIDS menyebabkan 3500 bayi di Amerika meninggal  saat tidur akibat kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Para ahli tidak menakar batas aman seorang bayi/anak boleh terpapar asap rokok. Paparan dalam jumlah minimum terbukti bisa mengurangi fungsi endotel – lapisan yang melindungi pembuluh darah – anak. Berhubungan pula dengan turunnya kemampuan matematis, membaca dan tes menyusun balok (tes kemampuan kognitif).

Dr. dr. Aman B. Pulungan, SpA(K), Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh tiap 31 Mei mengemukakan, tembakau sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak. “Hentikan penggunaan tembakau demi masa depan anak Indonesia yang sehat,” tegasnya.

Sebagai informasi, asap rokok di alam terbuka mampu mencemari udara setidaknya sampai 6 meter di atas tanah. Jika di dalam ruangan, zat berbahaya dalam asap rokok akan menempel di perabot rumah hingga berbulan-bulan, dan terhirup orang-orang di sekitarnya.  (jie)