makanan yang memperburuk gangguan kecemasan
makanan yang memperburuk gangguan kecemasan

Hindari 4 Makanan yang Memperburuk Gangguan Kecemasan Anda

Pandemic COVID-19 memberi tumpukan tekanan mental pada kehidupan masyarakat. Mulai dari kekhawatiran tertular, menginggal, penurunan pendapatan, hingga PHK. Mengonsumsi makanan tertentu diketahui bisa memperbaiki mood kita, tetapi sebaliknya makanan juga bisa memperburuk gangguan kecemasan. 

Dalam SurveyMETER – survei online untuk mengetahui tingkat kecemasan dan depresi, dan korelasinya dengan perubahan status bekerja/pendapatan selama pandemi – diketahui bila sebanyak 55% responden mengalami gangguan kecemasan.

Survei ini dilakukan pada 21 – 31 Mei 2020, pada 3.533 orang, di 34 provinsi di Indonesia. Partisipan yang tekena PHK/dirumahkan/menganggur mengalami kecemasan paling besar, yakni 68%. Sementara pada mereka yang tetap bekerja di rumah (WFH) tingkat kecemasan sebanyak 50%.

Responden dengan pendidikan SMA atau di bawahnya mengalami kecemasan 64%, sebaliknya yang mengenyam pendidikan universitas hanya 52%.

Gangguan kecemasan didefinisikan sebagai kelompok penyakit mental yang membuat penderitanya merasa gugup dan khawatir berlebihan, bahkan sampai mengganggu kemampuannya menjalani hidup normal.

Selain kondisi yang secara nyata kita hadapi, kecemasan bisa dipengaruhi oleh makanan/minuman yang kita konsumsi. Mengonsumsi makanan/minuman ini justru memperburuk gangguan kecemasan.

Berikut adalah makanan/minuman yang bisa memperburuk gangguan kecemasan:

1. Alkohol

Minuman yang oleh masyarakat Barat biasa dipakai untuk meredakan kecemasan sosial ini justru memperburuknya.

“Walau tampaknya bisa menenangkan saraf, alkohol punya dampak negatif pada hidrasi dan tidur, dua hal yang mampu memicu gejala kecemasan,” terang Erin Palinski-Wade, RD, CDE, penulis buku Belly Fat for Dummies.

Alkohol merubah kadar serotonin dan neurotransmitter di otak, yang akan memperburuk gangguan kecemasan. Dan saat efek alkohol hilang, Anda bisa merasa semakin cemas.

2. Kafein

Berdasarkan Data International Coffee Organization (ICO) selama lima tahun terakhir tren mengkonsumsi kopi di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2018-2019, jumlah konsumsi kopi mencapai 4.800 kantong atau 288 ribu kilogram. Sementara pada  2014-2015 jumlah konsumsi kopi   4.417 kantong.

Dalam hal frekuensi, rata-rata mayoritas responden menikmati 1 gelas kopi per hari (21,6%), namun tidak sedikit juga yang meminum sekitar 2-3 gelas per hari (10,5%).

Melansir Healthline, Palinski-Wade menjelaskan, “Konsumsi kafein dalam jumlah tinggi tidak hanya meningkatkan kegelisahan, tetapi juga menurunkan produksi serotonin (hormon bahagia), memicu depresi.”

Rekomendasi konsumsi kafein harian yang diberikan oleh FDA (Food and Drug Administration) dan European Food Safety Authority adalah hingga 400 mg, atau sekitar 3-4 cangkir kopi.

Penelitian tahun 2015 menyatakan remaja dan orang dewasa yang mengonsumsi kafein lebih dari 400 mg/hari dilaporkan merasakan gejala gangguan mood dan kecemasan.

3. Makanan dengan gula tambahan

Sangat sulit untuk menghindar dari gula tambahan dalam makanan/minuman. “Gula tambahan akan menyebabkan kadar gula darah seperti rollercoaster (cepat naik kemudian drop), energi Anda juga akan naik turun,” imbuh Palinski-Wade. “Saat gula darah turun, mood Anda memburuk dan mulai muncul kecemasan.”

Studi tahun 2017 menemukan bila konsumsi makanan tinggi gula akan meningkatkan kemungkinan gangguan mood pada pria, dan kecemasan berulang baik pada pria maupun wanita. Riset juga menyatakan bila konsumsi gula olahan dalam jumlah besar akan memicu perasaan cemas, lekas marah dan sedih.

4. Karbohidrat olahan

Karbohidrat olahan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes, penyakit jantung dan obesitas. Karbohidrat olahan merupakan makanan yang telah kehilangan banyak serat dan zat gizi mikronya.

Tampaknya makanan ini juga memicu gangguan kecemasan. European Journal of Nutrition (2019) menulis bila konsumsi karbohidrat olahan berhubungan dengan kecemasan dan depresi pada wanita.

Riset lain di Nutritional Neuroscience (2018) menunjukkan tikus yang diberi makan karbohidrat olahan menjadi obesitas dan kemudian mengembangkan gejala kecemasan dan depresi seperti saat dalam kondisi stres.

Karbohidrat olahan biasanya terdapat dalam makanan modern seperti pasta, roti tawar (roti putih), nasi, sereal sarapan dan kue/camilan. Sebagai gantinya cobalah roti yang terbuat dari gandum utuh, atau ganti nasi putih dengan beras merah. (jie)