Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengeluarkan rekomendasi terkait kebersihan diri untuk mencegah dan memutus rantai infeksi, yakni rutin cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, serta dibilas setidaknya 20 detik, dan keringkan dengan handuk atau kertas.
Ini pula yang dikeluarkan oleh The Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology (APIC) dan The US Centers for Disease Control (CDC). Lebih tepatnya merekomendasikan penggunaan sabun antiseptik untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan organisme dan mengurangi jumlah mikrobra.
Tangan merupakan media penularan infeksi tersering, karena tangan memegang / bersentuhan dengan benda-benda yang mengandung kuman, misalnya saat di transportasi umum, ketika bersalaman, atau menutup mulut ketika bersin.
“Pemerintah Singapura (dengan 28 orang postif terinfeksi novel virus conona / 2019-nCoV) juga lebih menekankan cuci tangan sebelum menyentuh mulut, hidung atau mengucek mata, atau setelah memegang benda-benda di ruang publik. Setelah itu baru gunakan masker bila sakit saluran napas,” kata Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR, Ketua Umum Pengurus Pusat PDPI.
WHO dan pemerintah (melalui Kementerian Kesehatan) telah lama menerbitkan panduan cuci tangan yang benar untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi. Salah satunya cuci tangan tidak hanya pada telapak tangan, tetapi juga gosok punggung tangan, sela-sela jari dan sela-sela kuku.
“Langkah-langkah cuci tangan seperti panduan WHO itu jika dilakukan dengan benar memerlukan waktu minimal 20 detik,” terang dr. Agus dalam acara Pentingnya Kebersihan Diri dan Saluran Pernapasan Untuk Cegah dan Putus Rantai Infeksi Virus Corona, di Jakarta (6/2/2020).
Selain itu, untuk memutus penyebaran virus, termasuk novel coronavirus, terutama pada mereka yang sedang menderita sakit saluran napas, sangat disarankan menerapkan etika batuk, seperti jaga jarak ketika batuk, tutup mulut dan hidung ketika batuk/bersin dengan tisu sekali pakai/kain, dan cuci tangan.
“Saat bersin atau batuk sebaiknya jangan menutup mulut dengan telapak tangan, tetapi dengan lengan,” imbuh dr. Agus. “Kemudian cuci tangan. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan dapat menggunakan handrub yang mengandung alkohol 70-80%.”
Jaga daya tahan tubuh
Tak kalah pentingnya – walau terdengar klise- adalah menjaga kesehatan dengan makan sehat, istirahat teratur dan olahraga.
“Penting untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh agar daya tahan tubuh meningkat. Karena pada dasarnya yang bisa melawan infeksi virus adalah daya tahan tubuh sendiri,” kata dr. Daeng M. Faqih, SH, MH, Ketua Umum Pengurus Besar IDI dalam kesempatan yang sama.
Sebagai tambahan informasi, pada kasus outbreak virus corona ini, sebagian besar korban meninggal adalah yang memiliki penyakit kronis yang melemahkan daya tahan tubuh, atau lansia yang daya tahan tubuhnya tidak lagi sekuat orang muda.
Povidone iodine
Penggunaan antiseptik direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit. Antiseptik digunakan untuk membunuh/menghambat perkembangan mikroorganisme pada jaringan hidup, seperti di permukaan kulit atau membran mukosa.
Salah satu antiseptik yang yang sudah terbukti klinis memiliki spektrum luas terhadap virus, bakteri dan kuman patogen adalah povidone iodine (PVP-I).
Jurnal medis Infectious Disease and Therapy (2015) menyatakan antiseptik ini terbukti mampu melawan virus pada kasus MERS-COV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus). Dan riset Eggers M, dkk., menyatakan PVP-I bermanfaat pada kasus SARS-COV (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus).
MERS-COV dan SARS-COV (masih satu family dengan 2019-nCoV) mempunyai angka mortalitas yang jauh lebih tinggi dibanding virus corona yang sedang outbreak saat ini.
Povidone iodine diketahui memiliki aktivitas spectrum lual melawan virus, seperti Ebola, Influenza A, Rabies, Rhinovirus, Rubella, atau Norovirus. Riset menyatakan antiseptik PVP-I 7,5% lebih efektif melawan Norovirus dibandingkan sabun lembut rujukan dalam waktu 15 detik. (jie)