Kesehatan saluran cerna adalah salah satu ‘simpul’ tumbuh kembang anak. Bila penyerapannya tidak bagus, tumbuh kembang si kecil juga buruk. Bahkan anak dengan masalah saluran cerna, kemudian sembuh, masih berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang.
Saluran cerna adalah pelindung pertama dari dunia luar sebelum masuk dalam aliran darah. Jika saluran cerna terinfeksi, mukosa (membran tipis yang melindungi usus) hilang dan sel epitel meregang, bakteri bisa masuk, makanan tidak tercerna sempurna, si kecil lebih gampang sakit.
Sekitar 40% sel-sel usus adalah jaringan limfoid (gut associated lymphoid tissues) yang berhubungan dengan sistem imun. Dari jumlah tersebut mampu menghasilkan 70-80% sel imun.
Pencernaan juga adalah satu-satunya pintu masuk nutrisi ke dalam tubuh. Bila saluran pencernaan sehat, nutrisi yang masuk dapat diserap dengan baik, sehingga zat-zat yang dihasilkan bisa digunakan untuk tumbuh kembang.
Gangguan saluran cerna dan tumbuh kembang
Kesehatan saluran cerna sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Sayangnya diare paling banyak dialami oleh balita. Data tahun 2018 menyatakan kejadian diare pada balita di Indonesia adalah 11,5%, ini adalah yang terbesar di antara semua kelompok umur.
Relana Pinkerton, dkk, menyebutkan bila kejadian diare di awal kehidupan dapat mempengaruhi perkembangan otak. Diare dan stunting bisa menjadi efek yang berdiri sendiri pada fungsi intelektual anak-anak hingga selanjutnya.
Diare mempengaruhi tumbuh kembang, baik pada tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Pada anak dengan diare akut (<7 hari) berat badan terganggu walau setelah 3 bulan pasca diare. Demikian pula pada diare kronis (>2minggu), berat badan terganggu setelah 3 bulan.
Bahkan American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menyebutkan diare pada anak berusia kurang dari 2 tahun dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif (otak) 4 – 7 tahun kemudian.
Peran mikrobiota usus
Di dalam kandungan usus bayi relatif steril. Saat lahir normal ia terpapar bakteri baik (probiotik) dari vagina ibunya. Bakteri ‘warisan’ itu dari golongan bifidobacteria dan lactobacillus.
Kemudian saat mendapatkan ASI ekslusif, saluran cerna bayi didominasi oleh bifidobacteria. Namun bila bayi mendapatkan susu formula biasa, komposisi bakteri dalam usus berubah, didominasi bakteri biasa, bahkan bakteri berbahaya.
Mulai masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), bayi mulai mengonsumsi daging, bubur, buah, sayur atau sereal. Komposisi bakteri dalam usus mulai beragam.
Keseimbangan mikrobiota usus harus dijaga, yakni jumlah probiotik harus lebih banyak dibanding bakteri patogen. Bila proporsi bakteri patogen lebih banyak, terjadi ketidakseimbangan yang disebut disbiosis. Pada kondisi ini, bakteri patogen bisa mendegradasi mukus (lendir), menghancurkan sel epitel dan akhirnya terjadi gangguan penyerapan nutrisi.
Suplementasi probiotik
Salah satu cara menjaga keseimbangan mikrobiota usus adalah dengan mengonsumsi probiotik, selain mengonsumsi panganan tinggi serat tidak larut (seperti asparagus, pisang, bawang, kacang).
Jing Wang dan Haifeng membuktikan bila probiotik dapat meningkatkan penyerapan peptida kecil dan asam amino (molekul terkecil pembentuk protein). Selanjutnya, probiotik bisa mengurangi fermentasi protein yang berbahaya dengan demikian menurunkan toksisitas metabolit. Mereka menyimpulkan, probiotik berperan dalam penyerapan dan pemanfaatan protein.
Probiotik juga diketahui mempengaruhi penyerapan vitamin B12, asam folat (B9), zat besi, kasium, magnesium, zinc, dll.
Perkembangbiakan probiotik di saluran cerna akan memberi efek perlindungan dengan menghasilkan asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin yang menekan pertumbuhan bakteri patogen.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal European Journal of Clinical Nutrition menunjukkan suplementasi minuman mengandung bakteri probiotik Lactobacillus casei strain Shirota (LcS) pada 510 anak-anak (berusia 3 -5 tahun) selama 12 minggu bermanfaat untuk kasus sembelit dan diare.
Sembelit hanya terjadi pada 12% responden dan diare hanya 4,9%, dibanding kelompok kontrol (493 anak tidak mendapat probiotik) 32% sembelit dan 7,9% diare.
Diare juga paling kerap dialami oleh anak-anak dalam kondisi kritis (critical ill children/CIC). Probiotik LcS dibiakkan dari 5-6 feses subyek CIC yang dirawat di ICU. Tidak ada bukti kolonisasi atau bakteremia dengan LcS dalam kultur bakteriologis yang diperoleh dari subjek penelitian. Peneliti menyimpulkan bahwa penggunakan probiotik LcS pada anak-anak CIC aman.
Dengan demikian kesehatan saluran cerna - yang salah satunya didukung oleh konsumsi probiotik - penting untuk tumbuh kembang anak yang optimal. (jie)
__________________________________________________________
Ilustrasi: Group of children photo created by jcomp - www.freepik.com