bayi di indonesia defisiensi vitamin d
defisiensi vitamin d pada bayi

9 Dari 10 Bayi Baru Lahir di Indonesia Defisiensi Vitamin D, Ini Dampaknya Bagi si Kecil

Siapa bilang paparan sinar matahari yang melimpah di Indonesia menjamin warganya terpenuhi kadar vitamin D-nya. Fakta penelitian menyebutkan 9 dari 10 bayi baru lahir di Indonesia kekurangan vitamin D, berkaitan dengan kurangnya asupan vitamin D saat ibu sedang hamil. 

Vitamin D dapat disebut sebagai hormon yang diperlukan untuk peningkatan penyerapan kalsium - dibutuhkan dalam proses pembentukan sel-sel tulang. Tetapi juga penting untuk mengatur diferensiasi sel, pematangan sel dan sistem imun. 

Bila terjadi kekurangan vitamin D akan berdampak pada pembentukan tulang yang tidak sempurna. Kekurangan vitamin yang terjadi pada usia dini atau anak-anak berisiko menyebabkan riketsia (kelainan bentuk tulang) dan ostemolasia (kerapuhan tulang). 

Tulang yang rapuh dengan benturan ringan mudah terjadi patah tulang. Pertumbuhan tulang yang tidak sempurna pada anak ini bisa terlihat tungkai yang seperti “X” atau “O”.

Studi tahun 2008 yang dipublikasikan di Journal of Clinical Endrocrinology & Metabolism juga menyebutkan kekurangan vitamin D dapat menyebabkan stunting. 

Untuk riset baru tahun 2022 yang diterbitkan di Archives of Disease in Childhood ini, peneliti bermaksud melihat prevalensi dan faktor penentu defisiensi vitamin D (VDD) pada anak-anak berusia antara 0 – 18 tahun di Asia Tenggara. 

Reviu sistematik ini menganalisis 550 publikasi di lima negara (Thailand, Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Kamboja). Riset tersebut mendapati 9 dari 10 bayi baru lahir di Indonesia dan Thailand menderita defisiensi vitamin D, dan seperti yang diperkirakan, kurang vitamin D juga umum terjadi pada ibu hamil di Thailand dan Indonesia. 

Dalam penjelasannya peneliti menuliskan, “Perhatian khusus diperlukan untuk mendukung transfer vitamin D transplasental yang memadai selama periode antenatal (pemeriksaan kehamilan) karena intervensi selama kehamilan merupakan penentu penting status vitamin D neonatal (bayi baru lahir). Ibu adalah satu-satunya sumber vitamin D janin selama kehidupan intrauterine (di dalam kadungan) dengan kadar vitamin D darah ibu dan tali pusat sangat berkorelasi”. 

Studi ini menyimpulkan defisiensi vitamin D banyak terjadi pada anak-anak di Asia Tenggara. Pentingnya paparan sinar matahari yang aman, suplementasi vitamin D atau fortifikasi makanan dibutuhkan terutama untuk ramaja perempuan, wanita hamil dan menyusui untuk meningkatkan status vitamin D pada bayi baru lahir. 

Ibu hamil yang kekurangan vitamin D akan melahirkan bayi yang kekurangan vitamin D pula. Demikian pula ibu menyusui dengan kadar vitamin D rendah akan memproduksi ASI dengan kadar vitamin D yang kurang pula.  

Baca : 15% Anak di Jakarta Defisiensi Vitamin D

Sinar matahari dan sumber lain

Bukan tanpa sebab vitamin D disebut juga “sunshine vitamin” karena paparan sinar matahari akan mengaktifkan pro vitamin D di bawah kulit. 

Kebutuhan cahaya matahari untuk sintesis vitamin D dapat terpenuhi dengan waktu paparan selama rata-rata 10-15 menit saja sehari dalam 3-4 kali semingggu.

Sebagian besar vitamin D dibuat dibuat di kulit dengan bantuan paparan sinar matahari. Sisanya (sekitar 20%) bisa didapatkan dari makanan seperti ikan (salmon, mackerel, hering), produk fortifikasi (susu dan margarin), kuning telur, daging, hati dan jamur.  

Perlu dicatat, untuk mencukupi kebutuhan vitamin D harian dari makanan membutuhkan asupan yang ekstra banyak. Sehingga jika vitamin D tidak tercukupi dari paparan sinar matahari dan makanan, diperlukan suplementasi. 

Dosis vitamin D

Kebutuhan suplemen vitamin D berbeda-beda untuk tiap kelompok usia, serta kondisi dan kesehatannya. 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 2018, dosis harian anak yang dianjurkan yaitu 400 IU. Pada anak yang tidak mendapat cukup sinar matahari, dosisnya ditingkatkan jadi 800 – 1.000 IU. 

Untuk anak 0-1 tahun, dosis maksimal suplemen vitamin D yaitu 2.000 IU/hari. Pada anak usia 1-18 tahun, dosis maintenance therapy yaitu 600 – 1.000 IU/hari. 

Sementara untuk meningkatkan kadar vitamin D hingga mencapai sufisien (cukup), dibutuhkan dosis 2.000 IU/hari selama minimal 6 minggu, dan dosis maksimal 4.000 IU/hari. (jie)