Penelitian terbaru menyatakan penderita sakit jantung yang melakukan olahraga jalan cepat lebih sedikit dirawat di rumah sakit. Riset ini dipresentasikan dalam EuroPrevent 2018 dan dipublikasikan di European Journal of Preventive Cardiology.
Studi tersebut dilakukan selama tiga tahun, melibatkan 1.078 penderita hipertensi, di mana 85%-nya juga menderita sakit jantung koroner, dan 15% mengalami gangguan katup jantung.
Partisipan diminta melakukan olahraga jalan kaki menggunakan treadmill sejauh 1 km, yang setara dengan olahraga intensitas sedang. Partisipan diklasifikasikan menjadi tiga: jalan pelan (2,6 km/jam), jalan sedang (3,9 km/jam) dan jalan cepat (5,1 km/jam). Sebanyak 359 orang adalah responden jalan lambat, 362 orang jalan cepat dan 357 responden jalan cepat.
Peneliti mencatat berapa kali dan berapa lama mereka mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga tahun. Dr. Carlotta Merlo, pemimpin penelitian dari University of Ferrara, Italia mengatakan,” Kami tidak mengecualikan penyebab kematian, karena kecepatan berjalan memiliki konsekuensi yang signifikan bagi kesehatan masyarakat. Mengurangi kecepatan berjalan bisa menjadi penanda mortalitas terbatas, yang merupakan penanda awal kecacatan dan penyakit.”
Dalam tiga tahun penelitian, 182 (52%) responden pejalan pelan setidaknya sekali harus dirawat di rumah sakit. Dibandingkan dengan 160 (44%) orang yang berjalan sedang, dan 110 (31%) partisipan jalan cepat.
Total lamanya dirawat di rumah sakit dalam tiga tahun pada kelompok jalan pelan, jalan sedang atau jalan cepat adalah 4,186 hari, 2,240 hari dan 990 hari. Sementara lama rata-rata mereka harus tinggal di rumah sakit adalah 23 hari (responden jalan pelan), 14 hari (jalan sedang) dan 9 hari (jalan cepat).
Setiap penambahan kecepatan jalan 1 km/jam akan mengurangi kecenderungan untuk dirawat di rumah sakit dalam tiga tahun sampai 19%. Dibandingkan dengan pejalan pelan, kelompok jalan cepat 37% lebih rendah kemungkinannya untuk dirawat dalam tiga tahun.
“Semakin cepat kita berjalan, semakin kecil risiko dirawat di rumah sakit dan semakin pendek pula waktu perawatannya. Pengurangan kecepatan berjalan adalah penanda mobilitas yang dikaitkan dengan penurunan aktivitas fisik,” ujar dr. Calotta, dikutip dari sciencedaily.com.
Ia menambahkan, jalan kaki adalah olahraga yang paling populer di kalangan orang dewasa. Ia tidak membutuhkan kemampuan khusus, gratis dan bisa dilakukan oleh semua orang. “Walau hanya sebentar, tapi jika rutin, jalan kaki tetap bermanfaat untuk kesehatan. Penelitian kami menunjukkan manfaatnya akan bertambah jika kecepatannya ditambah.” (jie)