hipertensi dan hiperkolesterolemia

Intervensi Gizi untuk Hipertensi dan Hiperkolesterolemia, serta Manfaat Probiotik

Hipertensi dan hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) merupakan dua masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kedua penyakit ini tidak boleh diabaikan karena bisa menimbulkan komplikasi serius. “Hipertensi yang tidak terkontrol bisa menimbulkan berbagai komplikasi, misalnya gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan lain-lain,” ujar Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes, RD, FISQua. Demikian pula dengan hiperkolesterolemia; bisa menimbulkan aterosklerosis, yang pada akhirnya membahayakan kesehatan jantung dan otak.

Hipertensi ditandai dengan tekanan darah tinggi, yaitu tekanan darah (TD) sistolik>130 mmHg, dan TD diastolik >89 mmHg. Hipertensi dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Yaitu hipertensi derajat 1 (TD sistolik 140 – 159 mmHg) dan/atau (TD diastolik 90 – 99 mmHg); derajat 2 (TD sistolik 160 – 179 mmHg) dan/atau (TD diastolik 100 – 109 mmHg); derajat 3 (TD sistolik >180 mmHg) dan/atau (TD diastolik >110 mmHg); dan hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik >140 mmHg) dan (TD diastolik <90). Sebelum hipertensi, ada pula yang disebut TD normal-tinggi, yaitu (TD sistolik 130 – 139 mmHg) dan/atau (TD diastolik 85 – 89 mmHg).

Pada tekanan darah normal-tinggi sampai hipertensi derajat 1, dapat dilakukan modifikasi gaya hidup selama 4 – 6 minggu dengan perbaikan pola makan, olahraga, serta menghindari rokok dan alkohol. “Kalau tekanan darah tidak berhasil menjadi normal, maka diperlukan diet DASH dan obat,” tutur Triyani, dalam webinar untuk dietisien yang diselengarakan oleh PT Yakult Indonesia Persada dan OTC Digest, Sabtu (3/12/2022).

Intervensi Gizi untuk Hipertensi

Pengobatan hipertensi tak cukup hanya mengandalkan obat. Intervenzi gizi dengan perbaikan pola makan, harus pula dilakukan. Pertama-tama, harus dilihat dulu apakah ada berat badan (BB) yang berlebih. “Semakin gemuk, makin banyak pula darah yang dibutuhkan untuk mengirim oksigen dan zat gizi. Akibatnya volume darah meningkat, dan menciptakan tekanan ekstra pada pembuluh darah,” papar Triyani. Untuk itu, yang perlu diturunkan bukan cuma tekanan darah, melainkan juga BB.

Pola makan yang dianjurkan untuk penyandang hipertensi yaitu diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Ini adalah diet yang menyarankan konsumsi makanan rendah garam, lemak jenuh, dan kolesterol, serta meningkatkan asupan sayur dan buah hingga 4-5 porsi/hari. “Intinya diet DASH rendah natrium dan lemak, serta tinggi kalium, magnesium, kalsium, dan serat,” terang Triyani.

Menariknya, diet DASH tidak hanya efektif menurunkan tekanan darah, melainkan juga BB dan kadar kolesterol. “Diet DASH mampu menurunkan tekanan darah sistolik hingga 14 – 18 mmHg,” ujarnya. Secara umum, akan terjadi penurunan TD sistolik sebesar 5 – 20 mmHg per 10 kg penurunan BB.

Prinsipnya, diet DASH membatasi asupan natrium (garam)1.500 – 2.300 mg/hari, atau setara dengan ½ - 1 sdt garam dapur. Disertai dengan kalium 4.700 mg/hari, kalsium 1.250 mg/hari, magnesium 500 mg/hari, dan serat 30 gr/hari. Asupan energi disesuaikan dengan kebutuhan, dengan porsi karbohidrat 55% dari energi total. Lemak dibatasi 27% dari energi total, dan diutamakan jenis lemak yang sehat (lemak tak jenuh) seperti kacang-kacangan, zaitun, alpukat, serta minyak zaitun dan minyak jagung. Adapun asupan protein 18% dari energi total.

Patokan mudah diet DASH bisa menggunakan Isi Piringku yang telah dimodifikasi, menjadi bentuk T. Setengah piring bagian atas diisi dengan sayur dan buah, ¼ bagian bawah karbohidrat, dan ¼ lainnya protein (kombinasi hewani dan nabati). Terpenting, “Utamakan makanan segar karena makanan yang diolah atau diawetkan pasti mengandung garam jauh lebih tinggi,” imbuhnya.

Intervensi Gizi untuk Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) merupakan bagian dari gangguan lemak atau dislipidemia. Pada dislipidemia, terjadi peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol ‘jahat’ LDL, trigliserida, serta penurunan kolesterol ‘baik’ HDL.

Seperti halnya hipertensi, pengobatan hiperkolesterolemia juga harus disertai dengan intervensi gizi, tak semata mengandalkan obat. “Tujuannya yaitu menormalkan kadar lemak darah (kolesterol LDL dan trigliserida), serta mempertahankannya dalam batas normal. Juga menurunkan berat badan bila pasien terlalu gemuk dan mempertahankan status gizi normal,” tutur Ruliana, SST, MM.Kes, RD dari Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar, Malang.

Asupan energi disesuaikan dengan BB dan aktivitas fisik. Protein diberikan 10 – 15% dari total energi atau 1 – 1,2 kgBB/hari. Ruliana menjelaskan, dalam metabolisme lemak terdapat lipoprotein (protein yang mengandung lipid) sebagai transporter pembawa lemak ke mana pun dibutuhkan atau disimpan. “Asupan tinggi protein mempercepat metabolisme, karena pembakaran lemak terjadi di otot,” terangnya.

Yang disarankan tentu saja protein yang rendah/tanpa lemak atau mengandung lemak sehat. Misalnya segala jenis ikan, ayam tanpa kulit, daging dengan kandungan lemak yang rendah, telur (kuningnya dibatasi 2x seminggu), dan berbagai protein nabati. “Konsumsi protein nabati seperti kedelai, tempe, tahu dan susu kedelai terbukti mampu menurunkan kadar serum LDL, triclyglycerol dan kolesterol total, serta meningkatkan serum HDL,” imbuh Ruliana.

Untuk lemak dibatasi 20 – 35% dari total energi. “Diutamakan lemak tidak jenuh seperti PUFA, 5 – 11%;  dan MUFA, 10 – 25%. Lemak jenuh atau SFA <10% saja, dan lemak trans dihindari atau <1%,” jelasnya. Untuk omega-6 disarankan 2,5 – 10% dari total energi, dan omega-3 sebesar 0,5 – 2% dari total energi, sedangkan kolesterol dibatasi <200 mg/hari.

Untuk asupan karbohidrat yaitu 50 – 65% dari total energi. “Pembatasan karbohidrat tidak boleh <130 gr/hari. Diet rendah karbohidrat justru berisiko menaikkan LDL hingga 10% karena diet tersebut biasanya tinggi lemak jenuh dan kolesterol,” tegas Ruliana. Yang disarankan yaitu mengganti karbohidat sederhana dengan karbohidrat kompleks, dan membatasi konsumsi gula maksimal <10% dari asupan energi harian.

Serat tak boleh ketinggalan, yaitu 20 – 35 gr/hari, diutamakan serat larut. “Serat mengurangi kadar kolesterol melalui ekskresi empedu, menurunkan sintesis kolesterol di hepar yang dimediasi insulin, dan menghambat sintesis kolesterol melalui fermentasi serat larut,” papar Ruliana.

Asupan berbagai vitamin, mineral, serta antioksidan juga harus terpenuhi. Selain itu juga makanan sumber plant sterol dan plant stanol seperti minyak nabati, kacang-kacangan, biji-bijian, dan serealia. Rekomendasi konsumsinya 160 – 400 mg/hari. “Konsumsi sumber sterol dan stanol dapat menurunkan kadar LDL antara 10 – 16% dan menurunkan trigliserida 0,8 - 28%,” lanjutnya.

Peranan Probiotik

Profil mikrobiota usus ternyata turut memengaruhi tekanan darah dan profil lipid tubuh. Mikrobiota usus dan hipertensi bekerja dalam dua arah. “Orang yang hipertensi cenderung mengalami disbiosis, dan sebaliknya,” terang Ni Putu Desy Aryantini, S.KM, M.AFH, Ph.D dari PR Science PT Yakult Indonesia Persada.

Disbiosis adalah ketidakseimbangan mikrobiota usus, di mana bakteri yang bersifat patogen mendominasi, dan populasi bakteri bermanfaat tertekan. Banyak mekanisme yang kemungkinan terjadi akibat disbiosis, hingga akhirnya timbul hipertensi dan hiperkolesterolemia.

Intervensi gizi mutlak diperlukan untuk mengatasi hipertensi dan hiperkolesterolemia, di samping obat-obatan. Selain itu, konsumsi probiotik secara rutin juga bisa bermanfaat. “Probiotik membantu menghambat aktivitas  Angiotensin Converting Enzyme (ACE) sehingga bisa menurunkan tekanan darah, dengan menghasilkan enzim-enzim yang merelaksasi pembuluh darah, serta memproduksi Gamma-Aminobutyric Acid (GABA),” tutur Desy.

Penelitian oleh Y. Aoyagi, dkk (Beneficial Microbes, 2017) menemukan bahwa konsumsi susu fermentasi yang mengandung L. casei Shirota strain secara rutin, mampu menurunkan risiko hipertensi pada orang lanjut usia (lansia). Penelitian melibatkan 352 lansia di Jepang usia 65-93 tahun, yang awalnya memiliki tensi normal. Mereka dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan konsumsi susu fermentasi (<3 kali atau >3 kali/minggu). Hasilnya, setelah 5 tahun, insiden hipertensi pada kelompok yang mengonsumsi susu fermentasi >3x per minggu lebih rendah secara signifikan ketimbang yang mengonsumi <3x per minggu.

“Terkait hiperkolesterolemia, beberapa jenis probiotik memiliki gen yang mengkode enzim untuk menghidrolisis garam empedu sehingga mampu menurunkan kolesterol,” ujar Desy. Probiotik juga berperan dalam menghasilkan asam-asam organik seperti butyrate, memfermentasi serat, meningkatkan SCFA (short chain fatty acid), memperbaiki kondisi disbiosis, serta menjaga pH kolon. Semua ini akan menyehatkan saluran cerna, sehingga proses pencernaan dan pembuangan berjalan lancar, dan metabolisme lemak optimal.

Tidak semua makanan fermentasi bisa disebut sebagai probiotik. Salah satu syarat probiotik yaitu bakterinya telah teruji tahan terhadap asam lambung dan garam empedu sehingga bisa mencapai usus dalam keadaan hidup. Manfaat dan keamanannya juga harus dibuktikan melalui penelitian ilmiah.

Yakult mengandung >6,5 miliar L. casei Shirota strain hidup. Untuk memelihara kesehatan pencernaan serta membantu memelihara tekanan darah dan kadar kolesterol, Yakult perlu dikonsumsi secara rutin dan kontinyu, 1 botol setiap hari. (nid)

_______________________________________________

Ilustrasi: <a href="https://www.freepik.com/free-photo/overhead-view-healthy-unhealthy-food-...">Freepik</a>