Beberapa waktu lalu otoritas kesehatan China meminta penyintas infeksi virus corona (COVID-19) untuk mendonorkan darah mereka, karena mungkin mengandung protein yang bisa membantu penyembuhan penyakit.
Dilansir dari The New York Times, himbauan tersebut dikeluarkan oleh pejabat kesehatan senior pemerintah China, setelah pengumuman oleh perusahaan negara China National Biotec Group, bahwa antibodi ini membantu merawat 10 pasien kritis lainnya, dengan mengurangi reaksi peradangan dalam 12-24 jam.
Tetapi apakah ini ide yang baik? Antibodi adalah salah satu protein yang dibuat sistem imun untuk melawan patogen, seperti bakteri, parasit, virus dan zat asing lain. Tetapi tubuh membutuhkan waktu memproduksi antibodi untuk bisa melawan serangan patogen baru tersebut. Bila di kemudian hari bakteri atau virus tersebut menginfeksi lagi, sistem imun tubuh sudah memiliki memori dan dengan cepat memroduksi antibodi tersebut.
Diketahui penyintas COVID-19 telah memiliki antibodi untuk virus corona tersebut di dalam darah mereka. Menyuntikkan antibodi tersebut ke orang lain yang terinfeksi COVID-19 secara teoritis akan membantu pemulihan.
Benjamin Cowling, professor epidemiology di University of Hong Kong, mengatakan ini adalah terapi transfer imunitas dari yang sudah sembuh ke pasien sakit. Pendekatan ini sebelumnya telah dipakai dalam pandemik flu.
Paduan yang dikeluarkan Food and Drug Administration (FDA) menyatakan obat eksperimen bisa diberikan untuk orang di luar responden penelitian klinis dalam keadaan darurat.
Namun tidak semua orang mempercayai kemampuan terapi transfer antibodi ini. “Secara teori bisa dilakukan, tetapi tidak ada satupun dari virus atau infeksi ini yang membuat saya ingin melewati proses terapi normal yang sudah digunakan untuk memastikan bahwa terapi itu aman dan efektif sebelum membuat orang lain tertular,” terang Dr. Eric Cioe-Peña, direktur kesehatan global di Northwell Health, New York, yang tidak terlibat dalam penelitian.
“Saya pikir kita harus membiarkan proses ilmiah berlanjut dan mencoba mempelajari terapi (transfer imun) ini sebelum memberlakukannya, terutama pada virus yang memiliki tingkat kematian rendah.”
Terapi transfer antibodi adalah satu dari banyak pilihan terapi yang dipertimbangkan para ahli untuk menyembuhkan infeksi COVID-19, yang hingga saat ini menginveksi lebih dari 65.000 orang, dan menyebabkan 1.384 kematian secara global.
Terapi lain seperti penggunaan antivirus atau mencari molekul baru yang bisa menghalangi penggabungan virus ke sel. (jie)