Antibiotik merupakan salah satu obat yang paling banyak diresepkan. Masalahnya antibiotik memiliki efek samping, salah salah satunya diare. Itu sebabnya kenapa para ahli menyarankan perlu konsumsi probiotik setelah minum antibiotik.
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Bekerja dengan menghentikan infeksi atau mencegah penyebaran infeksi lebih jauh.
Ada banyak antibiotik, beberapa memiliki spektrum luas (bisa digunakan untuk banyak jenis bakteri penyebab penyakit), yang lainnya didesain untuk membunuh bakteri spesifik.
Setiap obat memiliki efek samping, demikian pula antibiotik. Salah satu yang diketahui adalah mempengaruhi komposisi jutaan bakteri di saluran cerna. Selain membunuh bakteri penyebab penyakit, ‘bonus’ minum antibiotik adalah membunuh bakteri-bakteri menyehatkan (probiotik) di usus.
Dr. dr. Indra WIjaya, MKes, SpPD-KEMD, dari RS Premier Bintaro menjelaskan setidaknya ada 500-1000 spesies mikrobiota (bakteri) hidup di saluran cerna. Ini termasuk bakteri baik (probiotik) dan patogen (bakteri yang merugikan). Dalam ekosistem yang seimbang, mikrobiota tersebut tidak berbahaya bagi tubuh.
“Tetapi pada mereka yang mendapatkan pengobatan antibiotik jangka panjang, misalnya pada pasien rawat inap, biasanya akan terjadi diare karena ada ketidakseimbangan mikrobiota usus,” terang dr. Indra dalam webinar Probiotik dan Kesehatan Pencernaan, beberapa waktu lalu.
Baca: Tidak Hanya Sehatkan Saluran Cerna, Ini Manfaat Plus Probiotik
Bahkan dalam riset Egija Zaura, et al, dijelaskan hanya dengan satu minggu menggunakan antibiotik bisa merubah komposisi bakteri usus hingga satu tahun.
Probiotik setelah antibiotik
Dr. Indra mengungkapkan konsumsi probiotik setelah minum antibiotik bisa mencegah terjadinya diare, karena akan mengembalikan komposisi bakteri baik di usus.
“Jika pasien saya resepkan antibiotik, biasanya juga saya anjurkan minum probiotik,” tegasnya.
Riset membuktikan bila antibiotik mampu merubah komposisi bakteri usus, yang akan menyebabkan diare, terutama pada anak-anak. Dan, dengan konsumsi probiotik setelah minum antibiotik efektif menurunkan risiko diare.
Dalam sebuah tinjauan (review) dari 23 penelitian (melibatkan sekitar 400 anak-anak), ditemukan konsumsi probiotik bersamaan dengan antibiotik akan mengurangi risiko diare hingga 50%. Riset ini diterbitkan di The Cochrane Database of Systematic Reviews.
Review yang lebih luas dari 82 studi (melibatkan lebih dari 11.000 orang) menemukan hasil yang mirip, baik pada orang dewasa atau anak-anak. Riset ini mengatakan bila probiotik Lactobacilli dan Saccharomyces sangat efektif.
Dr. Indra menambahkan bila probiotik bisa diperoleh dari makanan fermentasi seperti miso, sauerkraut, yogurt, minuman fermentasi susu, kombucha (teh fermentasi), kefir, kimchi, cokelat hitam, buttermilk atau tempe.
Riset di British Journal of Nutrition menunjukkan mereka yang lebih sering mengonsumsi yogurt atau susu fermentasi memiliki jumlah bakteri probiotik Lactobacilli yang lebih tinggi di usus, dan penurunan jumlah bakteri patogen seperti Enterobacteria dan Bilophila wadsworthia.
Jangan tinggalkan makanan berserat
Serat tidak dapat dicerna oleh tubuh kita, tetapi dapat dicerna oleh bakteri usus, dan membantu merangsang pertumbuhannya. Makanan berserat disebut pula sebagai prebiotik alias makanan untuk bakteri probiotik.
Sehingga konsumsi makanan berserat (sayuran dan buah) akan membantu pemulihan komposisi bakteri probiotik setelah Anda minum antibiotik.
Riset juga menyatakan bila konsumsi makanan tinggi serat tidak hanya menstimulasi pertumbuhan bakteri probiotik di usus, tetapi juga mengurangi jumlah bakteri patogen. (jie)