manfaat kayu manis dan bungur sebagai herbal anti diabetes

Manfaat Kayu Manis dan Bungur Sebagai Herbal Anti Diabetes

Gaya hidup urban, seperti konsumsi makanan cepat saji yang berkalori tinggi, lebih banyak duduk, kurang aktivitas fisik, memicu munculnya kegemukan dan meningkatkan kejadian diabetes. Kayu manis dan bungur terbukti sebagai herbal anti diabetes yang efektif.

Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menyatakan setidaknya satu dari 10 orang dewasa (10,9%) di Indonesia menyandang diabetes mellitus. Angka ini naik tajam dari angka sebelumnya yakni 5,7% (2007) dan 6,9% (2013).

Riset tahun 2013 oleh dr. Dicky L. Tahapary, PhD, SpPD-KEMD, FINASIM, dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, menunjukkan bahwa angka diabetes melitus lebih tinggi di daerah perkotaan, dibandingkan pedesaan.

Studi dilanjutkan pada 2014 dan 2015 dengan membandingkan 154 laki-laki dengan latar belakang genetik dan usia yang sama antara 18-65 tahun yang tinggal di Nangapanda, Ende (Flores, NTT).

Dari jumlah itu, sebanyak 105 orang tetap di sana (pedesaan) dan 49 orang pindah dan tinggal di Jakarta lebih dari satu tahun. Riset ini mendapatkan hasil bahwa laki-laki yang tinggal di daerah perkotaan memiliki resistensi insulin dan rata-rata kadar gula darah yang lebih tinggi daripada orang yang tinggal di pedesaan.

Pada resistensi insulin, insulin (hormon utama untuk menurunkan kadar gula dalam darah) tidak berfungsi optimal sehingga kadar glukosa darah tinggi dan akhirnya menyebabkan diabetes melitus.

Mengontrol gula darah sangat penting agar penyakit kronis ini tidak menimbulkan komplikasi ke organ-organ lain. Sebelum menggunakan terapi obat-obatan, penderita diabetes diwajibkan merubah gaya hidup (diet dan olahraga teratur).

Gula darah juga bisa diturunkan menggunakan herbal yang terbukti dalam penelitian klinis bermanfaat sebagai anti diabetes. Dua di antaranya adalah kayu manis (cinnamon) dan bungur (Lagerstroemia speciosa L).

Kayu manis

Telah dilakukan berbagai penelitian mengenai manfaat kayu manis bagi penyandang diabetes mellitus (DM) tipe 2.

Kayu manis mengandung polifenol (bersifat sebagai antioksidan), yang meningkatkan 3 protein kunci pada DM 2 : pemberian sinyal insulin, pemindahan glukosa dan respon peradangan.

Proanthocyanidin merupakan jenis polifenol kayu manis yang spesifik memiliki efek mirip insulin. Zat ini menyelinap ke dalam sel dan mengaktifkan reseptor insulin. Sensitivitas insulin akan meningkat dan level glukosa membaik, sel bisa menggunakan energi dari gula.

Studi tahun 2003 oleh Khan A, dkk, di Pakistan menemukan bahwa konsumsi kayu manis sebanyak 1, 3, atau 6 gram per hari menurunkan gula darah, trigliserida (asam lemak dalam darah), LDL (kolesterol “jahat”) dan total kolesterol pada penyandang DM 2.

Peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi kayu manis akan menurunkan gula darah dan risiko komplikasi kardiovaskular (serangan jantung dan stroke) yang berkaitan dengan diabetes.

Bungur/banaba

Pohon bungur biasa ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh. Secara tradisional bagian-bagian tanaman bungur, seperti daun, kulit kayu dan akarnya telah digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya sebagai anti diabetes.

Masyarakat tradisional Filipina mengkonsumsi daun bungur sebagai teh herbal untuk menurunkan kadar gula darah dan mengurangi berat badan.

Penelitian yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1940 dan berbagai studi tentang tanaman ini menunjukkan bahwa efek “insulin like” nya yang berperan menurunkan kadar gula darah.

Penelitian oleh Hattori, et al menunjukkan bahwa ekstrak dari daun bungur dapat digunakan untuk mengurangi kadar gula darah pada tikus diabetes dan juga dapat meningkatkan transportasi glukosa ke sel lemak (adiposa).

Riset Toshihiro Miura, dkk, menulis semakin banyak bukti yang melibatkan penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa ekstrak daun Banaba memberikan efek antidiabetes dan antiobesitas.

“Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa asam corosolic serta ellagitanin bertanggung jawab atas efek ini. Asam terpen polisiklik lainnya seperti asam oleanolat dan asam valoneat juga dapat berkontribusi pada efek antihiperglikemik,” tulis mereka dalam jurnal Evidence Based Complementary Alternative Medicine. (jie)

_______________________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by xb100 - www.freepik.com