Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji manfaat teh bagi kesehatan. Ahli nutrisi dr. Carrie Ruxton, BSc, PhD, menyatakan bahwa teh memiliki efek antimikrobiologi (kuman penyebab flu dan infeksi) berkat kandungan polifenol di dalamnya. Teh juga ditengarai dapat mencegah tifus, sehingga sering dibawa pasukan yang hendak berperang di masa lalu.
“Polifenol dapat bertahan di mulut sekitar satu jam setelah diminum, sehingga memberi efek antibakteri di mulut. Polifenol bekerja dengan mempertebal dinding sel bakteri, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Ketika ditambahkan ke dalam antibiotik, zat ini membantu kerja antibiotik lebih baik,” terang dr. Carrie.
Teh segar yang baru diseduh juga mengandung antioksidan. Penelitian yang dipresentasikan dalam National Meeting of the American Chemical Society di Boston, AS, beberapa waktu lalu menunjukkan, banyak teh yang hanya mengandung sedikit antioksidan. Saking sedikitnya, konsumen harus minum 20 botol untuk mendapatkan kadar antioksidan yang berguna bagi tubuh. Sebaliknya, kita bisa mendapat antioksidan dalam jumlah cukup dari secangkir teh hijau atau teh hitam yang diracik sendiri di rumah.
Cukup waktu 3-5 menit untuk menyeduh teh, dan kandungan katekin es teh lebih rendah dibanding teh panas. Katherine Tallmadge, MA, RD, LD dari American Dietetic Association mengatakan, “Tidak ada hal yang buruk dari teh. Bisa menjadi pengganti kopi, karena memiliki kafein yang lebih sedikit. Dan flavonoid-nya bagus untuk kesehatan hati dan mencegah kanker.”
Teh hijau, Teh hitam, Teh putih
Jenis-jenis teh digolongkan berdasarkan warna: hijau, hitam dan putih. Ada juga yang disebut teh oolong.
Teh hijau. Dalam bahasa Jepang disebut ocha. Teh jenis ini termasuk primadona untuk kesehatan. Untuk membuat teh hijau, daun teh langsung diproses (dipanaskan/diuapkan) setelah dipetik, sehingga kandungan Epigallocatechin gallate (EGCG) – nya masih tinggi. Antioksidan dalam teh hijau sudah banyak diteliti, untuk pencegahan kanker, menghindari penumpukan plak di pembuluh darah, menurunkan kolesterol dan lain-lain.
Berapa cangkir teh mesti diminum agar bermanfaat untuk kesehatan? Sebuah studi di Jepang melibatkan 500 wanita dengan kanker payudara stadium I dan II. Konsumsi teh hijau sebelum dan sesudah operasi, disimpulkan berhubungan dengan rendahnya kekambuhan kanker.
Penelitian di China menunjukkan, semakin banyak minum teh hijau, berhubungan dengan rendahnya risiko kanker usus besar, prostat dan pankreas. Dari sekitar 22 penelitian mengenai hubungan tingginya konsumsi teh hijau dan risiko kanker paru-paru menyimpulkan, 2 cangkir teh hijau/hari dapat menurunkan risiko 18%.
Teh hitam. Disebut juga teh merah karena cairannya berwarna kemerahan. Daun teh dibiarkan teroksidasi selama 2 – 4 minggu. Teh ini paling banyak dikonsumsi di Asia Selatan. Ada dugaan, teh ini kalah bagus dibanding teh hijau. Faktanya, teh hitam memiliki antioksidan yang mampu melindungi otak. Penelitian di Jerman mengungkapkan, teh hitam mampu melindungi proses pembentukan plak di otak yang memicu penyakit Alzheimer.
Sebuah penelitian melibatkan 3.400 orang dewasa di Arab Saudi, yang masyarakatnya dikenal suka minum teh. Ditemukan bahwa mengonsumsi teh hitam >6 cangkir/hari bisa menurunkan risiko penyakit jantung koroner di atas 50%. Rahasianya terletak pada flavanoids teh hitam, yang bisa menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke hingga 12%. Ini berlaku bagi yang mengonsumsi 3 cangkir the/hari.
Teh putih. Dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik, dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Menurut sebuah studi, teh jenis ini menunjukkan efek antikanker lebih tinggi dari pada teh yang sudah diproses.
Teh oolong. Ini teh semi fermentasi. Penelitan menunjukkan, antioksidan teh oolong dapat menurunkan level kolesterol “jahat” pada hewan uji. Salah satu jenis teh oolong, yakni Wuyi, diproduksi sebagai suplemen penurun berat badan.
Teh dan fungsi kognitif
Manfaat teh yang banyak diteliti adalah dalam membantu meningkatkan fungsi kognitif, seperti konsentrasi dan kesadaran. “Kandungan kafeinnya dapat meningkatkan kewaspadaan/kesadaran,” ujar dr. Carrie. “Dan kandungan L-theanin yang merupakan asam amino, mempunyai efek menenangkan dan meningkatkan mood.”
Kombinasi keduanya menimbulkan efek berganda; L-theanin mendorong efek kafein dalam teh. Sebuah studi dilakukan John J. Foxe dari Nathan S. Kline Institute for Psychiatric Research di Orangeburg, USA. Dr. Foxe menemukan, L-theanin dan kafein bersinergi untuk meningkatkan aktivitas neuron otak.
“Mereka yang minum larutan yang mengandung L-theanin dalam 10 cangkir teh, mampu lebih fokus pada tugas-tugas dibanding mereka yang mengonsumsi suplemen peningkat konsentrasi, ujarnya.
Dr. Foxe dan rekan merekrut 16 orang untuk tes konsentrasi selama 4 hari. Sebelum pengujian, masing-masing individu minum segelas air. Selama 3 hari, minuman itu mengandung 100 mg L-theanin, 60 mg kafein, atau kombinasi keduanya. Dosis theanin tersebut setara dengan minum 4-5 cangkir teh, dan 2,5 cangkir kopi.
Dalam tes, peserta mengamati layar komputer dan menekan tombol ketika sebuah bentuk yang ditunjuk muncul di samping bidang visual yang ruwet. Akurasi peserta sedikit berbeda, antara ketika mereka mendapat air saja atau dengan hanya satu aditif. Akurasi meningkat secara dramatis, saat mereka mendapat kombinasi theanin dan kafein. Kemampuan konsentrasi berlangsung sepanjang 3 jam pengujian. “Kombinasi ini bisa ditemukan dalam 4 cangkir teh hijau,” ujar Dr. Foxe. (jie)
Ilustrasi: congerdesign from Pixabay