mikronutrisi ini penting untuk cegah anak stunting

3 Mikronutrisi Ini Penting Untuk Cegah Anak Stunting

Stunting tidak sekedar anak pendek, tetapi berdampak jauh lebih besar dari itu. Penyebabnya antara lain karena kekurangan mikronutrisi atau terjadi perebutan (salain berkompetisi) penyerapannya mikronutrisi, akibatnya terjadi defisiensi.

Biasanya masalah defisiensi mikronutrisi mulai muncul setelah memasuki masa penyapihan, anak mulai dikenalkan dengan makanan padat. Sebagai informasi, mikronutrisi (vitamin dan mineral) adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil. Defisiensi mikronutrisi biasanya menyebabkan anak gampang sakit, stunting dan prestasi belajar tidak bagus.

Laporan yang dikeluarkan UNICHEF tahun 2013 menyatakan stunting tidak hanya menyebabkan balita lebih pendek dari usianya, tetapi juga berarti ia mengalami keterlambatan perkembangan otak dan kapasitas kognitifnya.

Hasil studi menyatakan stunting menurunkan IQ antara 5-11 poin (5-10%). Menghasilkan anak dengan ranking rendah di sekolah. Berkorelasi juga saat ia dewasa mendapatkan penghasilan 10% lebih rendah dibanding rerata orang lain.

Defisiensi nutrisi, khususnya vitamin A, Fe dan zinc, menurut dr. Triveno A. Pakasi, MS, Phd, dari Divisi Kedokteran Keluarga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, FKUI, karena di dalam tubuh penyerapan vitamin dan mineral tersebut saling berebut.

“Pada mereka yang pola makannya baik pun kadang asupan zat besi-nya masih kurang,” tambahnya.

Zat besi

Survei Kesehatan Rumah Tangga (2007) menunjukkan anemia defisiensi besi (ADB ) pada balita sekitar 40-45%. ADB juga ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh tapi asupan besi tidak cukup. Diperberat oleh kehilangan darah karena menstruasi pada remaja putri.

Fungsi terpenting Fe adalah dalam perkembangan sistem saraf di otak seperti dalam pembentukan selubung saraf otak, penghantar pesan di otak dan pembentukan percabangan saraf otak.  Selain itu zat besi juga adalah komponen penting dalam pembentukan hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen.

Secara alami Fe terdapat pada bayam. Satu cangkir bayam mengandung 6,43 mg Fe. Sayuran ini juga kaya vitamin A, kalsium dan potasium. Selain itu juga banyak terdapat pada daging sapi (5,24 mg Fe per 25 gram daging), kacang merah (5,2 mg Fe per  1 cangkir kacang), tomat (3,39 mg Fe per 1 cangkir).

Vitamin A

Adapun kekurangan vitamin A selain berdampak pada penglihatan, juga menyebabkan lapisan sel di paru-paru tidak mengeluarkan lendir. Akibatnya mikroorganisme (bakteri dan virus) lebih gampang masuk ke paru-paru, menyebabkan infeksi.

Sumber alami vitamin A ada pada wortel, madu, telur dan hati ayam, pepaya atau kangkung.  

Zinc

Sementara defisiensi zinc pada balita, menurut studi masalah gizi mikro di 10 Provinsi oleh P3GM Kemenkes (2006) mencapai 32%. Zinc penting dalam pembentukan hampir 300 macam enzim tubuh. Mineral ini juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Menurut dr. Badriul Hegar, PhD, SpA(K), Konsultan Gastrohepatologi Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pemberian zinc selama 10 hari pascadiare mencegah kejadian diare berulang sampai 3 bulan dan memperbaiki nafsu makan.

Disarankan untuk mengonsumsi daging merah, gandum utuh, biji-bijian dan kacang-kacangan sebagai sumber zinc. Dalam jumlah yang lebih sedikit, zinc bisa diperoleh dari konsumsi sereal yang telah diolah, beras, ayam, daging berlemak serta ikan, tiram dan umbi-umbian.

Namun kadang orangtua kesulitan untuk menghadirkan menu makan yang kaya nutrisi akibat dari masalah seperti susah makan, picky eater, sampai alergi makanan.  Sebagai upaya alternatif adalah dengan menambahkan suplemen multivitamin dan mineral. (jie)