mahkota dewa efektif redakan nyeri seperti analgesik

Manfaat Antinyeri Mahkota Dewa Sama Efektif Dengan Obat Analgesik, Ahli Menegaskan

Semua orang pasti pernah mengalami nyeri. Ini adalah keluhan paling umum, mulai dari nyeri karena cedera atau sebagai gejala penyakit tertentu. Pengobatan nyeri menggunakan analgetik (pereda nyeri), tetapi riset menunjukkan bila tanaman mahkota dewa sama efektifnya dengan obat analgesik.

Nyeri merupakan sebuah proses kompleks yang bersifat individual, bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti biologis, psikologi dan sosial. Itu sebabnya setiap orang memiliki ambang nyeri yang berbeda.

International Association for The Study of Pain menyatakan nyeri sebagai sebuah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenyangkan, berkaitan dengan kerusakan aktual atau potensi kerusakan.

Apt. Elizabeth Anita Wijayanti, S.Farm, Medical Affaris Dexa Medica, menjelaskan inflamasi (radang) merupakan salah satu penyebab tersering adanya nyeri. Salah satu yang paling berpengaruh dalam proses radang dan nyeri adalah enzim cyclooxygenase (COX); ada dua jenis COX-1 dan COX-2.

Enzim COX-1 berperan untuk menjaga kondisi ideal berbagai organ, termasuk lapisan pelindung (mukosa) saluran cerna. Enzim COX-2 berperan dalam memediasi terjadinya inflamasi dan nyeri.

“Pada saat terjadi kerusakan jaringan, enzim COX-2 akan dilepaskan dan memicu terbentuknya prostaglandin yang menjadi mediator nyeri dan inflamasi. Nantinya akan menjadi target terapi dari berabagai obat analgesik dan antiradang,” terang Anita, dalam webinar kefarmasian Terapi Nyeri Terbarukan Dengan Obat Modern Asli Indonesia, Kamis (9/9/2021).

Obat analgesik akan bekerja secara selektif di sistem saraf pusat (otak dan tulang belakang) maupun perifer (saraf yang menjalar dari tulang belakang ke tangan/kaki) untuk mengurangi rasa sakit.

Umumnya obat nyeri yang beredar di pasaran adalah golongan asetaminofen (parasetamol), antiinflamasi nonsteroid (NSAID) misalnya ibuprofen, asam asetilsalisilat (aspirin) dan golongan opioid (harus dengan resep dokter). Ini semua adalah obat-obat kimia yang bila dikonsumsi dalam jangka panjang memiliki efek samping.

“Obat NSAID bekerja menghambat COX-1 dan COX-2. Penghambatan COX-1 akan mengganggu fungsi perlindungan mukosa lambung, sehingga meningkatkan risiko efek samping di saluran cerna,” terang Anita.

Lantas bagaimana dengan mereka yang lebih nyaman menggunakan obat herbal? Kita mengenal herbal/tanaman mahkota dewa (phaleria macrocarpa fructus) yang dalam penelitian terbukti memiliki efek pereda nyeri.

Mahkota dewa, imbuh Anita, mengandung berbagai senyawa flavonoid, alkaloid dan saponin yang terbukti mempunyai manfaat sebagai antiradang, antibakteri dan antioksidan.

“Mahkota dewa menghambat ekspresi COX-2 dan nitric oxide (NO) sehingga membantu mengurangi terjadinya inflamasi,” katanya, dengan menegaskan bila flavonoid yang menjadi kandungan utama mahkota dewa memiliki aktivitas antiradang dan analgesik.

Sebuah penelitian dilakukan pada penderita dysmenorrhea (nyeri haid) yang diberikan ekstrak mahkota dewa (Predimenol™) dengan dosis 100 mg 2-3 kali sehari. Terapi selama 6 hari.

Studi diterbitkan di International Journal of General Medicine (2011) ini mendapati bila ekstrak mahkota dewa dapat meringankan gejala nyeri haid (nyeri perut, nyeri payudara, sakit punggung dan sakit kepala), dibandingkan sebelum menggunakan Predimenol™.

Kemudian dalam survei yang dilakukan di 150 responden tentang pemberian ekstrak mahkota dewa vs obat analgesik lainnya. 90% responden menyatakan ekstrak mahkota dewa lebih baik atau sama dengan produk analgesik lainnya dalam mengatasi sakit kepala.

Efek samping terapi nyeri

Umumnya terapi nyeri menyebabkan efek samping di saluran cerna, seperti kembung, mual, asam lambung naik, hingga terjadi luka di mukosa usus (menyebabkan perdarahan dan anemia).

Indonesia juga mengenal jahe (zingiber officinale) sebagai bumbu sekaligus tanaman obat yang efektif mengatasi keluhan pencernaan.

Manfaat antimual jahe diteliti pada 81 pasien tumor solid yang sedang dalam kemoterapi. Riset Konmun J, et al, ini menyimpulkan angka kejadian tanpa mual muntah pada kelompok yang mendapat ekstrak jahe secara signifikan lebih tinggi, dibandingkan plasebo.

“Separuh responden menyatakan waktu yang diperlukan oleh obat herbal (ekstrak jahe) untuk mengatasi mual sekitar 10-20 menit, termasuk dalam kategori cepat,” Anita menerangkan. “Ekstrak jahe dapat menjadi pilihan untuk membantu mengurangi kembung dan mual sebagai efek samping obat nyeri.” (jie)

_______________________________________________________________

Ilustrasi: Hand photo created by jcomp - www.freepik.com