“Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelainan bawaan terbanyak pada bayi baru lahir,” ungkap dokter spesialis anak konsultan kardiologi dr. Rahmat Budi Kuswiyanto, Sp.A(K), Mk.Kes. Berdasarkan data dari Indonesia Heart Association, angkanya diperkirakan mencapai 9 per 1.000 kelahiran hidup setiap tahun. Sebenarnya, ada tanda penyakit jantung bawaan pada anak yang bisa dikenali orang tua sejak dini. Hal ini diutarakan dalam diskusi virtual bertajuk Pentingnya Dukungan Nutrisi Tepat untuk Optimalkan Tumbuh Kembang Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan yang diselenggarakan Danone, Rabu (29/9/2021).
Sebelumnya, perlu dipahami dulu bahwa penyebab PJB belum diketahui. “Namun memang ada beberapa faktor risiko yang dihubungkan dengan penyakit jantung bawaan. Misalnya infeksi saat hamil, penyakit pada ibu seperti diabetes dan hipertensi, konsumsi obat tertentu saat hamil misalnya obat epilepsi, dan rokok,” papar dr. Budi, yang praktik di RS Hasan Sadikin, Bandung. Terkait rokok, tidak harus ibu yang merokok aktif. Justru lebih sering ibu sebagai perokok pasif dari suaminya.
4 Tanda Penyakit Jantung Bawaan
Sayangnya, menurut dr. Budi, tidak semua anak dengan PJB menimbulkan gejala yang jelas. Berikut ini empat tanda penyakit jantung bawaan yang utama, yang bisa dikenali.
1. Kebiruan
Kulit tampak kebiruan atau pucat, terutama pada ujung jari dan sekitar bibir, adalah salah satu tanda utama. “Namun kadang, kebiruan pada bayi baru lahir sulit dilihat. Maka dianjurkan untuk diperiksa dengan pulse oximetry. Pada anak yang lebih besar, kelihatan jarinya kebiruan,” jelas dr. Budi.
2. Napas cepat
Memang, bayi bernapas lebih cepat daripada orang dewasa. Bayi baru lahir biasanya bernapas 40-60 kali per menit. Waspadai bila bayi bernapas lebih cepat dari rerata tersebut. Sering kali, ini menandakan bahwa bayi tidak mendapatkan cukup oksigen. Tubuh pun mengompensasinya dengan bernapas lebih cepat. Banyak hal yang bisa menyebabkan takipnea, PJB adalah salah satunya.
3. Cepat lelah saat beraktivitas
Bayi tampak cepat lelah dan ngos-ngosan ketika beraktivitas? Bisa jadi ini tanda penyakit jantung bawaan. Salah satu yang paling mudah dikenali, bayi menetek sebentar-sebentar. Ini disebabkan oleh napasnya yang pendek, sehingga ia cepat lelah ketika melakukan aktivitas. Alhasil, bayi tidak kuat menetek dengan lama.
4. Berat badan sulit naik
Karena gampang capek, bayi tidak bisa menetek lama. Akhirnya asupan nutrisinya pun kurang, dan berat badannya tidak naik sebagaimana mestinya. Di sinilah pentingnya memantau pertumbuhan pertumbuhan bayi sejak lahir.
Penambahan berat badan (BB) dan tinggi badan anak bisa dipantau dengan grafik pertumbuhan, yang ada dalam buku KIA. Merasa kesulitan membuat grafiknya? “Kita bisa menggunakan tabel dari WHO yang menggunakan angka, sehingga mudah diidentifikasi. Kalau ternyata kenaikan berat badan bayi di bawah persentil 5, itu gagal tumbuh,” terang Dr. dr. I Gusti Lanang Sidiarta, Sp.A(K).
Ketua IDAI Cabang Bali itu memberi contoh, misalnya seorang bayi laki-laki lahir dengan berat 3 kg. “Ternyata ketika kontrol sebulan kemudian, beratnya 3,4 kg. Naiknya cuma naik 400 gr; di bawah persentil 5, karena batas persentil 5 adalah 450 gr. Berarti bayi itu gagal tumbuh,” tuturnya.
Tabel Pertambahan Berat Badan Bayi Laki-laki / Sumber: WHO
Pemeriksaan dan Diagnosis
Bawalah segera anak ke dokter bila menemukan tanda-tanda mencurigakan. Pertama, pastinya diawali dengan anamnesis (tanya jawab) dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan kecurigaan dan menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain meliputi rontgent dada, EKG, ekokardiografi, dan kateterisasi. EKG (elektrokardiogram) berfungsi untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung. Adapun ekokardiografi disebut juga USG jantung, karena pemeriksaannya menggunakan USG seperti yang biasa digunakan pada ibu hamil. “Ini adalah pemeriksaan yang penting karena bisa menilai struktur dan fungsi jantung scara lengkap,” ujar dr. Budi.
Bila diperlukan, bisa dilakukan pemerikaan kateterisasi. “Fungsinya untuk mengukur kadar oksigen, tekanan-tekanan di ruang jantung, serta menilai anatomi jantung secara lebih detail,” papar dr. Budi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara memasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha, terus ke jantung. Selain untuk pemeriksaan, kateterisasi juga berfungsi sebagai alat pengobatan. Misalnya untuk menutup kebocoran antara serambi kiri dan serambi kanan jantung.
Bayi dengan PJB bisa saja tidak menunjukkan gejala, tapi jangan lengah. Jangan abai bila kenaikan berat badannya kurang dari batas minimal. Bisa jadi itu salah satu tanda penyakit jantung bawaan. Bisa juga penyebabnya aadalah kondisi/penyakit lain. Tapi apapun itu, segeralah bawa anak berkonsultasi ke dokter, agar bisa segera ditemukan penyebabnya, dan dilakukan pengobatan yang sesuai. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Baby photo created by onlyyouqj - www.freepik.com