Terapi Probiotik untuk Pengelolaan Diabetes Melitus Gestasional

Terapi Nutrisi Medis dan Probiotik untuk Pengelolaan Diabetes Melitus Gestasional

International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan, terjadi 14% kasus diabetes mellitus gestasional (DMG) pada kehamilan di seluruh dunia pada 2017, atau sekitar 18 juta kasus per tahun. DMG adalah gangguan glukosa pada kehamilan. Biasanya terjadi pada usia kehamilan 24 minggu, dan sebagian penderita akan kembali normal setelah melahirkan.”

Dijelaskan oleh dr. Cornelia Wahyu Danawati, Ph.D, Sp.PD-KEMD, dampak negatif DMG begitu kompleks. Tidak hanya jangka pendek, tapi juga jangka panjang, baik untuk ibu maupun bayi. “Dalam jangka pendek, ibu berisiko mengalami preeklamsia, persalinan yang sulit, dan operasi sesar,” jelas dosen dari FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Dalam jangka panjang, ibu bisa mengalami DMG di kehamilan berikutnya, mengalami DM tipe 2, hingga penyakit jantung koroner (PJK) di usia muda.

Bagaimana risikonya untuk bayi? “Bayi yang dilahirkan berisiko mengalami hipoglikemia neonatal, hiperbilirubinemia neonatal, makrosomia, distosia bahu atau bahu tersangkut di panggul ibu selama proses persalinan, dan perawatan intensif perinatal,” papar dr. Dana, begitu ia disapa, dalam webinar kesehatan IDI – PERSAGI, Sabtu (28/5/2022). Adapun dalam jangka panjang, anak berisiko terhadap obesitas, DM2, hipertensi, dan PJK di kemudian hari.

Belum diketahui dengan pasti bagaimana DMG bisa terjadi, tapi ditengarai berkaitan erat dengan resistansi insulin. Pada kehamilan, memang terjadi resistansi insulin fisiologis, khususnya di masa-masa akhir kehamilan. Tubuh ibu pun melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan resistansi insulin. “Namun pada sebagian perempuan, kompensasi tersebut kurang sehingga terjadi hiperglikemia. Muncullah DMG,” terang dr. Dana.

Ia melanjutkan, DMG di Amerika Serikat, meningkat secara paralel dengan obesitas. Sedangkan di Asia Tenggara termasuk Indonesia, DMG mungkin sering kali tidak terdiagnosis. “Terjadinya peningkatan PJK yang berkali lipat, jangan-jangan berkaitan dengan DMG yang tidak terdiagnosis,” ujarnya. Ia menemukan di Puskesmas/RS di beberapa daerah, angka DMG tidak ditemukan atau sangat rendah. “Jangan senang dulu. Bisa jadi tidak terdiagnosis, bukannya tidak ada,” imbuhnya.

Skrining DMG dilakukan dengan tes toleransi glukosa (TTGO). Skrining perlu dilakukan di usia kehamilan 24-28 minggu, pada ibu hamil dengan risiko sedang. Pada kelompok risiko tinggi, skrining dilakukan pada pemeriksaan kehamilan pertama kali atau secepat mungkin setelahnya, dan diulang pada usia kehamilan 24-28 minggu. Ibu dengan risiko tinggi yaitu memenuhi dua atau lebih kondisi berikut ini: obesitas, riwayat DM di keluarga dekat, memiliki gangguan toleransi glukosa, pernah melahirkan bayi makrosomia, dan glukosuria.

Diagnosis DMG ditegakkan bila kadar glukosa darah puasa pada berkisar 92-125 mg/dL, pada usia kehamilan >24 minggu. Namun bila hasil tersebut didapatkan pada usia kehamilan <24 minggu, maka TTGO dilanjutkan dengan larutan 75 gr glukosa.

Terapi Nutrisi Medis

Prinsip tatalaksana DMG meliputi terapi nutrisi medis (TNM), latihan fisik, pemantauan glukosa darah mandiri (PDGM), serta pemantauan dan pengendalian berat badan (BB) ibu. “Bila target glukosa darah tidak tercapai dengan TNM dan latihan fisik, maka ditambahkan terapi farmakologis berupa insulin,” jelas dr. Dana. Adapun metformin bisa dipertimbangkan melalui konsultasi khusus dengan dokter.

Target glukosa pada DGM yaitu <95 mg/dL untuk glukosa puasa. Untuk 1 jam PP targetnya <140 mg/dL, dan 2 jam PP <120 m/dL. Ibu hamil dengan DMG perlu segera dirujuk ke spesialis bersangkutan. Selain itu, dibutuhkan usaha kolaborasi antara bidan/spesialis kandungan kebidanan, spesialis endokrin, spesialis mata, dietisian teregistrasi, dan edukator.

TNM merupakan terapi utama pada 30-90% perempuan dengan DMG. “Prinsip TNM pada DMG harus menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin normal, dan kesehatan ibu,” ungkap Martalena Purba, MCN, Ph.D, dietisien Instalasi GIZI RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. TNM juga ditujukan untuk mencegah terjadinya kenaikan BB berlebih selama kehamilan, terutama pada ibu yang sudah gemuk atau mengalami kenaikan BB berlebih dalam kehamilan. Tak kalah penting, untuk mencegah ketosis.

Berdasarkan konsensus PERKENI, tatalaksana DMG bila kadar glukosa puasa <130 dilakukan dengan TNM selama 1 minggu. Bila glukosa puasa berhasil turun hingga <105 mg/dL dan 2 jam PP <120, TNM dilanjutkan. Bila glukosa puasa >105 mg/dL dan glukosa 2 jam PP <120, maka dibutuhkan TNM dan insulin, seperti halnya bila glukosa puasa >130 pada pemeriksaan awal.

Rekomendasi asupan kalori untuk ibu dengan DMG yaitu: 30-35 kkal/kg BB untuk BB ideal, 25-30 kkal/kg BB untuk ibu gemuk, dan 23-25 kkal/kg BB untuk ibu yang obes. Dari total kalori dalam sehari, proporsi makronutrisi yaitu karbohidrat 50-55%, protein 15-20%, dan lemak 25-30%. Jenis lemak yang dianjurkan yaitu asam lemak jenuh (SFA) <10%, asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) hingga 10%, dan selebihnya asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA).

Meski ibu mengalami DMG, bukan berarti asupan karbohidrat dikurangi. “Karbohidrat adalah sumber energi, vitamin, mineral dan serat. Jenis karbohidratnya yang perlu dimodifikasi, yaitu yang rendah indeks glikemik (IG) dan tinggi serat,” paparnya. Dengan kata lain, karbohidrat sederhana seperti gula dikurangi, diganti dengan karbohidrat kompleks

Makanan dengan IG rendah akan menghambat kenaikan glukosa berlebihan setelah makan. “Adapun serat akan meningkatkan rasa kenyang, memperlambat penyerapan glukosa, dan menurunkan nilai IG dalam karbohidrat,” lanjut Martalena. Tak kalah penting, asupan karbohidrat harus dibagi ke dalam 3x kali makan besar dan 3x snack. Berdasarkan konsensus PERKENI 2015 yaitu: 20% sarapan, 10% snack 1, 25% makan siang, 10% snack 2, 25% makan malam, dan 10% snack 3.

Peranan Probiotik

Probiotik bisa dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan sehat bagi ibu dengan DMG. Telah ditemukan bahwa diabetes berkaitan dengan ketidakseimbangan mikrobiota usus (disbiosis). “Disbiosis meningkatkan permeabilitas usus, hingga memicu peningkatan jumlah liposakarida (LPS). Dampaknya, terjadilah respons peradangan, kematian sel, dan hiperglikemik,” papar Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, MS, Guru Besar Bidang Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Disbiosis juga menurunkan asam lemak rantai pendek (SCFA). Sementara itu, SCFA berperan penting untuk menurunkan kadar glukosa, resistansi insulin, dan inflamasi, serta meningkatkan sekresi GLP-1.

Penelitian menemukan, pemberian probiotik memberikan efek positif terhadap penyandang diabetes. Pada dasarnya, probiotik bekerja dengan menyeimbangkan mikrobota usus. “Dari disbiosis menjadi normobiosis,” ucap Prof. Trisye.

Penelitian oleh Junko Sato (2018) menemukan, translokasi bakteri usus ke darah mungkin berperan penting dalam resistensi insulin pada DM2. Dalam penelitian tersebut, sebanyak 70 pasien DM2 dibagi secara acak menjadi dua kelompok. Satu kelompok mendapat susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain, dan kelompok kontrol tidak mendapat probiotik. Di akhir penelitian, ditemukan bahwa pemberian probiotik membantu mengurangi translokasi bakteri, serta memperbaiki komposisi mikrobiota usus pasien.

Secara lebih detil, manfaat probiotik antara lain mengurangi stres oksidatif, menghambat sitokin proinflamasi, meningkatkan produksi SCFA, mengendalikan glikemik, memperbaiki permabilitas usus, hingga memproduksi peptide bioaktif yang berperan dalam sensitivitas insulin.

Manfaat probiotik untuk DMG telah dibuktikan dalam penelitian. Misalnya meta-analisis oleh Jiajia Pan, dkk (The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine, 2019) mengulas 6 studi RCT dengan 830 pasien. Hasil studi menyimpulkan bahwa dibandingkan dengan intervensi kontrol, intervensi probiotik mampu menurunkan resistensi insulin (HOMA-IR) dan insulin serum puasa pada DMG.

Pada penelitian lainnya, telah dilakukan meta-analisis oleh Karolina Lagiwska, dkk (Scientific Report, 2020), dengan mengulas 15 studi. Ditemukan bahwa suplementasi probiotik menurunkan glukosa serum, kadar insulin, dan indeks HOMA-IR pada ibu dengan DMG. Disimpulkan bahwa suplementasi probiotik mampu memperbaiki metabolisme glukosa pada ibu hamil dengan DMG. (nid)

______________________________________________________

Ilustrasi: https://www.freepik.com/photos/pregnant-food'>Pregnant food photo created by pch.vector - www.freepik.com