manfaat imunomodulator meningkatkan daya tahan tubuh

Manfaatkan Imunomodulator Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Melawan Virus Corona

Di tengah lonjakan kasus COVID-19, semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya mengonsumsi suplemen penambah daya tahan tubuh dan/atau imunomodulator, terutama berbahan herbal, yang dianggap sebagai obat tradisional.

Tetapi faktanya, jauh sebelum adanya pandemi sebagian besar masyarakat sudah percaya pada pengobatan tradisional. Hal ini ditunjukan oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 bahwa sebanyak 44,3 % masyarakat Indonesia memanfaatkan layanan kesehatan tradisional untuk kesehatan.

Memang, Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang terbukti secara ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai antioksidan bahkan antivirus. Beberapa di antaranya yang telah diketahui secara luas adalah kunyit, jahe merah, temulawak, meniran, jambu biji, daun sembung dan sambiloto.

Teknologi memungkinkan herbal-herbal tersebut diolah menjadi produk obat modern asli Indonesia (OMAI). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memasukkan OMAI ke dalam bidang obat tradisional dan suplemen kesehatan.

Dalam ranah obat tradisional, OMAI jenis fitofarmaka merupakan ‘kasta’ tertinggi; dua kategori lain di bawahnya adalah jamu dan obat herbal terstandar.

Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah terbukti keamanan dan khasiatnya melalui uji klinis (baik pada hewan dan manusia), dan produk jadinya sudah distandarisasi.  

Salah satu fitofarmaka yang telah lama digunakan luas di Indonesia adalah Stimuno. Obat ini mengandung ekstrak meniran (Phyllanthus niruri) yang diambil dari bagian akar, daun batang dan buah, diformulasikan menjadi sirup dan kapsul.

Meniran telah terbukti secara ilmiah memiliki manfaat sebagai imunomodulator; meningkatkan aktivitas sel-sel imum (imunostimulan) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan (imunosupresan).

Secara umum imunomodulator adalah zat yang bisa memodulasi (mengubah/mempengaruhi) sistem imun menjadi normal. 

Meniran mengandung berbagaizat aktif, yang bermanfaat untuk pengobatan seperti filantin, hipofilantin, niranin, nirtetralin dan fitetralin. Akar dan daunnya kaya senyawa flavonoid, antara lain quercetin, qeurcetrin, isoquercetrin dan astragalin.

Anti infeksi

Penelitian Dr. Drs. Suprapto Ma'at, Apt, MS, membuktikan, ekstrak meniran mampu meningkatkan kadar sel T helper, salah satu sel pertahanan tubuh.

Ekstrak meniran dapat digunakan sebagai terapi pembantu pengobatan infeksi yang membandel seperti infeksi virus, jamur dan bakteri. Atas studinya ini Drs. Suprapto mendapat penghargaan BJ Habibie Technology Award 2008.

Studi lain oleh Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), ahli pediatrik imunologi dari RS Cipto Mangunkusumo, membuktikan ekstrak meniran membantu penurunan demam pada anak penderita infeksi saluran pernapasan atas.

Antivirus

Riset Drs. Suprapto juga menunjukkan bila ekstrak meniran menghambat aktivitas enzim polimerase yang membantu replikasi virus yang berinti DNA, seperti hepatitis B. Juga menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase yang berfungsi dalam pengembangbiakan virus berinti RNA, seperti hepatitis C.

Uji klinis di RS Dr. Soetomo, Surabaya, menunjukkan pasien hepatitis B kronis yang diberi satu kapsul ekstrak meniran 3x sehari selama satu bulan, menunjukkan indikasi kesembuhan. Adanya kuman hepatitis B ditunjukkan dengan nilai HbsAg (antigen virus hepatitis B) positif.

Pemberian ekstrak meniran selama beberapa bulan membuat nilai HbsAg negatif. Ekstrak meniran meningkatkan level SGPT/SGOT - enzim yang diproduksi lever saat mengalami kerusakan.

Yang terbaru adalah studi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya, bahwa ekstrak meniran (phyllanthin dan hyophyllanthin) mampu menghambat reseptor protein virus COVID-19. Riset ini dipublikasikan di Journal of Basic and Clinical Physiology and Pharmacology 2021.

Dikonsumsi sesuai anjuran

Yang perlu diketahui walau imunomodaltor aman dikonsumsi selama sesuai aturan pakai, tetapi imunomodulator tidak dianjurkan dikonsumsi setiap hari.

Penggunaan imunomodulator yang sifatnya imunostimulan biasanya dibatasi selama 6-8 minggu, atau dengan konsultasi dokter, sebab dikhawatirkan dapat mencetuskan penyakit autoimun atau memperparah alergi. (jie)

____________________________________________________________________

Ilustrasi: Seksak Kerdkanno from Pixabay