Anak Belajar di Rumah karena COVID-19, Jangan Diajak Bepergian
belajar_di_rumah_corona

Anak Belajar di Rumah karena Corona, Jangan Diajak Bepergian

Gubernur DKI Jakarta menetapkan agar anak belajar di rumah secara daring, sebagai antisipasi menekan angka penyebaran corona. Kebijakan ini berlaku mulai hari ini, Senin (16/3/2020), hingga 2 minggu mendatang. Langkah serupa juga dilakukan di beberapa kota dan daerah lain. Di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan kabupaten Bintan. Ujian Nasional (UN) pun ditunda di daerah yang terdampak wabah COVID-19.

Ini adalah salah satu upaya social distancing atau pembatasan sosial. Perlu digarisbawahi, 2 minggu anak belajar di rumah bukanlah liburan. “Dua minggu ini jangan dipakai untuk berjalan-jalan. Apalagi membawa anak keluar kota, yang bisa menjadi sarana memperluas penularan,” tegas Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K).

Social distancing bertujuan membatasi pergerakan manusia, sehingga transmisi virus bisa ditekan. “Bila upaya social distancing seperti ini berjalan dengan baik, efektivitasnya untuk membatasi penularan bisa mirip dengan lockdown,” lanjut Ketua Bidang 3 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) ini.

Terlebih, skrining COVID-19 di Indonesia sangat terbatas, dan tidak banyak dilakukan pada anak-anak. Gawatnya lagi, tidak semua orang yang terkena infeksi akan menunjukkan gejala. Sejauh ini, ditengarai anak-anak lebih tahan terhadap COVID-19. Namun, mereka bisa menjadi carrier atau pembawa virus, meski tidak sakit.

Bayangkan bila anak-anak dibawa keluar kota mengunjungi keluarga; virus akan begitu cepat menyebar. Terlebih bila keluarga yang dikunjungi adalah kakek dan nenek. “Orang yang berusia sepuh sangat berisiko terinfeksi COVID-19. Dan bila terinfeksi, berisiko menjadi penyakit yang berat,” imbuh Prof. Hartono.

 

Agar anak belajar di rumah tidak bosan

Dua minggu bukan waktu yang singkat bagi anak belajar di rumah saja. Sangat wajar bila anak menjadi bosan. “Orang tua bisa menghibur anak dengan menyediakan mainan, musik, buku, atau film yang bagus,” terang Prof. Hartono.

Musik adalah salah satu terapi yang bisa meningkatkan suasana hati menjadi gembira. Untuk permainan, tentu disesuaikan dengan usia anak. Yang penting, permainan dilakukan di dalam rumah dengan anggota keluarga saja. “Sebaiknya anak tidak dibiarkan main bersama temannya. Kalau main bersama teman, secara online saja,” imbuhnya. Bahkan kegiatan les dan kursus pun sebaiknya dihentikan dulu selama 2 minggu ke depan.

Boleh saja anak main keluar, tapi dengan anggota keluarga di rumah, bukan dengan teman. Intinya, interaksi dengan orang lain dibatasi hingga seminimal mungkin. Ini untuk melindungi anak tertular dari temannya, atau sebaliknya mencegah penularan ke orang lain. Ingat, tidak semua orang yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan gejala sakit.

Selain anak belajar di rumah untuk pelajaran sekolah, ajarkan pula anak untuk melindungi dirinya dari COVID-19. “Edukasi anak tentang etika batuk dan bersin, bahwa jangan batuk di depan wajah orang lain,” tegas Prof. Hartono. Ajari anak untuk menutup hidung dan mulut saat batuk. Bisa dengan lipatan siku, atau menutup dengan tisu. Setelah itu, tisu harus segera dibuang ke tempat sampah tertutup, dan anak cuci tangan.

Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun harus dijadikan kebiasaan. Cuci tangan perlu sesering mungkin. Terutama setelah setelah batuk/bersin, setelah memegang permukaan benda yang kotor, sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan sesudah dari toilet. “ajarkan juga untuk tidak menggosok-gosok mata, memegang hidung, dan memasukkan jari atau tangan ke mulut,” ujar Prof. Hartono. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Business photo created by yanalya - www.freepik.com