Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia) dapat dimanfaatkan untuk menurunkan berat badan. Di masa lalu, masyarakat di Jawa biasa memakai air rebusan daun Jati belanda sebagai bahan baku jamu pelangsing.
Berdasar analisa laboratorium, daun Jati belanda mengandung fitokimia antara lain berupa sterol, alkaloid, karotenoid, flavonoid, tannin, saponin dan musilago. Beberapa zat kimia tanaman tersebut dikenal sebagai antioksidan kuat.
Tanin adalah molekul berukuran besar yang gampang berikatan dengan protein. Di saluran pencernaan, tanin memungkinkan protein di permukaan usus mengendap sehingga mengurangi penyerapan makanan.
Musilago memiliki sifat menangkap air dan membentuknya menjadi gel. Sebagai water trapping, musilago membentuk masa feses. Kombinasi tanin dan musilago bermanfaat sebagai pelangsing badan.
Seduhan daun Jati belanda juga mengandung asam tanat yang mirip teh hijau, yakni dapat menghambat penyerapan lemak di usus. Kemampuannya menurunkan enzim lipase dapat menghambat pengangkutan lemak ke aliran darah. Sementara efek astingennya mengerutkan lapisan dalam usus, sehingga penyerapan lemak terhalang.
Uji toksik
Penelitian Yosie Andriani H.S, di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor, ingin melihat pengaruh ekstrak daun Jati belanda terhadap kadar lemak darah (TPC, trigliserida, LDL / kolesterol jahat), dan HDL / kolesterol baik).
Terjadi penurunan signifikan kadar lemak darah di kelompok yang mendapat ekstrak daun jati Belanda. Penurunan angka TPC (total plasma cholesterol) tertinggi, adalah saat pemberian ektrak etanol sebanyak 62%, kemudian ekstrak air (55%) dan terakhir ekstrak fraksi aktif steroid (36%).
Di sisi lain, pemberian ekstrak daun jati Belanda justru menaikkan level HDL (kolesterol baik). HDL adalah bagian dari lemak yang bekerja sebagai pengangkut LDL untuk dibawa kembali ke organ hati dan kemudian dibuang.
Dari sekian banyak penelitian tentang ekstrak daun Jati belanda, ada satu yang mengukur toksisitasnya. Uji toksisitas akut adalah penelitian untuk melihat efek racun dari suatu senyawa yang terjadi, sesaat setelah pemberian senyawa tersebut dalam dosis tertentu.
Riset dilakukan Maret 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Tes dilakukan pada 25 tikus wistar jantan. Kelompok kontrol mendapat air putih kemasan. Kelompok I diberi ekstrak alkohol Jati belanda sebanyak 20mg/kg berat badan. Kelompok II menerima suntikan dosis 200 mg/kg bb, setara dengan yang biasa dikonsumsi manusia. Kelompok III mendapat dosis 2000 mg/kg bb dan kelompok IV mendapat dosis tertinggi yakni 6324,14 mg/kg bb.
Dari hasil pengamatan selama 7 hari tidak ada tikus yang mati, baik pada kelompok kontrol atau kelompok dengan dosis tertinggi; sekitar 31,6 kali dosis yang lazim dipakai pada manusia.
Disimpulkan, ekstrak alkohol dalam daun Jati belanda tidak bersifat toksik (beracun). Dan secara bermakna menurunkan berat badan, pada kelompok yang mendapat dosis sama atau lebih dari yang dikonsumsi manusia.
Cukup diseduh
Mengolah daun jati belanda cukup mudah. Menurut Lalang Ken Handita, S.Sos, MM dari Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian RI, daun Jati belanda kering cukup diseduh seperti membuat teh.
Untuk peluruh kolesterol, disarankan mengambil beberapa lembar daun Jati belanda kering dan seduh dengan air panas. Saring sebelum diminum dan tambahkan satu sendok madu atau gula batu agar tidak hambar.
Untuk pelangsing tubuh, ambil 7 lembar daun Jati belanda segar, cuci bersih. Tambahkan sepotong rimpang bangle, temulawak atau kunir putih. Rebus dengan satu setengah gelas air sampai tersisa satu gelas.
Setelah dingin, saring dan minum. Selama mengonsumsi ramuan ini, dianjurkan minum banyak air putih. Bila tidak mau repot, ekstrak daun jati belanda sudah beredar di pasaran. (jie)