Peranan Probiotik untuk Mengatasi Sindrom Metabolik

Peranan Probiotik untuk Mengatasi Sindrom Metabolik

Prevalensi sindrom metabolik (SM) di Indonesia ditengarai 23%, setara dengan prevalensi dunia (20-25%). SM adalah persoalan serius, karena bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Diperkirakan, SM menyebabkan peningkatan risiko terhadap penyakit jantung hingga dua kali lipat, dan lima kali lipat untuk diabetes mellitus tipe 2 (DM2). Siapa sangka, cukup banyak penelitian yang menemukan manfaat probiotik untuk mengatasi sindrom metabolik.

SM adalah sekelompok gangguan metabolik yang terjadi secara bersamaan. Ini meliputi 5 hal: tekanan darah tinggi (hipertensi), gula darah tinggi (hiperglikemia), penumpukan lemak perut (obesitas sentral), kolesterol tinggi, dan trigliserida tinggi. Seseorang disebut mengalami SM bila memiliki setidaknya 3 dari 5 kondisi tadi.

Kelainan SM perlu segera ditangani dengan baik, sesegera mungkin, untuk mencegah munculnya penyakit-penyakit terkait SM. Tekanan darah, kadar gula darah, kolesterol, dan trigliserida yang terlampau tinggi harus dikembalikan hingga angka normal. Lingkar perut yang melebihi batas normal (90 cm) laki-laki, (80 cm) perempuan harus dikurangi.

Pengelolaan Sindrom Metabolik di Tingkat Primer

Skrining tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan obesitas sentral bisa dilakukan di layanan kesehatan tingkat primer. Demikian pula dengan pengelolaan hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan obesitas. Dalam hal ini, peran Kedokteran Keluarga amatlah penting.

Pengelolaan sindrom metabolik dari pendekatan Kedokteran Keluarga dilakukan secara holistik. SM berkaitan erat dengan gaya hidup. Untuk itu, tak cukup hanya sekadar minum obat obat. Pasien pun perlu memperbaiki pola makan dan pola olahraga, dan betul-betul paham pentingnya minum obat sesuai dosis dan anjuran. Hanya dengan cara inilah berbagai kelainan pada SM bisa dikendalikan dikembalikan menjadi normal, dan penyakit terkait SM bisa dicegah.

Probiotik untuk Mengatasi Sindrom Metabolik

Salah satu penelitian mengenai manfaat probiotik untuk mengatasi sindrom metabolik, dilakukan oleh Eiichiro Naito, dkk (2018). Studi ini melibatkan 100 laki-laki Jepang yang obes dan memiliki prediabetes. Mereka memiliki indeks massa tubuh (IMT) > 25, dan hiperglikemia sedang, yang ditandai dengan kadar glukosa plasma > 180 mg/dL pada testoleransi glukosa 1 jam post-load.

Mereka secara acak dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok mendapat probiotik berupa susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain hidup, dan kelompok lain mendapat plasebo. Probiotik atau plasebo diminum setiap hari, selama 8 minggu.

Hasilnya, setelah 8 minggu, terjadi penurunan glukosa plasma 1 jam post-load, glikoalbumin, dan nilai HbA1c pada kelompok probiotik, dibandingkan saat baseline atau ketika studi dimulai. Analisis berlapis menemukan bahwa kadar glukosa plasma 1 jam post-load dan glikoalbumin membaik secara signifikan pada kelompok probiotik dibandingkan kelompok plasebo, pada relawan dengan intoleransi glukosa berat. Menariknya lagi, kadar kolesterol total, LDL dann non-HDL jauh lebih rendah pada kelompok probiotik ketimbang kelompok plasebo. Disimpulkan bahwa L. casei Shirota strain bisa memberi dampak positif terhadap kelainan-kelainan metabolik pada orang obes dengan prediabetes. (nid)

_______________________________________________

Ilustrasi: <a href='https://www.freepik.com/photos/background'>Background photo created by jcomp - www.freepik.com</a>