Ternyata ada hubungan yang jarang diketahui antara mikronutrien dan kesehatan mental kita. Bahkan, dibuktikan dalam penelitian jangka panjang bila asupan mikronutrien yang tidak memadai meningkatkan risiko stres dan depresi.
Mikronutrien (vitamin dan mineral) bermanfaat untuk kesehatan mental karena membantu kerja neurotransmitter (senyawa kimia yang berfungsi membawa dan mengirimkan pesan antar neuron, atau dari neuron ke jaringan tubuh), meningkatkan toleransi stres, memproduksi respon imun normal, sebagai antioksidan dan metabolisme energi.
Link Pendaftaran Webinar Kesehatan 3 Agustus 2022 (Khusus Apoteker)
Terdapat bukti apabila terjadi peningkatan aktivitas adenokortikal dan perubahan fungsi kekebalan tubuh pada mereka yang stres atau depresi. Pembesaran kelenjar adrenal dan penurunan reseptor glukokortikoid dan mineralokortikoid juga terlihat pada orang yang mengalami stres kronis.
Mikronutrien dan mood
Dalam sebuah penelitian (double-blind controlled trial), partisipan dewasa muda mendapatkan suplemen vitamin (6 jenis vitamin B, vitamin C, vitamin A dan vitamin E) atau plasebo selama 1 tahun. Kondisi mood (suasana hati) dan kesehatan mental peserta wanita meningkat signifikan setelah 12 bulan.
Perbaikan ini berhubungan dengan peningkatan kadar riboflavin (vitamin B2) dan piridoksin (vitamin B6) dalam darah. Wanita dengan kadar thiamin (vitamin B1) terendah di awal penelitian menunjukkan peningkatan status thiamin dan mood yang signifikan setelah 3 bulan.
Menariknya, peserta wanita menunjukkan respon yang lebih baik terhadap terapi suplemen tersebut, dibanding pria. Riset ini dilakukan Benton D, dkk, dalam jurnal Neuropsychobiology. Riset ini ditulis oleh Benton D, Hailer I, dkk, dalam Neurapsychobiolagy 1995.
Vitamin dan antioksidan untuk kesehatan mental
Vitamin secara umum, dan khususnya vitamin B, berperan penting untuk sistem saraf. Hankes LV, dalam Handbook of Vitamins: Nutritional, Biochemical and Clinical Aspects menyebutkan penggunaan vitamin untuk terapi masalah psikiatrik telah disebutkan sebelumnya, seperti vitamin B6 untuk depresi dan niacin (vitamin B3) pada kasus skizofrenia.
Alpert JE, et al, dalam Nutrition and Depression: the Role of Folate juga menerangkan bila asam folat (vitamin B9) mampu mengurangi gejala depresi. Penelitian juga menemukan bila kekurangan asam folat ditemukan pada pasien depresi. Defisiensi asam folat kemampuan neurotransmitter serotonin di otak juga berkurang.
Terlebih lagi, kekurangan asam folat dan vitamin B12 dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi homosistein (asam amino yang dalam kadar tinggi di darah akan meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah), yang memiliki efek neurotoksik.
Penelitian juga menyebutkan bahwa terjadinya gejala depresi sering dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi homosistein. Dan, pemberian asam folat untuk menurunkan kadar homosistein mampu mengurangi resiko depresi.
Kesehatan mental berhubungan erat dengan peningkatan oksidasi lemak, sehingga terjadi perubahan komposisi membran saraf. Antioksidan seperti vitamin C dan E dapat berperan dengan melindungi dari stres oksidatif.
Vitamin C juga diperlukan untuk sintesis neurotransmitter, misalnya komunikasi antara tryptophan dengan 5-hydroxy-tryptophan atau antara dopamine dengan norepinephrine. Keterlibatan vitamin C pada sintesis hormon neuropeptide dan glukokortikoid penting untuk memperbaiki mood dan stres.
Vitamin ini juga penting dalam metabolisme asam folat. Brent A. Bauer, MD, direktur dari Department of Internal Medicine’s Complementary and Integrative Medicine Program di Mayo Clinic menyatakan mereka dengan defisiensi vitamin C kerap kali mengalami kelelahan yang berpengaruh ke mood.
“Beberapa penelitian menunjukkan bila orang dengan kadar vitamin C rendah mengalami perbaikan suasana hati setelah mereka menerima vitamin C,” ujar Bauer, melansir Mayo Clinic.
Recharge energi dengan ginseng
Jika seseorang bisa berubah suasana hatinya setelah menerima vitamin C, maka ginseng telah lama dikenal untuk membantu memberikan stamina yang lebih baik. Herbal ini juga memiliki efek adaptogenik, yakni membantu memulihkan tubuh dan me-recharge energi. Bahkan membantu melawan stres.
Ginseng mampu mempengaruhi sistem saraf, antara lain dengan merangsang metabolisme dan meningkatkan tingkat energi. Hal ini berkat peran senyawa adaptogen dalam ginseng.
Riset Muhammad Irfan, dkk, dalam Journal of Ginseng Research menerangkan efek adaptogen mendukung organisme hidup untuk mempertahankan homeostasis optimal dengan mengerahkan efek yang melawan perubahan fisiologi yang disebabkan oleh stres fisik, kimia atau biologis.
Adaptogen akan mengganggu kadar hormon yang dihasilkan tubuh saat stres, akibatnya konsentrasi hormon stres turun dan menciptakan suasana hati yang lebih baik.
Recharge energi diperlukan oleh mereka dengan kesehatan mental yang tidak normal. Pasalnya, orang dengan stres tinggi atau penderita ansietas, bahkan depresi, tidak memiliki cukup energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini ginseng sangat bermanfaat.
Suplementasi mikronutrien, seperti vitamin saraf atau ginseng terbukti secara ilmiah bermanfaat untuk kesehatan mental. Penting dicatat, bila suplemen berasal dari bahan-bahan yang halal, tentunya menambah efek keamanan dan sugesti yang lebih baik. Selain itu, kehalalan sebuah produk akan memberikan kepercayaan kepada konsumen, karena mengandung zat-zat yang baik bagi tubuh dan proses produksi yang baik pula. (jie)
______________________________________________
Ilustrasi: <a href='https://www.freepik.com/photos/turmeric-powder'>Turmeric powder photo created by jigsawstocker - www.freepik.com</a>