perawatan kulit penyandang diabetes

Jangan Diabaikan: Perawatan Kulit untuk Penyandang Diabetes Melitus

Diabetes mellitus (DM) kerap disebut sebagai “induk dari segala penyakit”. Sangat beralasan, karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut memang demikian banyak, dan tidak main-main. Untuk mencegah komplikasi, tentu kadar gula darah harus dikendalikan. Selain itu juga mengendalikan faktor risiko lain misalnya tekanan darah tinggi. Perawatan kulit untuk penyandang diabetes pun tak kalah penting.

Ya, penyandang diabetes tak hanya menghadapi risiko komplikasi yang serius seperti gagal ginjal, serta gangguan jantung dan pembuluh darah. Mereka juga umum mengalami gangguan pada kulit. “Perawatan kulit untuk penyandang diabetes mellitus kerap terabaikan. Padahal, ini juga perlu diperhatikan,” ungkap apt. Drs. Budi Rajarjo, Sp.FRS dari Instalasi Farmasi RSUD Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto.

Ia melanjutkan, kadar gula darah yang tidak terkontrol pada DM membuat pembuluh darah di seluruh tubuh rusak, sehingga tidak bisa bekerja secara optimal. “Akibatnya, sel-sel tubuh, termasuk kulit, mengalami kekurangan nutrisi dan oksigen. Inilah yang menimbulkan masalah pada kulit,” terangnya, dalam webinar kesehatan untuk apoteker yang diselenggarakan oleh Solusi Farma Indonesia dan OTC Digest, Kamis (20/10/2022). Hal ini sebaiknya tidak diabaikan, mengingat kulit adalah organ terbesar tubuh kita, yang meliputi 15% dari total berat tubuh.

Kulit Penyandang DM Cenderung Kering

Ada beberapa masalah kulit yang kerap dialami oleh penyandang diabetes. Di antaranya acanthosis nigrican (penebalan kulit yang tampak seperti beludru), dermopati diabetik (bercak berpigmen pada kulit), ulkus kaki diabetes, kulit kering dan gatal, infeksi kulit, dan dermatitis atopik.

Kulit yang mengalami masalah, tentunya tidak bisa bekerja dengan optimal. Padahal kulit berperan penting untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar, mengatur penguapan cairan, dan mengatur suhu tubuh.

Kulit memiliki beberapa lapisan, dari yang paling dalam/bawah (hypodermis), tengah (dermis), dan yang paling luar atau teratas (epidermis). “Pada kulit normal, sel-sel pada lapisan epidermis tersusun rapat dan rapi seperti batu bata pada tembok, sehingga alergen maupun mikroorganisme dari luar tidak bisa masuk. Kelembapan kulit pun terjaga, tidak cepat menguap,” jelas Budi.

Pada penyandang diabetes, kulit cenderung kering karena mengalami malnutrisi. “Struktur kulit di lapisan epidermis pun rusak: tidak tersusun rapi dan rapat. Akibatnya alergen maupun mikroba seperti virus, jamur, dan bakteri mudah masuk dan menimbulkan infeksi,” papar Budi. Cairan pun mudah menguap, sehingga kulit bertambah kering; bahkan bisa tampak bersisik. Kulit kering atau xerosis terjadi ketika epidermis kekurangan cairan secara berlebihan.

Kulit yang kering akan terasa gatal, membuat kita sering menggaruk. Sementara itu, garukan akan menimbulkan lecet, dan risiko infeksi pun makin bertambah. Bisa dibayangkan dampaknya bila ini terjadi di jari-jari kaki. Kerusakan saraf membuat luka lebih sulit sembuh, dan penyandang DM tidak merasakan sakit sehingga tidak menyadari ada luka. Ditambah lagi penurunan sel darah putih yang umum dialami oleh penyandang DM. Lecet akibat garukan yang demikian kecil bisa terinfeksi, tak kunjung sembuh, hingga akhirnya menimbulkan ulkus kaki diabetes, yang bisa berujung pada amputasi.

Peranan Ceramide dan Filaggrin

Budi mengibaratkan epidermis kulit seperti susunan batu bata yang rapat pada tembok. “Pada kulit, yang berperan sebagai semen untuk membuat batu bata saling menempel dan tersusun rapi adalah ceramide,” ia menjelaskan. Karenanya, peranan ceramide sangatlah penting dalam menjaga keutuhan kulit.

Selain ceramide, yang tak kalah penting adalah filaggrin. “Filaggrin adalah protein esensial yang kaya akan asam amino,” ucap Budi. Fungsinya yaitu mempertahankan struktur stratum corneum (lapisan teratas pada epidermis atau skin barrier), mempertahankan pH (keasaman) kulit, dan mencegah hilangnya cairan epidermal.

Ceramide dan filaggrin merupakan dynamic duo yang esensial untuk menjaga keutuhan epidermis dan skin barrier (sawar kulit). Dengan epidermis dan sawar kulit yang utuh, kelembapan kulit akan terjaga, allergen maupun mikroba yang bisa menimbulkan iritasi dan infeksi, tidak bisa masuk ke kulit.

Perawatan Kulit untuk Penyandang Diabetes Melitus

Studi menemukan, hingga 74,7% penyandang DM mengalami xerosis. “Pada penyandang DM, filaggrin kulit menurun atau hilang, sehingga terjadi defisiensi protein, yang berperan menjaga keutuhan skin barrier,” tutur Sunarko, HCP Channel Activation Manager PT Galderma Indonesia Healthcare.

Di kulit, terdapat filaggrin breakdown products (FBP) seperti citrulin, arginine, dan sodium PCA yang merupakan bagian natural moisturizing factor (NMF). “Berkurangnya filagggrin meningkatkan penguapan air di kulit atau trans epidermal water loss (TEWL). Akhirnya kelembapan kulit buruk, terjadilah xerosis,” imbuh Sunarko.

Ia melanjutkan, “Penggunaan pelembap atau emolien harian pada penyandang DM membantu mengurangi xerosis.” Bila dilihat di bawah mikroskop, kulit tanpa pelembap tampak berkerak, dengan struktur yang lebih jarang dan tidak teratur. sedangkan dengan pelembab, kulit tampak padat, teratur, rapat, dan tidak berkerak.

Namun ternyata, tidak semua pelembap mampu mengembalikan skin barrier, menghidrasi stratum corneum, serta menurunkan dan mencegah terjadinya TEWL. “Yang dibutuhkan adalah pelembap yang mengandung ceramide dan FBP,” ujar Sunarko. Di samping itu, pelembap juga harus bersifat hipoalergenik, bebas pewangi, dan non komedogenik sehingga aman bagi penyandang diabetes, yang kulitnya cenderung bermasalah.

Cetaphil Pro AD Derma mengandung 9 bahan aktif, yang dikategorikan dalam 7 mekanisme kerja. “Yaitu sebagai emolien, oklusif, humektan, ceramide, FBP, antioksidan, dan antiinflamasi,” ucap Sunarko. Emolien adalah pelembut kulit; oklusif berarti menciptakan lapisan pada permukaan kulit yg mencegah penguapan air dari kulit; dan humektan menarik air dari lingkungan. Adapun zat aktif yang terkandung dalam Cetaphil Pro AD Derma yaitu ceramide, gliserin, tokoferol asetat, arginin, pantenol, niaciamide, alantoin, shea butter, dan minyak biji bunga matahari.

Cetaphil Pro AD Derma terdiri dari dua varian yang saling melengkapi: moisturizer (pelembap) dan pembersih bebas sabun. “Studi klinis menemukan, Cetaphil Pro AD Derma Skin Restoring Moisturizer secara signifikan membantu memperbaiki fungsi sawar kulit, mempercepat tingkat hidrasi kulit dan mempertahankannya selama 24 jam, serta melembapkan dan membantu menjaga kelembapan kulit,” tutur Sunarko.

Studi klinis terhadap Cetaphil Pro AD Derma Skin Restoring Wash tidak berbeda. Ditemukan bahwa pembersih non sabun ini membantu mengurangi kulit kering dan mengembalikan fungsi sawar kulit dengan penggunaan harian, serta secara signifikan membantu meningkatkan kelembapan kulit.

Untuk perawatan kulit untuk penyandang diabetes yang optimal, moisturizer maupun wash perlu dipakai secara rutin setiap hari. “Jangan takut jadi ketergantungan, karena bahan-bahan yang digunakan bersifat lembut dan alami,” ucap Sunarko. Seperti apa rekomendasi pemakaiannya? “Gunakan Cetaphil Pro AD Derma Skin Restoring Wash saat mandi, dan mandi cukup 10 menit. Setelah selesai, keringkan kulit dengan cara menepuk-nepukkan handuk, jangan digosok. Lalu, pakai Cetaphil Pro AD Derma Skin Restoring Moisturizer dalam 3-5 menit setelah mandi,” tutur Sunarko. (nid)

 

__________________________________________________

Ilustrasi: https://www.freepik.com/free-photo/skin-allergy-reaction-test-arm_196726...