nikita mirzani menderita pengapuran leher
nikita mirzani menderita pengapuran leher

Nikita Mirzani Menderita Pengapuran Leher, Ketahui Gejala dan Penyebabnya

Beberapa hari yang lalu ada kabar tidak mengenakkan dialami artis yang kerap disapa “Nyai” ini. Nikita Mirzani menderita pengapuran leher, yang membatasi pergerakannya.  

Nikita (36 tahun) merasakan kesulitan untuk menoleh kiri dan kanan. Tampaknya kondisinya semakin parah, sakit leher membuatnya selalu mengalami keringat dingin tiap malam.

Pada Sabtu (17/12/2022) lalu wanita yang sedang ditahan di Rutan Serang Kelas IIB ini harus menjalani perawatan di RS Dr. Dradjat Prawiranegara (RSDP Serang). Kasubag Hukum Humas Kerjasama RSDP Ayi Hadiyani mengatakan bila Nikita Mirzani perlu menjalani terapi tiga kali seminggu.

Sebelumnya di sela-sela persidangannya di Pengadilan Negeri Serang, Senin (12/12/2022), Nikita berkata, "Tulangnya nomor lima itu keluar. Jadi aku nggak bisa nengok."

Dokter menjelaskan bila Nikita Mirzani menderita pengapuran leher, dalam istilah medis disebut cervical osteoarthritis atau cervical spondylosis.

Pengapuran leher merupakan kondisi yang melibatkan perubahan sendi tulang, hingga cakram di leher. Biasanya disebabkan oleh keausan normal akibat penuaan.

Seiring penuaan, cakram dan tulang rawan di area tulang leher rusak secara perlahan, kehilangan cairan dan menjadi kaku. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang paruh baya dan lanjut usia.

Menurut Kai-Ming Fu, MD, Phd dari associate professor bedah neurologi di Weill Cornell Medicine Center, Amerika Serikat, ketika tulang rawan mulai aus, tulang akan bergesekan dengan tulang lain. Ini dapat merangsang pertumbuhan tulang yang berlebihan (taji tulang /osteofit).

“Gesekan yang terus berlangsung akan menyebabkan peradangan dan nyeri. Selanjutnya, fragmen tulang dan tulang rawan dapat pecah dan mulai mengambang di dalam cairan synovial (cairan kapsul sendi), yang akan menyebabkan lebih banyak peradangan dan ketidaknyamanan,” ujar Dr. Ming Fu, melansir Spine-Health.  

Siapa yang berisiko mengalami pengapuran leher?

Selain akibat penuaan, pengapuran leher ini bisa juga disebabkan oleh cedera leher sebelumnya. Orang dengan pekerjaan tertentu, seperti pesenam atau atlet lainnya, dapat memberi tekanan berlebih pada leher mereka.

Postur tubuh yang buruk bisa juga berperan dalam perkembangan perubahan tulang belakang di leher ini. Demikian pula berat badan berlebih. “Mereka dengan berat badan berlebih lebih cenderung untuk lebih cepat mengalami osteoarthritis (radang sendi), termasuk di leher,” Dr. Ming Fu menjelaskan.

Berat badan berlebih berarti memberikan ekstra beban ke sendi. Selain itu orang gemuk juga lebih banyak mengalami peradangan yang merusak. 

Perokok adalah kandidat berikutnya untuk pengapuran leher. Dalam jurnal Osteoarthritis Cartilage dijelaskan bila kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan risiko nyeri leher secara umum.

Bagaimana dengan kebiasaan “kretek-kretek” leher? Sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan bila kretek-kretek leher ini bisa membuat cervical osteoarthritis.  

Gejala bisa ringan atau berat

Gejala pengapuran leher bisa mulai dari rasa ketidaknyamanan ringan yang sesekali, hingga nyeri hebat yang tidak henti-hentinya, sehingga mengganggu kualitas hidup seseorang, seperti yang dialami Nikita Mirzani.

Gejala yang dialami antara lain:

  1. Mulai secara bertahap, dan mungkin akan semakin memburuk dari waktu ke waktu.
  2. Terasa kaku dan pegal, bukan nyeri tajam, terutama pada tahap awal.
  3. Terasa lebih buruk di pagi hari, kemudian membaik setelah bangun dan bergerak.
  4. Memburuk lagi di akhir hari.
  5. Mereda dengan istirahat selama kambuh.
  6. Nyeri terasa hingga ke bahu, atau di antara tulang belikat.
  7. Terasa empuk saat leher ditekan.
  8. Mengganggu tidur malam.
  9. Menyebabkan sakit kepal, terutama di bagian belakang kepala.

Terapi

Pengobatan cervical osteoarthritis sangat tergantung dari keparahannya. Sebagian besar penderita cukup dengan terapi non bedah, seperti terapi fisik, kompres dingin dan panas, atau olahraga sendi.

Obat yang diberikan adalah golongan pereda nyeri atau pereda inflamasi non steroid, seperti ibuprofen, naproxen atau COX-2 inhibitor.

Dalam kasus saat sakit memburuk dan pengobatan selama 6-12 minggu tidak efektif, pembedahan adalah upaya terakhir. (jie)